2014/12/16

China Trip Nov'14 - Last Day in Hangzhou

Ini hari terakhir saya di Hangzhou. Setelah mandi dan packing, check out dan menitipkan ransel saya. Pesawat saya masih pukul 11 malam. Hari masih gerimis, jadi saya putuskan ke Wushan square, yang merupakan pusat kota Hangzhou, saya berangkat sekitar 8.30. 
Saya diberitahu untuk naik bus 31 dari halte sebrang hostel. Ternyata hari Sabtu, sebagian jalan diubah menjadi 1 jalur. Saya turun di Wushan Square, yang tenyata kompleks pertokoan, ada beberapa shopping mall dan kantor-kantor besar. Sebagian besar masih tutup, saya kepagian. Jadi saya jalan ke arah bus datang. 

Saya lewat kios kecil yang menjual macam-macam bakpao. Wah