Kami naik Air Asia transit di KL dan sampai di Incheon, Seoul esok harinya hampir pukul 9 pagi setempat. Antrian imigrasi cukup panjang. Kita diambil foto wajah & sidik 2 jari kiri kanan, yang nantinya menjadi verifikasi saat kita keluar dari Korsel.
Keluar dari imigrasi, tak menunggu lama bagasi teman saya sudah bisa diambil. Seperti biasa saya tidak membeli bagasi, hanya koper kabin saja
Di convenience store loby bandara, kami membeli T-Money yaitu kartu prepaid untuk transportasi selama trip kami di Korsel. Kartu dijual seharga ₩ 4.000, lalu kami top-up ₩20.000. Top-up dapat dilakukan di semua convenience store atau mesin di stasiun subway. Ternyata sebelum gate KA bandara tersedia beberapa mesin penjual kartu T-Money dengan harga yang sama.
Dari Incheon Airport ada 2 jenis KA, express & yg berhenti di tiap stasiun, tentunya dengan harga & kecepatan yg berbeda. Kami memilih naik Airport All Stop Train di Incheon untuk menuju ke penginapan. KA bandara berakhir di Seoul Station, dari situ kami transit Subway line 1 menuju stasiun Jongno3-ga (3 stop), stasiun terdekat ke penginapan kami, Hostel Chloe Jongno, hanya 10 menit jalan kaki. Penginapan ada di lantai 3 & 4 dengan lift barang saja.
Check in ke kamar baru bisa jam 15.00, tapi kami boleh nitip koper dahulu. Setelah menyelesaikan pembayaran, numpang ke toilet dan mengisi air minum, kami pamit jalan-jalan dulu.
Tujuan kami hari ini: Ihwa Village – Naksan Trail – Dongdaemun Area – Cheonggyecheon Stream. Kami naik subway dari stasiun Jongno3-ga, line 1 transit di Dongdaemun (2 stop), ganti line 4 turun 1 stop di stasiun Hyehwa keluar exit 2. Sebelum keluar stasiun kami membeli kopi ₩ 1.500, gak enak sama sekali.
Ternyata ada Car Free Day (CFD) juga di Seoul, sepanjang jalan banyak orang dan anak-anak berolah raga, bermain, bahkan ada yg menggelar meja tenis. Kami jalan & melihat banyak orang berkerumun di taman (Marrronnier Park). Ada yang menjual buah, sayur, produk buatan sendiri dari selai, madu, salad dressing, roti handmade, kopi dan lain-lain. Ada juga area panggung musik, saat itu lagu jazz yg sedang dinyanyikan. Orang-orang duduk sambil mengudap, menikmati sajian musik. Di sisi lain ada area bermain anak-anak dengan orang tua yg mengawasi dari pinggir. Minggu yang santai, sangat menyenangkan.
Marronnier Park, Seoul |
Kamipun tertarik dengan stand yang menyajikan sandwitch isi sayuran, jamur yang dimasak dengan keju mozarella, setelah sebelumnya memastikan tidak diisi dengan daging. Beruntung orang di depan kami yg sedang antri bisa menerjemahkan pertanyaan kami. Rotinya sepertinya buatan sendiri, lembut sekali dan mengandung kacang merah, tidak biasa. Sayuran juga terasa segar, seperti baru dipetik. Kami membeli 1 saja, dibagi 2 karena cukup besar. Harga ₩ 9.000.
Mushroom & cheese sandwitch |
Sambil makan kami jalan kaki menuju ke Ihwa Village, setelah menghidupkan sim card roaming yg kami beli dari Jakarta, ternyata berfungsi dengan baik. Ihwa Village adalah area penuh mural pada dinding bangunan sepanjang jalan, dan menjadi destinasi wisata serta spot foto. Selain mural, lukisan, ada juga patung atau instalasi dari besi. Kami berpapasan dengan beberapa rombongan tur, dengan jalan naik turun yang cukup menguras tenaga.
Ihwa village - Naksan trail |
SKKU - Seoul City Wall - Heunginjimun gate |
Selesai makan, kami keluar masuk shoping mall di Dongdaemun, selain melihat2 yang dijual di sepanjang jalan. Kami menemukan toko suvenir yang ternyata penjualnya orang Indonesia juga.
DDP merupakan bangunan dengan design unik bulat, karena lebar maka agak susah untuk difoto dari dekat. Kalaupun difoto dari seberang jalan, akan terganggu banyaknya mobil bersliweran. Jadi dinikmati saja karya arsitektur Zaha Hadid.
Hari sudah sore dan mulai dingin, lelah berjalan, sebelum pulang kami menelusuri Cheonggyecheon stream, icon kota Seoul sebelum balik ke penginapan. Panjangnya 10,84 km dari Gwanghwamun gate sampai Dongdaemun. Kami turun ke pinggir sungai, mulai ramai orang duduk-duduk di pinggir sungai. Dari yang saya baca, beberapa bagian Cheonggyecheon stream yang menarik antara lain wall of hope (dinding yang disediakan untuk warga menuliskan harapannya), wall of proposal (layar yang disediakan untuk melamar), Seoul latern festival digelar di sini selama 2 minggu pada bulan November. Sayang kami tidak tinggal sampai malam, untuk melihat lampu-lampu cantik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar