2013/12/23

Perpanjangan Paspor One Day Service di Jakarta

Sebagai traveler dan warga dunia, paspor merupakan dokumen perjalanan dan identitas diri yang wajib dimiliki. Dengan persyaratan penggunaannya harus masih berlaku sekurang-kurangnya 6 bulan hingga tanggal keluar dari negara yang kita kunjungi, maka perpanjangan paspor dapat dilakukan 6 bulan sebelum jatu tempo paspor.

Kali ini saya memperpanjang paspor saya di Kantor Imigrasi (Kanim) Jakarta Barat yang menyediakan layanan one day service untuk perpanjangan paspor, bersama dengan Kanim Jakarta Pusat. Domisili saya di Jakarta Selatan, kenapa memilih Jakarta Barat? Karena transportasinya mudah, dapat dicapai dengan Trans Jakarta (TJ) turun di halte Jakarta Kota. Dari situ keluar menuju Stasiun Kota (Beos). Jalan menyusuri Beos, melewati Kantor BNI46 lalu Museum Seni dan Keramik, sampailah di Kantor imigrasi Jakarta Barat yang tersembunyi diantara Museum Keramik dan Kantor Pos Besar Kota. Langsung menuju belakang gedung Imigrasi, lewat samping.

  1. Persiapkan dokumen yang diminta dan fotocopy dalam ukuran kertas A4, termasuk KTP dan paspor lama juga pada kertas A4, jangan dipotong dan jangan fotocopy bolak-balik, per lembar saja. Hal ini untuk memudahkan proses scan yang dilakukan oleh pihak imigrasi. Persyaratan perpanjangan paspor klik disini, kalau dari website Imigrasi Jakarta Barat disini.
  2. Mendaftar secara online disini. Pilih pendaftaran personal, lalu isi seluruh data yang diminta. Selesai mengisi data, pilih Kantor Imigrasi. Saat tulisan ini dibuat baru tersedia Jakarta Barat dan Jakarta Pusat saja. Lalu pilih jadwal yang kita inginkan, tanggal dan jamnya, tersedia pilihan jam 8,9,10,11,13 masing-masing jam tersedia kuota untuk 10 orang saja. Setelah selesai, maka akan otomatis dikirimkan Tanda Terima Pra Permohonan ke email yang kita daftarkan, berisi username dan password, serta jadwal kehadiran kita. Data kita masih dapat diubah sampai H-1 dari jadwal yang kita pilih. Cetak Tanda Terima dan bawa saat perpanjangan.
  3. Pada hari H. Datang ke Kantor Imigrasi sebelum jamnya. Jadwal yang saya pilih jam 8 pagi. Saya datang jam 7 pagi, tetapi sudah ada belasan orang yang datang.
  4. Lakukan aktivasi permohonan di mesin antrian yang tersedia, dengan memasukkan nomor yang tercantum pada lembar Tanda Terima Pra Permohonan. Aktivasi jangan sampai melewati waktu yang tercantum pada Tanda Terima. Jika lewat, maka terpaksa kita harus mengambil antrian walk-in. Keuntungan kita mendaftar secara online adalah kita akan mendapatkan nomor antrian yang telah dicadangkan untuk kita, misalnya untuk jadwal jam 8 pagi, nomor antrian kita antara 1-10.
  5. Ambil dan isi formulir perpanjangan paspor di loket. Ini seharusnya bisa dihilangkan untuk pendaftar online dengan menyediakan fasilitas print formulir di website, sebab data yang diminta di Formulir sama dengan data yang kita input saat registrasi. Pada saat saya datang memperpanjang paspor, petugasnya belum datang dan tidak ada yang tahu Formulir disimpan dimana, sampai pukul 8.20 baru saya mendapatkan Formulir....;(
  6. Antri di loket 1 day service khusus online untuk verifikasi dokumen. Ada 1 loket untuk online dan 2 loket untuk walk-in. Masih sedikit orang yang mendaftar secara online, hingga antrian lebih pendek. Verifikasi dokumen memakan waktu antara 10-20 menit per orang tergantung kelengkapan dokumen kita. Si bapak petugas sepertinya membaca detail dokumen dan mencocokkan antara asli dan fotocopy.
  7. Nomor antrian kita akan dipanggil untuk pembayaran lebih dahulu baru wawancara. Saat ini pembayaran dapat dilakukan sebelumnya di BNI46, berlaku selama 7 hari kerja sejak tanggal pembayaran, jika lebih dari 7 hari maka harus membayar lagi. Saya mendapat nomor 90 (saya terlambat aktivasi, jadi ikut antrian walk-in). Saat saya menunggu, antrian baru sampai nomor 70, 20 menit kemudian saya dipanggil untuk membayar, rp.255 ribu untuk paspor biasa 48 halaman, rp.200 ribu untuk paspor dan 55 ribu untuk proses biometrik. untuk e-pasport 48 hal rp.600 ribu, cukup mahal ya.... selengkapnya lihat disini atau disini.
  8. Nomor antrian kita akan dipanggil untuk wawancara. Setiap loket terdiri dari 3 meja. Meja pertama, paspor lama dan sidik jari kita di-scan, dan diberi beberapa pertanyaan, misalnya rencana mau pergi kemana? Lahir dimana? seperti itulah. Meja kedua, dokumen kita akan di-scan dan disimpan di sistem mereka, ditambah beberapa pertanyaan lagi, tergantung petugasnya. Meja ketiga foto dan tanda-tangan, untuk dicetak di paspor baru. Terakhir kita diberi tanda-terima pengambilan paspor yang dapat diambil esok hari. Menurut info yang saya baca, jika proses selesai sebelum pukul 12 siang seharusnya dapat diambil pukul 15.30 hari yang sama, tapi untuk amannya besok pagi saja. Selesailah proses perpanjangan paspor one day service. Proses wawancara sampai foto seharusnya hanya sekitar 10-15 menit saja, namun komputer di loket saya mengalami masalah, dan tidak bisa dialihkan ke loket lainnya, saya harus menunggu komputer diperbaiki ;(............
Keseluruhan proses pada hari H ( no.3 - 8) yang saya lakukan memakan waktu kurang dari 2 jam, itupun sudah termasuk keterlambatan mendapatkan formulir permohonan, keterlambatan saya melakukan aktivasi antrian dan waktu menunggu perbaikan komputer di proses wawancara.

Kantor imigrasi perlu diacungi jempol untuk kemajuan layanannya, one day service, registrasi online, pembayaran melalui Bank, semoga hal ini mengurangi pungutan liar dan lebih tertib serta pelayanan yang lebih berpihak kepada masyarakat. Meski saya melihat masih banyak calo atau agen beredar mengurus dokumen.

Akan lebih baik lagi jika Formulir Permohonan Perpanjangan Paspor dapat dicetak sendiri oleh pendaftar online, sehingga tidak perlu antri mengambil formulir dan mengisi data lagi, akan lebih mempercepat proses. Menambah loket verifikasi dokumen, jika memungkinkan.

Esok harinya.......
Sebelum jam 8 pagi, saya sudah sampai di Kanim Jakbar, harapan saya, paspor baru sudah bisa diambil sesuai yang dijanjikan. Loket pengambilan paspor baru buka 8.15, dan ternyata.......paspor saya belum jadi.....waduh padahal saya ambil pagi-pagi agar saya tidak perlu ijin lagi dari kantor. Kata si mbak yang jaga, datang lagi jam 2 siang....

Seharusnya Kanim dapat memperhitungkan kapan paspor siap diambil, dan memberitahukan ke pemohon pukul berapa bisa diambil, supaya tidak bolak-balik datang dan service level 1 day service dapat terpenuhi.

Hari kerja berikutnya.....
Terpaksa balik lagi hari kerja berikutnya untuk mengambil paspor di loket pengambilan paspor one day service dengan menyerahkan tanda terima. Jika kita menginginkan paspor lama, maka harus membuat surat pernyataan dengan meterai rp.6.000,- Paspor baru harus difoto copy halaman depan dan belakang yang ada informasi pemegang paspor. Surat pernyataan harus diminta di bagian fotocopy yang jadi satu dengan kantin. Sebaiknya siapkan meterai, sebab dijual rp.8.000,-. Fotocopy rp.500,- per lembar.

Akhirnya saya mengantongi paspor baru dan lama, siap untuk traveling berikutnya hehehe....

2013/12/05

Thailand Trip Nov'13 - Day 6 - Bangkok

Hari ke-6 trip, kami jalan bareng teman kami Ati, dia menginap di dekat Democracy Monument (DM) dan sempat menyaksikan ratusan orang demo persis di depan hotelnya. Setelah kami berdua sempat keliling sana-sini mencari hotel Ati dan tidak ketemu juga, setiap orang memberi arah yang berbeda ;(.............akhirnya kami ketemu juga di MC Donald depan DM. Untuk sarapan saya coba spinach pie (29 thb), di Jakarta tidak ada... yam-yam....enakkkk.....

Ini foto situasi DM waktu demo berlangsung (before) dan pada hari kami di situ (after)

Democracy Monument

Target kami hari ini adalah mengunjungi Vimanmek Palace, istana yang terbuat dari kayu tanpa paku, MBK dan Asiatique. Kami bertiga sudah pernah ke Bangkok, jadi destinasi wajib seperti Grand Palace, Wat Arun, Wat Phra Kaew, Wat Pho sudah pernah kami kunjungi. Sebenarnya destinasi tersebut bisa dikunjungi dengan berjalan kaki dari Khaosan.

Kami mencari tahu bus ke Vimanmek, beberapa orang memberikan nomor bus yang berbeda-beda, lalu ada yang bilang bahwa area sekitarnya diblokir oleh polisi dan militer sehubungan dengan demonstrasi, jadi tidak memungkinkan untuk ke sana.

Hari sudah siang, jadi kami putuskan untuk makan siang dulu di foodcourt Siam Paragon, tempat makan favorit Ati. Kami naik tourist boat, kapal berbendera biru dari dermaga Phra Arthit, dermaga terdekat dengan area Khaosan. Tiket sekali naik 40 thb, sebenarnya ada kapal umum berbendera oranye tapi kata penjual tiket, masih 1,5 jam lagi lewat. Hari mendung dan mulai gerimis.

Perjalanan boat menuju Central Pier (Saphan Taksin) di sungai Chao Praya melewati  Grand Palace, Wat Phra Kaew (Emerald Budha) & Wat Pho di sebelah kiri,Wat Arun di sebelah kanan. Dari dermaga kami ganti naik BTS Saphan Taksin turun di Siam station.




Saya memesan Tom Yum Duck (70 thb), ternyata enak juga.....tidak harus seafood.
Selesai makan, kami belanja oleh-oleh makanan di Gourmet Market yang ada di lantai yang sama dengan foodcourt, berbagai macam manisan dan kacang-kacangan, sepertinya tidak ada di tempat lain.

Dari Siam Paragon, kami jalan kaki ke MBK, tidak jauh hanya 10-15 menit saja. Di MBK hanya melihat-lihat, sedikit belanja bumbu tom yam, kripik durian, mi instan rasa tom yum.

Tujuan selanjutnya ke Asiatique, tempat wisata belanja, makan, santai duduk-duduk di tepi sungai Chao Praya. Kami naik BTS dari National Stadium yang dapat diakses dari MBK, turun di Saphan Taksin. Lalu naik free boat menuju Asiatique.

Sampai di Asiatique, hari mulai hujan. Di Asiatique, tersedia bangku-bangku menghadap ke sungai, toko-toko kecil yang dikelompokkan dengan nama warehouse dan diberi nomor, di tengah-tengah ada area untuk makan dengan berbagai macam hidangan.



Sambil menunggu hujan reda, kami bertiga mampir untuk massage, tarifnya 1 jam 300 thb. Hari sudah gelap saat kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Naik free boat ke Saphan Taksin, lalu naik tourist boat ke Phra Arthit. Tourist boat satu-satunya yang masih beroperasi hingga pukul 11 malam.

Penerbangan kamli kembali ke Jakarta pukul 11.25, dengan adanya demonstrasi yang masih berlangsung di berbagai tempat, kami tidak berani ambil resiko naik bus, takut terlambat sampai bandara DMK. Semula kami akan naik shuttle bus yang ada di Khaosan/ Rambuttri dengan harga mulai 100-150 thb per orang, dijemput di penginapan dengan jam keberangkatan pukul 6, 8, 10 dan seterusnya setiap 2 jam. Namun ternyata sudah full book sampai pukul 3 sore. Mau tidak mau kami harus naik taxi, kabarnya supir taxi juga ikutan demo, jadi tidak banyak taxi yang beroperasi. Kami putuskan untuk booking saja, jadi ada dapat kepastian taxinya. Menurut info palig mahal harusnya 400 thb, namun kami harus menyerah dengan 550 thb, gara-gara demo.

Kami dijemput pukul 6.30 pagi, perjalanan menuju DMK sempat macet dan berhenti di satu jalan selama 30 menit. Jika tidak macet, sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh.
Kami sampai di bandara dengan aman, waktu keberangkatan masih cukup. Barang bawaan kami aman bisa lewat, karena kami khawatir kelebihan berat, kami tidak membeli bagasi. Masih sempat beli coklat M&M berbagai rasa yang tidak ada di Jakarta. Mendarat di Jakarta dan sampai di rumah dengan selamat. Selesailah trip Thailand kami kali ini............kembali ke rutinitas sehari-hari lagi......cari uang untuk trip berikutnya hahahaha............





Thailand Trip Nov'13 - Day 4 & 5 - Sukhothai - Phitsanulok - Bangkok

Kami check out dari Noble House pukul 6.45 pagi. Kami naik angkot dari Chiang Mai Gate ke terminal bus Arcade (40 thb), hari masih pagi, hanya perlu 20 menit saja sudah sampai.
Kami membeli tiket bus AC ke Sukhothai pukul 8 pagi, 239 thb. Diperlukan waktu 5 setengah jam untuk sampai di terminal Sukhotai, sekitar pukul 13.30.

Terminal bus Sukhothai sangat sepi, kami bertanya ke information bagaimana menuju penginapan kami, sekalian mencari info bus menuju Phitsanulok untuk esok hari. Kami hanya tinggal semalam di Sukhothai, ingin mengunjungi Sukhothai Historical Park.

Akhirnya semua penumpang naik songthaew dengan tarif jauh dekat 40 thb. Ternyata kami yang pertama turun, letak penginapan tidak jauh dari terminal bus, sekitar 10 menit saja.

Kami menginap di EZ House, kamar terletak di lantai 3 di atas cafe EZ. Kamar untuk berdua dengan AC dan kamar mandi di dalam, 400 thb. Namun diminta uang jaminan kunci 200 thb yang akan dikembalikan saat kami check out. Bagian luar kamar memang tidak bagus, namun kamar cukup nyaman dan bersih, ditambah wifi yang cukup kencang. Masuk melalui samping cafe dengan pintu di bagian belakang cafe.

Hari sudah sore jadi tidak cukup waktu untuk menjelajah Sukhothai Historical Park (SHP). Kami memutuskan untuk istirahat dan memanfaatkan wifi.

Kami berkenalan dengan Pegy dari Kuala Lumpur yang menginap di EZ House juga. Sekitar magrib kami bertiga keluar jalan-jalan sambil cari makan. Direkomendasikan untuk makan Sukhothai noodle, kami diberitahu kalau rumah makannya tidak jauh dari penginapan. Tenyata hanya tersedia pork noodle saja, kami akhirnya makan padthai di pinggir jalan, rasanya lumayan, hanya 20 thb saja. Hari ke-4 kami habiskan jalan-jalan sekitar penginapan saja.



Hari ke-5
Sukhothai terbagi menjadi 2 area, New Sukhothai dan Old Sukhothai, dimana Sukhothai Historical Park berada. Kami check out pagi-pagi pukul 6.30 karena batas waktu check out pukul 11. Ternyata cafe belum buka jadi kami titip kunci dan tas kami di kamar Pegy yang tinggal semalam lagi.

Dari seberang penginapan kami menunggu angkutan ke Old City, berupa truk kayu tua dengan bangku panjang berhadapan. Kami jalan perlahan-lahan, sambil menunggu truk lewat, akhirnya truk datang juga. Beberapa anak sekolah dan ibu-ibu juga naik truk.

Kami diturunkan persis di depan salah satu pintu masuk SHP bagian tengah, Kamphaeng Gate, kami membayar 30 thb. Kami membeli tiket masuk 100 thb. Kita boleh masuk dengan sepeda, motor, tuk-tuk atau mobil dengan harus membayar tambahan 20/30/50 thb lagi. Belakangan baru kami lihat ada beberapa tempat penyewaan sepeda di seberang pintu masuk.

Waktu kami terbatas, paling lambat pukul 11.30 kami sudah harus sampai di penginapan lagi untuk ke Phitsanulok, dimana kami akan naik pesawat Nok Air menuju Bangkok.
Dengan waktu terbatas, maka kami harus memilih yang akan kami lihat. Kami memutuskan paling tidak melihat King Ramkhamhaeng Monument, Wat Mahathat, Wat Saphan Hin dan Wat Si Chum.

SHP terbagi menjadi 5 area: tengah, barat, timur, utara dan selatan. Kami mulai dari bagian tengah. King Ramkhamhaeng Monument dan Wat Mahathat ada di bagian tengah. Hari masih pagi, jadi cukup nyaman untuk berjalan kaki. Ternyata kami bukan yang pertama datang, ada yang lebih pagi lagi, mungkin mereka menginap di area Old City.


Sukhothai Historical Park Map



Kami keluar dari area tengah melalui Or Gate. Ternyata masing-masing area harus membayar 100 thb. Kami memutuskan untuk menuju Wat Saphan Hin lebih dahulu, yang termasuk area Barat, menurut penjaga sekitar 3 km. Kami pikir masih cukup waktu.

Area Barat SHP tidak berpagar, beberapa rumah penduduk terlihat disepanjang perjalanan kami. Area ini bagus untuk trekking, karena sepanjang jalan, akan terlihat Wat, ladang, hutan dan rumah penduduk. Wat Saphan Hin berada di kaki bukit dan merupakan Wat terakhir di area Barat. Kami sampai setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari Or Gate.

Sepertinya rencana ke Wat Si Chum harus dibatalkan, karena waktu sudah menunjukkan lewat pukul 10. Kami berjalan kembali area Tengah untuk kembali naik truk. Sebenarnya diperjalanan kami melewati Wat Si Chum namun jalan masuk dari jalan raya cukup jauh untuk jalan kaki.



Rupanya keputusan kami salah, harusnya kami ke Wat Si Chum lebih dahulu dari Or Gate. Menurut foto Wat Si Chum sangat spektakuler patung Budha-nya. Ini foto yang saya ambil dari internet.

Wat Si Chum Budha

Saran saya, jika anda hanya punya waktu setengah hari, sewa sepeda lalu jelajahi area Wat Si Chum baru ke area tengah. Jika punya waktu seharian bisa ditambah area barat.

Kami sampai di penginapan lagi sekitar pukul 11. Mengambil tas kami di kamar Pegy, minta jaminan kunci. Ternyata pemilik penginapan berbaik hati mengantar kami ke teminal bus bersama 2 orang lainnya, dan kami diberi kue sagu ;p.

Keberuntungan masih menyertai kami, sesampai di terminal, ada van ke Phitsanulok yang langsung berangkat. 1 jam kemudian sampailah kami di terminal bus Phitsanulok.

Kami keliling terminal untuk cari makan siang, namun rupanya tidak ada yang cocok. Akhirnya kami makan ayam bakar, ketan dan salad pepaya. Berdua 100 thb, sudah termasuk 3 potong ayam dan 1 sate hati ayam bakar.

Kami diskusi dahulu apakah akan jalan-jalan di kota Phitsanulok atau langsung ke airport. Di kota Phitsanulok ada Phitsanulok Tour Tramway (PTT), yang merupakan cara cepat melihat kota. Dengan durasi 45 menit, dimulai dari Wat Yai akan berhenti di 15 lokasi dan kembali ke tempat semula.

Pesawat Nok Air kami dari Phitsanulok ke Bangkok (DMK) pukul 18.10. Jam menunjukkan waktu jam 1 lewat. Kami memutuskan untuk langsung ke airport saja. Tidak ada angkutan umum dari terminal ke airport. Kami harus naik taxi atau sewa van/tuk-tuk.

Tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris, namun akhirnya ada seorang ibu tua bertanya kami mau kemana. Airport, kami bilang. Lalu dia bilang 150 thb berdua. Dia menunjuk mobil pick-up yang parkir berjajar. Kami tawar tapi dia bilang tidak bisa. Akhirnya kami setuju, dan ternyata......dia sendiri menyetir mobilnya.....keren gak sih....hehehehe....

Sekitar 30 menit sampailah di airport Phitsanulok. Disambut oleh petugas Nok Air di pintu masuk, dia siap dengan troli, tapi kami hanya membaya ransel jadi tidak perlu troli.
Dengan komputer tabletnya, dia minta tiket kami untuk di-check in, wah.....baru kali ini nih dapat layanan seperti ini.

Booking kami tidak ditemukan, ternyata.....pesawat kami jam 18.10 batal terbang. Kami dibawa ke loket dan ditawari untuk penerbangan jam 14.40.....hahaha....kami memang berniat untuk minta seperti itu, untung malah ditawari. Dengan begitu sampai di Bangkok masih sore. Penerbangan hanya 1 jam saja. Kami dapat tiket promo Nok Air melalui internet, sebulan sebelumnya dengan harga 1.142 thb. Kurs saat kami pergi 1 thb = Idr 370. Layanan Nok Air memuaskan, wifi di bandara sangat kencang, cukup memasukkan kode booking saja. Di pesawat dibagikan roti Auntie Anne's, enak....

Di DMK, kami mendapat informasi bahwa akan sulit mengakses Khaosan karena demonstrasi di sekitar Democracy Monument. Kami sudah booking kamar di Green House yang berada di jalan Rambuttri, letaknya di sebelah jalan Khaosan. Jadi kami nekat naik bus menuju ke sana. Dengan bus AC nomor 59, kami tunjukkan print booking hotel kami ke kondektur bus, seorang ibu agak tua. Kami tidak tahu harus turun dimana, pasrah saja. Ibu kondektur juga bingung, bus tidak sampai ke Khaosan karena demo. Tarif bus 59 tergantung jarak, jadi si ibu harus tahu kami akan turun di mana. Akhirnya kami dikenakan 19 thb/orang. Kami diturunkan di Chatuchak, si ibu menulis di kertas booking hotel kami nomor bus 524 dan tempat turun kami dengan tulisan Thai.

Kondektur bus 524 seorang perempuan muda, dia mengangguk saat saya tunjukkan tulisan ibu tadi, kami berasumsi bahwa dia akan memberitahu kami jika sudah sampai tujuan sesuai tulisan. Tarif bus 15 thb. Dengan menembus kemacetan kota Bangkok, kami melihat banyak demontran di jalan-jalan, kabarnya demonstrasi sudah terpecah di beberapa titik, bukan hanya di Democracy Monument. Hari sudah gelap, kami bertanya-tanya kapan sampainya ya..... Ternyata oh ternyata di mbak kondektur lupa kepada kami sampai di pemberhentian bus terakhir, sepertinya tidak jauh dari Grand Palace. Tempat kami turun terlewatkan, jadi kami harus naik 524 lagi arah sebaliknya.

Kali ini kondekturnya ibu tua, dia memberitahu kami dimana kami harus turun. Ongkos bus 11 thb. Total perjalanan dari DMK sampai kami turun dari bus, sekitar 2 jam.

Kemana arah menuju hotel, kami tidak tahu. Beruntung kami menemukan Tourist Information. Kami harus jalan sampai perempatan lalu belok kanan, kami harus tanya orang lain lagi.

Setelah orang ke-4 barulah kami sampai di Green House, penginapan kami.
Lokasinya jadi satu dengan restoran. Kamar-kamar ada di atas restoran dan cafe. Kamar AC untuk berdua dengan kamar mandi dalam, untuk 2 malam 998 thb. Uang jaminan kunci 500 thb, yang akan dikembalikan saat check out. Kamar cukup lumayan, lebih kecil dari kamar kami sebelumnya, untung hingar-bingar dari luar tidak terdengar sampai kamar.
Pelayanan Green House sangat buruk, kami tidak diberitahu arah kamar sampai kami tersesat karena lokasi kamar terpencar-pencar di dalam restoran dan cafe, air minum di kamar hanya diberikan hari pertama saja, air AC di kamar bocor, wifi tidak bisa diakses dari kamar. Wah gak lagi-lagi deh menginap disitu.

Kami menghabiskan malam dengan jalan-jalan di seputaran Rambuttri dan Khaosan yang penuh dengan turis. Suasananya hingar bingar mirip Kuta, Bali. Kami makan chicken noodle yang enak sekali di ujung jalan Rambuttri, semangkuk 40 thb.

Bersambung.......Day 6

2013/12/03

Thailand Trip Nov'13 - Day 3 - Chiang Rai - Golden Triangle - Mae Sai - Karen Tribe

Pukul 7.15 kami sudah dijemput dengan Van. Di dalam van sudah ada 2 orang, kami masih berkeliling menjemput beberapa orang peserta tur lainnya hingga total 13 orang, ditambah pemandu dan supir jadi 15 orang. Pemberhentian pertama di Chiang Rai Hot Spring, sumber air panas yang memancar naik, berada di tengah-tengah pasar yang sengaja dibuat untuk turis, sehingga terasa tidak alami. Kami diberi waktu 30 menit untuk berkeliling dan mencoba merendam kaki di bak-bak yang diisi air dari hot spring, disarankan tidak lebih dari 10 menit saja.

a
Hot Spring Chiang Rai
Destinasi berikutnya Wat Rong Khun atau White Temple, kuil berwarna putih yang dibangun oleh Ajarn Chalermchai Kositpipat beserta pengikutnya, dengan dana pribadi. Beliau memilih warna putih, berbeda dengan kuil lain yang umumnya berwarna emas. Bangunan toiletnya berwarna emas. Wat Rong Khun, bebas biaya masuk, siapapun dipersilakan datang berkunjung.

Bentuk bangunan dengan ukiran yang sangat rumit, sangat cantik, apalagi dengan latar belakang langit biru. Untuk masuk ke kuil, kita melewati jembatan, dimana seolah-olah kita melewati ladang kengerian, dimana tangan-tangan muncul dari bawah menggapai.
Dinding di dalam kuil dipenuhi lukisan, anehnya terdapat karakter Doraemon, Superman, Spiderman, Ultramen, dll. Dalam salah satu tulisan, beliau mengatakan bahwa beliau ingin menyampaikan bahwa sebenarnya superhero itu tidak ada untuk menyelamatkan dunia namun kita memang membutuhkan pahlawan karena kemerosotan moralitas. Sayangnya kita tidak diperbolehkan memotret sisi dalam kuil.

Wat Rong Khun - White Temple

Wat Rong Khun - White Temple
30 menit telah berlalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Golden Triangle yaitu Chiang Sen border. Kami menggunakan boat untuk mengelilingi lokasi Golden Triangle melalui Sungai Mekong. Boat trip tidak termasuk dalam paket yang kami ambil, jadi kami harus membayar lagi ongkos perahu 300 thb dan 30 thb untuk pajak masuk Donesao Island, pasar di perbatasan wilayah Laos.



Boat trip dimulai dengan melewati Chiang Saen border (Thailand) dimana terdapat patung Budha besar, lalu perbatasan Myanmar dimana terdapat kasino pertama yang didirikan di Golden Triangle. Di tengah-tengah terdapat pulau kecil yang tidak dimiliki oleh  negara manapun (no man's land), disinilah tempat perdagangan opium.  Perjalanan berlanjut  menuju perbatasan Laos melewati kasino Romans King yang baru diresmikan. Kami berlabuh di Donesao Island, pasar yang menjual suvernir, kami harus membayar pajak 30 thb. Transaksi disini menggunakan thb meskipun mata uang Laos adalah Kip, 1 thb = 250 kip. Saya membeli beberapa kaos dengan gambar peta Golden Triangle di sini, saya penggemar peta ;p. Ternyata kaosnya buatan Thailand. Penjual kaos, seorang bisu namun tidak menghalangi komunikasi kami yang menggunakan bahasa tangan dan kalkulator hahaha.....

Kami hanya diberi waktu 30 menit, jadi tidak lama harus kembali ke perahu. Perjalanan kembali ke dermaga selama 30 menit, jadi total 1,5 jam kami habiskan di sini.

Golden Triangle

Golden Triangle

Donesao Market, Laos
Kami makan siang hampir jam 2 siang, sudah termasuk dalam paket tur. Makan siang prasmanan, ada menu barat dan Thai, sayangnya buah-buahan cepat habis, sebab banyak rombongan tur yang datang makan siang.

Mae Sai, perbatasan Thailand dengan Myanmar (Tachilek) yang dipisahkan oleh sebuah jembatan merupakan tujuan kami selanjutnya. Separuh jembatan milik Thailand, separuh lagi milik Myanmar, hanya selompatan saja kita bisa mengunjungi 2 negara ;D.

Disini kami hanya diberi waktu 30 menit untuk melihat-lihat. Jika ingin menyeberang ke Myanmar, harus melewati imigrasi dan membayar visa 500 thb.Saya dan teman saya tidak menyebrang, karena waktu yang singkat, selain teman saya juga tidak membawa paspornya yang masih ditahan di tempat sewa motor. Namun kami dapat melihat jembatan dari sisi Thailand melalui jalan kecil di pasar. Toh nantinya kami akan mengunjungi Myanmar, jika ada kesempatan. Semoga....

Mae Sai  (Thailand-Myanmar Border)
Mae Sai, kota perbatasan yang sangat ramai, saya rasa begitulah seharusnya. Bahkan pembatas jalan yang hanya setengah meter saja jadi tempat berdagang, mobil tidak ada tempat parkir sehingga harus putar beberapa kali sambil menunggu peserta tur kembali.
Penduduk di perbatasan Mae Sai sepertinya menikmati kesejahteraan yang sama dengan kota lainnya. Saya berharap kota-kota perbatasan kita juga bisa demikian, bukan hanya berita menyedihkan saja yang terdengar. Thailand sangat pandai mengemas pariwisatanya, kita bisa belajar dari mereka.

Destinasi terakhir trip adalah mengunjungi suku Akha, Palong dan Karen yang terkenal dengan leher dan telinga panjang. Saya kira lokasi masing-masing suku di tempat yang berbeda, ternyata berada di satu tempat saja, jumlah mereka tidak terlalu banyak tapi untung saya masih melihat bayi dan anak-anak, artinya mereka belum akan punah. Mereka menjual kerajinan tangan. Suku Karen berasal dari Burma/Myanmar, mereka menjual kain hasil tenunan. Semua orang sepertinya sadar kamera, siap untuk difoto.


Karen Tribe (long neck, big ears)
Perjalanan kembali ke Chiang Mai, semuanya tertidur. Sampai di CM sekitar jam 20.30. Kami diantar kembali ke hotel. Ternyata lokasi Saturday Walking Market tidak jauh dari penginapan, hanya di ujung jalan saja, jadi kami menaruh barang-barang di hostel, ganti sandal dan keluar lagi ke pasar sabtu malam. Berbelanja sedikit dan mencoba beberapa makanan. CM punya 3 pasar malam di lokasi yang berbeda: Night Bazaar (setiap malam), Saturday Walking Market (sabtu malam, Wualai road, tidak jauh di depan CM Gate), Sunday Walking Street (minggu malam, Ratchadamnoen street, di dalam kota tua).
Di jual berbagai macam kerajinan tangan, suvenir, makanan dari seafood sampai serangga. Sempatkan mengunjunginya, meskipun hanya melihat-lihat, nikmati berjalan-jalan di malam hari sambil mencoba cicipi makanan lokal. Kami sempat mencoba sate cumi bakar dan salad mangga yang asam pedas.

Wualai road - Saturday Walking Market
Malam sebelum tidur, kami mendapat kabar dari teman kami yang berada di Bangkok melalui Skype bahwa Bangkok penuh dengan demonstran, tepatnya di sekitar Democracy Monument. Kebetulan teman saya menginap persis di depannya. Katanya mereka demo sampai pagi, ramai sekali sampai tidak bisa tidur. Kami berdoa supaya saat kami kembali ke Bangkok, demo sudah reda. Amin.....

Bersambung...... Day 4



Thailand Trip Nov'13 - Day 2 - Uttaradit - Chiang Mai

Pukul 4 pagi kami bangun bersiap-siap sebelum kereta sampai di Uttaradit. Saya turun dari tempat tidur di atas. Air di wastafel cukup lancar, kami gosok gigi dan cuci muka. Ternyata kereta terlambat sampai ke Uttaradit yang seharusnya pukup 4.49 baru sampai pukul 5.15 pagi.

Hari masih gelap, beberapa supir tuk-tuk dan taxi menawarkan jasanya. Kami mencari informasi, dimana letak terminal bus dan bagaimana cara ke sana. Petugas stasiun seorang bapak tua, menjelaskan arah menuju stasiun, jalan ke arah kanan, melewati 2 perempatan lalu belok kanan, ikuti jalan maka akan sampai ke terminal, sekitar 2 km.

Kami pikir kalau hanya 2 km saja, bisalah jalan kaki, toh masih pagi dan hawa dingin. Infonya bus ke Chiang Mai berangkat dari pukul 5.15, 5.30 dan jam 6.15. Sebenarnya saya agak khawatir kalau-kalau tidak keburu sampai di terminal.

Kami berjalan sesuai arahan si bapak. Sebelum sampai pintu keluar, si bapak memanggil. Kirain mau ngapain, ternyata dia mau mengantar kami dengan sepeda motornya hahaha...
Jadilah kami berboncengan bertiga dengan ransel2 kami, sampai di pintu terminal. Terima kasih ya pak.....;D

Loket sudah beberapa orang antri. Kami menyambung antrian dan mendapat tiket ke CM jam 7, harga tiket bus AC ekonomi thb 169. Bus-nya cukup bagus dan nyaman, berhenti di beberapa kota untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Jam 11.15 sampailah kami di Chiang Mai Arcade Bus Terminal. Chiang Mai punya 2 terminal bus. Arcade ini letaknya di pinggir kota CM. Suasana terminal lengang, tidak banyak bus maupun penumpang lalu lalang.

Chiang Mai Arcade Bus Terminal
Kami mencari kendaraan menuju penginapan yang sudah kami pesan melalui Booking.com, Noble House, Nantaram road. Kami tunjukkan print out  hotel booking kami, karena di situ ada tulisan huruf Thai-nya. Transportasi yang ada tuk-tuk dan song thaew (mobil pick-up dengan 2 bangku panjang). Kami ditawari oleh ibu-ibu untuk carter 1 mobil, kami menolak. Kami bilang tidak apa-apa menunggu. Si ibu bilang kalau sampai penginapan kami 40 baht, kami minta di depan jalan masuk saja. Dia bilang jalannya jauh, 151 menitan. Akhirnya sepakat 30 baht per orang. Lalu si ibu pergi, mungkin cari penumpang.

Selagi kami duduk menunggu, ada seorang bapak mendekati kami, bertanya kami mau kemana. Kami tunjukkan kertas booking, dia bilang tau tempat itu. Menawarkan 30 baht berangkat sekarang. Sebenarnya kami merasa gak enak dengan ibu tadi, tapi kami lihat sekeliling tidak kelihatan. Ya sudahlah, kami naik angkot si bapak.

Sepanjang perjalanan, saya lihat banyak sekali turis di jalan-jalan. Rupanya CM memang kota tujuan turis. Singkatnya sampailah kami di ujung jalan masuk Nantaram road, rupanya letaknya di depan Chiang Mai Gate, salah satu gerbang yang mengelilingi kota tua CM. Dan ternyata dari ujung jalan, Noble House sudah kelihatan, tidak sampai 5 menit jalan kaki.

Kami mendapat kamar di lantai 3, kamarnya cukup besar dan nyaman, dilengkapi dengan AC, kulkas, TV dengan TV Kabel, kamar mandi dan toilet di dalam kamar, serta balkon. Dengan harga thb 980 untuk 2 malam dibagi berdua, kami puas dengan kamar kami. Kamarnya bersih, staf nya sangat membantu dan letaknya cukup strategis.

Melalui staf hotel kami dibantu untuk sewa motor. Harga sewa thb 150 untuk 24 jam, kami tawar karena kami hanya menggunakan sampai jam 9 malam, sedangkan sekarang sudah jam 14. Akhirnya kami mendapat harga thb 100.

Kami juga mendapat diskon untuk 1 day trip besok pagi yang akan kami ikuti, dengan tujuan Chiang rai, Golden Triangle, Mae Sai dan suku Karen, dari harga 1.100 menjadi 1000. Besok akan dijemput pukul 7.30 pagi.

Our room, motor bike and chicken noodle for lunch


Selesai administrasi dan pembayaran, kami cari makan siang dulu di sekitar penginapan banyak rumah makan.  Kami memesan chicken noodle, ternyata versi kecap mirip semur tapi tidak terlalu manis, enakkkkk....apalagi kami sudah kelaparan.

Kami mendapat motor warna ungu yang cantik dengan hiasan bling-bling. Tujuan kami ke Wat Phra That Doi Suthep, sekitar 17 km dari pusat kota. Berbekal peta yang kami ambil dari hostel dan informasi dari pegawai sewa motor, kami mengisi bensin 70 thb, tidak sampai 2 liter.

Jalan menuju Wat Doi Suthep cukup mudah. Ikuti saja jalan raya yang mengelilingi kota tua, sampai ketemu Hualin Corner, ambil belok ke kiri, selanjutnya ikuti jalan saja. Jika melewati Chiang Mai University lalu CHiang Mai Zoo, maka anda ada di jalan yang benar.

Wat Doi Suthep, ramai dengan pengunjung selain turis juga beberapa datang untuk berdoa. Terdapat 2 jalan masuk, 1 melalui tangga naik, yang lain melalui cable car dengan membayar 20 thb untuk naik turun. Tiket masuk wat 30 thb.
Sebelumnya kami tidak tahu ada jalan naik, jadi kami naik cable car, jadi kami harus membayar 50 thb.
Dari salah satu sudut wat, kita dapat melihat kota CM dari ketinggian.



4 km dari Wat Doi Suthep terdapat istana musim dingin keluarga kerajaan bernama Phra Tamnak Phu Phing, semula kami ingin mengunjunginya namun apa mau dikata motor tidak bisa nanjak, dan di tengah jalan ada pohon tumbang jadi harus tunggu antrian, sedangkan kami hanya punya waktu hari ini saja untuk menjelajah kota CM.
 
Jadilah kami putar balik, mana bensin juga mepet sekali, seharusnya tadi kami isi paling tidak 100 thb. Pada arah jalan balik ke kota saya sempatkan memotret CM Zoo dari seberang jalan.
 
Chiang Mai Zoo & Aquarium
 
Target berikutnya adalah Wat Pra Singh, Wat Chedi Luang dan Wat Chiang Man yang berada di area dalam kota tua. Sebenarnya banyak Wat, namun waktu tidak memungkinkan, jadi kami harus memilih prioritas.
 
Kami mengisi bensin lagi 70 thb, sebelum masuk ke kota tua. Kota tua CM mempunyai 5 pintu gerbang: Chiang Mai Gate, Suan Proong Gate, Thapae Gate, Chang Puek Gate, Suan Dok Gate, dan 4 corner: Katam Corner,Ku Huang Corner, Hualin Corner dan Sriphum Corner. Gerbang paling ramai oleh turis adalah Thapae Gate, di sekitarnya banyak resto dan bar. Di dalam kota tua juga banyak sekali jalan kecil penuh dengan guest house. Chiang Mai sangat tourist friendly. Hawa sejuk, lebih nyaman dibandingkan Bangkok yang macet, namun memang beda, masing-masing punya kelebihannya sendiri.
 
Wat Chedi Luang

Wat Phra Singh
hari sudah gelap saat kami sampai di Wat Chiang Man, jadi sudah tidak bisa mengambil foto. Juga sudah tutup, hanya melihat-lihat di bagian depannya saja.

Selanjutnya kami menuju ke Night Bazaar, sekalian cari makan malam, sudah lapar.
Kami makan di food court di dalam area Night Bazaar, harga lebih mahal dibandingkan jika makan di rumah makan. Tom yum seafood noodle 60 thb.
Night Bazaar, pedagang berbagai jenis barang, dari suvenir, pakaian, tas, lukisan dan sebagainya. 

Hari sudah malam, kami memutuskan kembali ke penginapan karena besok pagi-pagi akan dijemput untuk trip ke Chiang Rai. Saran saya jika anda sewa motor dan mengunjungi Doi Suthep, sebaiknya pilih motor dengan CC yang besar, hingga kuat menanjak, lalu isi bensin 100 thb sekaligus, sebab ternyata sisa bensin masih banyak sepulang dari Night Bazaar.

Bersambung....   Day 3
 
 



2013/11/30

Thailand Trip Nov'13 - Day 1 - CGK - BKK - Uttaradit

Dengan Air Asia QZ 8323 melalui bandara Sukarno Hatta (SHIA) terminal 3, kami terbang ke Bangkok dan mendarat di Don Muang (DMK). DMK digunakan untuk penerbangan domestik dan penerbangan internasional untuk budget flight. Sebenarnya DMK letaknya lebih dekat ke pusat kota Bangkok dibandingkan dengan bandara Suvarnabhumi (BKK), namum kemudahan akses dari Suvarnabhumi dengan adanya airport link, mendarat di BKK lebih nyaman.

Beruntung kami dijemput oleh adik saya yang beberapa tahun terakhir ini tinggal di Bangkok. Trip kali ini memang sekalian ketemuan dengan adik saya. Kami sudah lama tidak ketemu. Tas saya penuh dengan barang-barang pesanan adik saya, biasa orang lama di luar negri pasti kangen dengan makanan Indonesia hehehe.....

Hari sudah siang, jadi kami langsung menuju ke Baiyoke Tower, yang kabarnya merupakan tower tertinggi di Thailand (309 meter, 83 lantai). Untuk makan di sini perlu reservasi terlebih dahulu, reservasi untuk kami pukul 13.00. Baiyoke letaknya tidak jauh dari stasiun BTS Makasan.

Sebelum makan kami dibawa ke roof top terlebih dahulu, di sini kita bisa menyaksikan kota Bangkok 360 derajat, karena terdapat bagian lantai yang memutar. Kami makan buffet, makanannya tidak terlalu istimewa tapi segala macam makanan ada. Sushi roll-nya enakkkk....seafood-nya lumayan hanya kurang besar. Saya hanya mencoba makanan Thailand dan Jepang saja, makanan barat tidak saya coba, sudah terlalu kenyang.

Baiyoke Tower


Selesai makan dan menyerahkan barang titipan, kami di antar sampai ke Mal Terminal 21 dekat dengan stasiun MRT Ashok. DJ perlu menukar uang Baht (THB), sekalian kami jalan-jalan sambil menunggu waktu keberangkatan kereta ke Chiang Mai pukul 18.00. Saya titip adik saya untuk membelikan tiket kereta BKK-CM sebulan sebelumnya, karena pembelian melalui website sedang dihentikan.

Mal Terminal 21 cukup menarik dengan konsep airport, di beberapa sudut dihiasi dengan ikon-ikon dari beberapa negara sesuai dengan areanya. Misalnya area Inggris, ada bus double dekker dan gardu beserta penjaga istana. Area Turki, salah satu tiangnya terdapat penari Rumi. Are Jepang, 2 sumo sedang bertarung. Bahkan dibuat replika Golden Gate, ikon dari San Fransisco. Kami berdua bukan penggila belanja, jadi adanya ikon-ikon tadi menarik buat kami, serasa bepergian ke beberapa negara sekaligus...;p

Terminal 21 Mall, Bangkok (near MRT & BTS Ashok)
Di lantai bawah terdapat supermarket, kami membeli air 1,5 l (thb 11), ternyata air di Hua lamphong harganya dua kali lipat (thb 22). Saya membeli ketan mangga (manggo sticky rice) untuk makan nanti malam. Di supermarket ini (Gourmet kalau tidak salah namanya), dijual berbagai macam manisan, sepertinya apapun bisa dijadikan manisan, dari mulai asam (tamarin), buah-buahan seperti mangga, kiwi, strawbery sampai berbagai macam berry lainnya. Segala jenis kacang juga ada, dari yang biasa seperti mete, macadamia sampai yang baru saya lihat biji cemara (pine). DJ membeli sebungkus kacang campur, dia memang penggemar kacang ;p

Lewat pukul 4 sore, kami menuju stasiun MRT Ashok untuk menuju ke stasiun Hua Lamphong, thb 27. Sesampai di stasiun Hua Lamphong, kami cari kereta kami sesuai yang tercantum pada tiket. Kami mengelilingi seluruh platform yang ada tapi kereta tidak nampak. Tanya ke petugas stasiun, yang ada juga tidak tahu, padahal kereta yang akan berangkat pukul 8 malam saja sudah ada di salah satu platform.

Kami ke bagian informasi, dan mendapat jawaban bahwa kereta kami dibatalkan keberangkatannya, karena masih adanya perbaikan jalur rek kereta api menuju CM. Dia meminta kami untuk me-refund tiket di loket nomor 1. Nah lho....bagaimana nih....bisa berantakan semua rencana kalau kami tidak sampai di CM besok pagi, waduhhhh....

Info yang kami dapat, alternatifnya adalah:
  1. Dengan kereta malam menuju Uttaradit, lalu ganti naik bus menuju CM.
  2. Naik bus ke CM namun harus ke terminal Mochit.
  3. Naik pesawat, harus balik ke DMK.
Kami diantar ke agen perjalanan di lantai atas, dan menemukan bahwa semua bus menuju CM sudah penuh. Tiket pesawat thb.5.700.
Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba kereta menuju Uttaradit, setidaknya kami tetap dapat merasakan naik kereta dengan tempat tidur, meskipun sampai di CM meleset dari rencana, jadi siang hari. Harga tiket untuk kereta kelas dua dengan AC, lower bed thb 670 sedang upper bed 600. Kami mengambil bed atas dan bawah.

Sambil menunggu keberangkatan kereta, kami duduk-duduk sambil makan dan mengamati lalu lintas di depan stasiun. Menurut peta seharusnya China Town letaknya tidak jauh di depan stasiun, namun saya ragu arahnya, apakah ke kanan, ke kiri atau lurus ke depan, lagipula sebagian jalanan sedang ditutup karena pembuatan jalur baru kereta.


Sebelum naik kereta, kami ke toilet dahulu di stasiun, ternyata tersedia juga tempat untuk mandi. Toilet thb 2, shower thb 20. Di sini toilet berbayar yang paling murah yang kami gunakan selama trip, di tempat lain thb 3, di Chiang Rai malah thb 5.

Pukul 8 kurang, kami masuk ke kereta, masih belum ada orang lain di gerbong kami. AC sudah dinyalakan, jadi lumayanlah. Tidak lama setelah kereta bergerak, petugas mulai menata tempat tidur di semua bangku yang ditempati.

Dua bangku berhadapan ditarik dan disatukan, lalu dialasi dengan kasur lipat tipis, lalu dipasang sprei dan ditambahkan bantal dan selimut baru. Demikian pula dibagian atas, ditarik menjadi alas tempat tidur. Tersedia tangga untuk naik ke atas serta tempat menaruh tas dan sepatu kita. Masing-masing kompartemen dipasangi tirai untuk privasi.
Kami tidur cukup nyenyak, mungkin karena capek dan memang cukup nyaman.

Uttaradit, 1 stasiun sebelum stasiun destinasi terakhir, maka kami memasang alarm pukul 4 pagi. Sehingga masih sempat cuci muka sebelum turun dari kereta.
Petugas stasiun akan memberitahukan penumpang yang akan turun.

Demikian hari pertama kami di Thailand......


Thailand Trip Itinerary - November 2013

Thailand, negri tetangga yang cukup mudah untuk dieksplorasi. Setelah 10 tahun lalu sempat mengunjungi Bangkok saja dan 2 tahun lalu hanya transit di Suvarnabhumi dalam perjalanan ke Eropa, kali ini saya ingin mengunjungi Thailand utara.

Saya membeli tiket Air Asia bulan Mei lalu untuk perjalanan November mendapat harga tiket rp.1.399.000,- . Baru-baru ini Lion Air ternyata membuka penerbangan ke Thailand, dan memberikan harga promo yang bersaing dengan Air Asia, dengan tambahan keuntungan sudah termasuk bagasi 20 kg. Namun apa mau dikata, tiket sudah dibeli.

Awalnya saya ingin terbang langsung dari Jakarta ke Chiang Mai, lalu kembali ke Jakarta melalui Bangkok. Namun setelah saya bandingkan dengan CGK-DMK pergi pulang serta ke Chiang Mai menggunakan kereta api, maka saya memutuskan untuk membeli tiket Air Asia CGK-DMK pp. Air Asia mendarat di bandara Don Mueang, Bangkok.

Trip kali ini, saya pergi berdua teman saya DJ,salah satu teman jalan-jalan saya.
Berikut itinerary trip kami ke Thailand di bulan November 2013.


Rute perjalanan

Hari ke 1
  •  CGK - DMK (07.20 - 10.45) dengan Air Asia, tidak ada perbedaan waktu antara Jakarta dan Bangkok. 
  • Makan siang di Bangkok
  • Naik kereta malam dari stasiun Hua lampong menuju Chiang Mai, yang ternyata dibatalkan karena perbaikan rel masih belum selesai. Kami memilih tetap naik kereta malam pukul 20.10 sampai Uttaradit, jalur kereta utara yang masih dapat dilalui. Sampai di Uttaradit pukul 5.15 menurut jadwal seharusnya telah sampai pukul 04.49.
  • Kami mengambil kereta sleeper dengan AC, cukup nyaman untuk tidur.

Hari ke 2
  • Dari Uttaradit naik bus menuju Chiang Mai dari pukul 7.00 - 11.30 (4,5 jam). Stasiun bus terletak 2 km dari stasiun kereta api.
  • Dari terminal bus antar kota (Chiang Mai Arcade bus station) menuju hotel menggunakan songtheaw (angkutan kota mobil pick-up dengan 2 bangku panjang dari kayu). 
  • Menginap di Noble House untuk 2 malam, letaknya cukup strategis, berada di jalan depan Chiang Mai Gate, salah satu gerbang kota tua CM. Hanya 5 menit jalan kaki menuju lokasi Saturday Walking Market (pasar malam yang hanya ada hari sabtu malam).
  • Explore Chiang Mai dengan motor sewaan (Wat Phra That Doi SUthep, Wat Pra Singh, Wat Chedi Luang, Wat ChiangMan, CM Night Bazaar)
Hari ke 3
  • Mengikuti 1 day tour Chiang Rai, Golden Triangle, suku leher panjang Karen (7.15 - 20.30) :
    • Chiang Rai Hot Spring
    • Wat Rong Khun (White Temple)
    • Golden Triangle (boat trip along Mekong River)
    • Donesao market, Golden Triangle special economic zone, Laos
    • Mae Sai border (Thailand - Myanmar border)
    • Akha & Palong hill tribe
    • Long neck, big ears, Karen hill tribe
    • back to CM 
  •  Saturday Walking Market
Hari ke 4
  • CM to Sukhothai dengan bus 5,5 jam (8.00- 13.30)
  • Menginap di EZ House, New Sukhothai
Hari ke 5
  • Menjelajah Sukhothai Historical Park di kota tua Shukhotai, bagian tengah & barat.
  • Sukhothai - Pitsanulok dengan mini bus (1 jam)
  • Terminal Pitsanulok - Airport Pitsanulok dengan mobil pick-up
  • Pitsanulok - DMK dengan Nok Air (1 jam)
  • DMK ke Rambuttri dengan bus kota no.59 lalu ganti 524 di chatuchak 
  • Menginap di Green House, Rambuttri street, 2 malam.
Hari ke 6
  • Menjelajah Bangkok dalam kondisi Bangkok masih dikepung demo
    • Siam Paragon
    • MBK
    • Asiatique dengan boat di Chao Praya
    • Khaosan
    • Rambuttri
Hari ke 7 : Rambuttri - DMK - CGK

Cerita selengkapnya ada di tulisan berikutnya.....



2013/10/01

Menyusuri Roma, the eternal city (2)

Target hari ini adalah ke Vatican,Colosseum dan Roman Forum. Kami berangkat pagi-pagi, sampai di antrian masuk Vatican sebelum jam 8 pagi. Terdapat 2 jalur antrian, untuk perorangan dan untuk rombongan tur. Saat kami sampai sudah banyak orang yang datang. Setelah  hampir 1 jam, barulah kami mendapat tiket. Museum Vatican berisi karya-karya seni bernilai tinggi, perlu waktu yang cukup banyak jika ingin menikmati semuanya.

Kami juga masuk ke Sistine Chapel, tempat dimana Papal Conclave (prosesi pemilihan Paus baru) dilaksanakan. Kapel tidak terlalu besar, di dinding dan langit-langit penuh dengan lukisan, tidak boleh memotret dan mengambil gambar, jadi cukup duduk diam dan menikmatinya, tidak boleh berisik. Di langit-langit kapel terlihat lukisan Michelangelo, The Last Judgment (1535-1541).


Keluar dari museum, kami menuju St.Peter's Square dimana terdapat St. Peter's Basilica. Hari sudah siang dan antrian masuk Basilica masih panjang, jadi kami duduk diantara tiang-tiang besar sambil makan siang. Di tengah lapangan terdapat obelisk besar berusia 4 ribu tahun. Tiang-tiang besar yang mengelilingi lapangan dan air mancur di tengahnya, dirancang oleh Bernini.


Colosseum, merupakan amphitheater terbesar di dunia, dibangun dari batu dan beton. Saat kami di sana sedang dilakukan rekonstruksi pada area tengah. Sebagian bangunan sudah menjadi reruntuhan namun bentuk luarnya masih dapat dikenali.



Roman Forum berada tidak jauh dari Colosseum, merupakan area reruntuhan bagian kota Roma Kuno, dimana dahulu terdapat beberapa bangunan pemerintahan, rumah-rumah pejabat dan orang kaya, pasar dan sebagainya. Sampai saat ini masih dilakukan rekonstruksi.

 

Kami kembali ke camping pada senja hari, sebelumnya mampir di supermarket untuk membeli oleh-oleh karena esok pagi kami akan pulang.
Dari camping tersedia airport transfer pada jam yang telah ditentukan dengan membayar eur 11. Di airport saya membeli wine dari Chianti yang terkenal dan kopi Italy.

Selesailah trip Eropa pertama kami, mudah-mudahan lain kali mendapat kesempatan untuk kembali dengan destinasi yang berbeda.

 

Menyusuri Roma, the eternal city (1)

Roma menjadi destinasi terakhir trip Eropa kami sebelum kembali ke tanah air. Kami naik kereta dari Florence, dengan menggunakan Eurail pass namun tetap harus membeli kursi eur 10. Kereta berangkat pukul 10.40, sampai di stasiun Termini tepat pukul 12.13.

Map of Italy

Kami membeli tiket untuk 1 hari berlaku sampai tengah malam, bukan 24 jam seperti di Jerman atau Austria. Jenis tiket transportasi yang tersedia ada untuk sekali naik (berlaku 100 menit), tiket 1 hari, 3 hari, 7 hari, sebulan dan setahun. Tiket berlaku untuk kereta, trem, bus namun tidak termasuk kereta ke airport. Tiket harus divalidasi di pintu masuk untuk stasiun kereta dan di mesin dalam bus.
Roma punya 2 jalur kereta bawah tanah yang disebut Metro, jalur oranye dan biru.

Dari stasiun Termini, kami naik Metro, turun jauh di bawah tanah, lorong dan bangunan sudah sangat tua. Trurun di stasiun Cornelia lalu naik bus nomor 246 turun di depan supermarket Panorama yang ada di seberang area Plus Camping Roma tempat kami menginap. Kami menginap di tenda untuk 2 orang, tenda mirip dengan yag ada di Florence, hanya saja dibagun berjajar rapat satu sama lain. Area kamar mandi, toilet dan mesin cuci jauh lebih bagus daripada di Florence. Jadi ada plus minusnya antara keduanya. Ada tambahan biaya reservasi yaitu tax eur 1/orang/hari dan biaya jaminan kunci eur 5 yang akan dikembalikan saat kita check out.


Setelah berberes, kami memulai penjelajahan mulai dari Trevi Fountain, Naik bus 246 sampai stasiun Cornelia, lalu naik metro sampai Barberini Trevi, selanjutnya jalan kaki.

Trevi Fountain (Fontana di Trevi) adalah air mancur yang berada di tengah kota Roma di pertemuan 3 jalan (trevi) yaitu Via De' Crocicchi, Via Poli and Via Delle Muratte. Di tengah air mancur berdiri patung Ocean, anak dari Sky dan Vesta. Sulit menggambarkan keindahan dari keseluruhan konstruksi, jadi sebaiknya nikmati saja fotonya. Sewaktu kami sampai, di sana penuh orang sedang jalanan sempit. Ada kepercayaan jika kita melempar uang koin ke dalamnya, maka suatu saat kita akan kembali ke Roma. Percaya atau tidak, terserah anda....

 

Pantheon yang berarti dewa-dewa, dahulu merupakan kuil, lalu berubah fungsi menjadi gereja sampai saat ini, di dalamnya terdapat beberapa makam, salah satunya makam pelukis Raphael Sanzio da Urbino yang disebut dalam novel Dan Brown, Angel and Demons. Atap bangunan berkubah bulat, dengan lubang di tengahnya sebagai jalan masuk udara dan cahaya matahari, berfungsi sebagai ventilasi, pendingin dan penerangan.


Perjalanan berlanjut ke Piazza Navona, ditengahnya terdapat Fountain of the Four Rivers (Fontana dei Quattro Fiumi), salah satu karya Gian Lorenzo Bernini, tahun 1651. 4 sungai mewakili sungai Nil di Africa, Gangga di Asia, Danube di Europa, dan Rio de la Plata di Amerika. Air mancur ini juga menjadi lokasi altar 'Air' pada Angel and Demons.


Perjalanan kami lanjutkan sampai hari mulai gelap. Kembali ke camping setelah sebelumnya membeli makanan dan minuman di supermarket Panorama. Esok pagi penjelajahan akan dilanjutkan.....

2013/09/30

Singgah di Florence / Firenze

Under the Tuscan Sun, sebuah film drama komedi romantis tahun 2003, dibintangi oleh Diane Lane, lokasi utama cerita adalah sebuah desa di Tuscan, Italy. Desa tergambar sangat cantik, sehingga saya memimpikan suatu saat jika beruntung, dapat mampir.

Sekitar 8 tahun kemudian, saya memasukkan Florence sebagai salah satu destinasi yang kami kunjungi pada trip Eropa kami. Dari Venice kami naik kereta sampai di Stasiun Santa Maria Novella, Florence. Hari sudah siang menjelang sore sewaktu kami sampai, jadi kami memutuskan untuk makan siang dahulu sebelum ke tempat kami menginap.

Aturan transportasi umum di Florence berbeda dengan sebelumnya. Transportasi dalam kota didominasi oleh bus. Dengan tiket bus seharga eur 1,20 berlaku untuk 90 menit, jadi selama 90 menit anda bebas untuk naik turun bus dihitung dari waktu penggunaan (time stamp) pertama kali.

Dari stasiun, kami naik bus nomor 12, sampai di halte setelah Piazzale Michelangelo. Kami menginap di Plus Camping Michelangelo, di sebuah rumah tenda yang kami gunakan berdua, di dalamnya tersedia tempat tidur. Area camping tersebar diantara kebun zaitun, terdapat area tenda dan area caravan. Letak tenda kami cukup jauh dari pintu masuk maupun area kamar mandi dan toilet yang terpisah. Untuk menuju ke tenda kami saja, kami diberi peta ;p. Camping Fusina di Venice masih lebih baik kondisinya dibandingkan dengan disini. Namun tidak masalah bagi kami, kami ingin mencoba sesuatu yang berbeda, lumayan untuk menambah pengalaman.

Nilai plusnya adalah lokasinya tidak jauh dari Piazzale Michelangelo (Michelangelo Square)yang terkenal, dimana kita bisa menikmati kota Florence dari ketinggian, sebab letaknya di atas bukit. Di tengah piazzale terdapat patung Daud (David) karya Michelangelo terbuat dari tembaga.

Hari pertama di Florence kami habiskan untuk duduk-duduk menikmati kota dari Piazzale. Di dalam area camping tersedia mini market untuk berbagai kebutuhan pengunjung. Udara bulan September cukup dingin di dalam tenda meskipun sudah memakai selimut tebal. Tidak tersedia colokan listrik didalam tenda. Jika ingin charge baterai, harus membayar eur 1 untuk 1 jam.


Piazzale Michelangelo, Firenze

Selesai ritual pagi, kami membeli tiket bus untuk perjalanan pergi dan pulang ke camping. Dengan berbekal peta yang kami dapat dari camping, kami menjelajah kota Florence dimulai dari jembatan Ponte Vecchio (Old Bridge), yang merupakan peninggalan abad pertengahan, meski beberapa kali rusak karena banjir. Jembatan tidak dirusak oleh Jerman pada Perang Dunia kedua. Kami sempat melewati di beberapa tempat menarik:
  • The Basilica di Santa Maria del Fiore (Basilica of Saint Mary of the Flower) atau disebut juga Il Duomo di Firenze, merupakan gereja kathedral di Florence, Italy.
  • The Palazzo Vecchio (Old Palace) merupakan salah satu balai kota yang paling mengesankan di wilayah Tuscany.
  • Patung David karya seni Michaelangelo setinggi lebih dari 5 meter terbuat dari marmer, di tempatkan di alun-alun Palazzo della Signoria, yang diresmikan tahun 1504.
  • Santa Maria Novella, basilika pertama di kota Florence, terletak di seberang stasiun kereta Santa Maria Novella.
  • The Basilica di Santa Croce (Basilica of the Holy Cross), gereja Fransiskan, terletak 800 meter sebelah tenggara the Duomo. Tempat dimakamkan beberapa orang Italy terkenal seperti Michelangelo, Galileo, Machiavelli, dan lainnya.
  • Piazza della Signoria, alun-alun yang terletak tidak jauh dari Ponte Vecchio dan Piazza del Duomo.
  • The Loggia dei Lanzi, dapat dikatakan galeri patung terbuka hasil karya seni era Renaissance termasuk the Medici lions.
  • The Florence Baptistery (Battistero di San Giovanni),juga dikenal sebagai the Baptistry of Saint John. Berbentuk oktagon terletak diantara Piazza del Duomo dan Piazza di San Giovanni, di seberang Florence Cathedral. Dibagun antara tahun 1059 dan 1128.
Kami sempat tersesat masuk ke pasar, baru kali ini kami melihat pasar beneran di Eropa. Pasar tertata rapi dan bersih, harga buah sangat murah, kami membeli peach eur 1,4 untuk 1 kg. Rasanya manis dan crunchy, baru kali ini kami makan buah peach segar, biasanya sudah di dalam kaleng....


Ponte Vecchio (Old Bridge)







Makan malam kali ini kami mencoba makan pizza di negeri asalnya, pizza margaritha eur 5. Esok pagi perjalanan ke destinasi terakhir sebelum kembali ke tanah air, Roma.

2013/09/24

Lost in Venice

Venice/Venezia merupakan sebuah kota di bagian timur laut Italy. Seluruh kota berikut lagunanya terdaftar sebagai Situs Warisan Dunia. Terdiri dari sekitar 118 pulau kecil yang dipisahkan oleh kanal dan terhubung dengan jembatan.

Kami sampai di Venice sekitar pukul 8.30 pagi dengan kereta malam dari Vienna.
Venice punya 2 stasiun kereta yaitu Metre yang merupakan stasiun kereta terakhir di Venezia daratan sebelum menyeberang ke pulau Venezia, dan stasiun Venezia Santa Lucia. Begitu sampai, terasa sekali bedanya dengan kota-kota Eropa yang kami kunjungi sebelumnya. Cuaca lebih panas, transportasi tidak senyaman Jerman dan Austria, susah menemukan orang yang bisa berbahasa Inggris.

Semula berniat untuk menitipkan tas, jalan-jalan baru ke tempat menginap, namun ternyata tidak ada loker otomatis seperti sebelumnya, tas hanya disimpan di rak-rak saja, harganyapun mahal eur 4 per 5 jam kemudian bertambah eur 0,6 per jam. Maka kami batalkan untuk titip dan langsung ke penginapan.

Seperti judul di atas, kami tersesat di Venezia dalam arti sesungguhnya. Ceritanya begini, kami tanya di tourist information bagaimana caranya menuju tempat kami menginap yaitu Camping Fusina Tourist Village, sebuah area perkemahan yang ternyata terletak di daratan utama Venesia, bukan di pulau. Kami diberitahu untuk naik bus nomor 6 lalu ganti nomor 16 di Rizzardi. Lalu kami membeli tiket untuk 24 jam eur 18, berlaku untuk bus dan water bus, belakangan baru tahu hanya berlaku di area Venezia, tidak berlaku di pulau lainnya. Ternyata karena hari minggu, bus 16 tidak beroperasi sedangkan bus 6 tidak berhenti di Rizzardi seperti yang diberitahukan. Supir bus tidak mengerti bahasa Inggris, jadi susah komunikasinya, tapi ganteng sih....hahahaha.....

Jadilah kami bolak-balik naik bus 6 itu, ternyata banyak rute 1 arah  jadi rute pergi beda dengan rute pulang. Kami naik arah balik akhirnya sampai juga kami di Rizzardi. Kami harus ganti bus 10 sebagai ganti bus 16. Nah masalah belum selesai, kami kira nomor bus hanya digunakan untuk 1 jurusan, jadi kami naiklah ke bus nomor 10 tanpa membaca tujuannya. Setelah bolak-balik 3 kali, akhirnya kami diturunkan di area perumahan, katanya tinggal belok kiri sudah sampai. Setelah beberapa lama jalan kaki tidak ketemu juga, tidak banyak orang di luar rumah, sulit untuk mencari orang yang bisa ditanya.
Akhirnya ketemu cowok cakep yang baru mau masuk ke rumahnya, kami tanya bagaimana caranya ke Fusina, nah dia tidak paham bahasa Inggris, kami juga tidak mengerti bahasa Italia, waduh dia pusing kami juga ikutan pusing hahaha......Akhirnya dia antar kami ke halte tidak jauh dari rumahnya, dengan gerakan tangan dan bahasa Italia, kami menangkap bahwa kami harus naik bus nomor 10 tapi jurusan Fusina dari halte itu. Ternyata bus 10 itu hanya beroperasi hari libur saja dan jurusannya bisa beda-beda, pantesan.....

Setelah perjalanan panjang kami sampailah kami di Camping Fusina sekitar jam 13.30 setelah tersesat lebih dari 3 jam ;(
Camping Fusina terletak di depan halte bus. Kantornya di dekat pintu gerbang masuk, kami check in dan mendapat kabin untuk 2 orang, eur 13/orang ditambah tax 0,89 per orang. Area camping cukup besar, area kabin untuk tidur terpisah dengan kamar mandi, toilet dan area laundry (eur 4). Kabin cukup nyaman, 2 tempat tidur, 1 meja, 1 lemari, lampu baca dan ada colokan listrik, hanya kalau malam-malam ingin ke toilet harus keluar kabin dan jalan agak jauh, mana dingin lagi..... Kami mendapat pengalaman yang berbeda setelah sebelumnya menginap di hostel biasa.
Beginilah rupa Camping Fusina....


Selesai beres-beres, kami keluar kembali ke Venezia, karena hanya punya waktu hari itu saja, kami hanya menginap semalam. Besok pagi sudah harus ke Florence. Dari resepsionis, kami diberitahu lebih cepat naik boat menuju Venezia dibanding naik bus. Hari sudah sore, paling tidak kami harus mengunjungi Piaza San Marco yang terkenal.

Kami membeli di resepsionis, tiket boat Fusina - Venezia seharga eur 12 untuk dua kali naik. Tiket bisa digunakan untuk hari yang berbeda. Jadi kami berangkat menuju Venezia dengan bus, menggunakan tiket bus kami, kebetulan bus siap berangkat. Dari terminal bus tinggal jalan kaki menyusuri lorong-lorong jalan diantara kanal. Tidak jauh dari terminal banyak pedagang topeng Venezia yang terkenal, kami hanya foto-foto dan melihat-lihat saja. Harganya cukup mahal untuk kantong kami, kami hanya membeli yang berbentuk magnet saja dengan topeng kecil.


Perjalanan mencari Piaza San Marco merupakan pengalaman lain yang unik. Kita harus keluar masuk lorong-lorong kecil di antara kanal yang penuh dengan toko-toko dan rumah-rumah, kadang ada toko merek terkenal seperti Gucci, Salvatore Ferragamo, dll. Di dinding lorong banyak ditulis arah menuju San Marco, kami mengikuti arahnya, tapi sepertinya berputar-putar karena banyaknya petunjuk. Mungkin semua orang menaruh tanda panah supaya orang lewat hotelnya, ternyata banyak hotel bagus tapi sempit di dalam lorong. Akhirnya setelah hampir putus asa karena sudah semakin sore, ketemu juga Piaza San Marco dengan basilica dan clock tower-nya.





Setelah puas keliling-keliling, hari mulai gelap saat kami kembali ke camping Fusina dengan menggunakan boat sampai di dermaga depan penginapan. Untung masih keburu naik boat yang katanya sudah yang terakhir.

Esok paginya kami kembali ke Venezia menggunakan boat untuk melanjutkan perjalanan ke Florence......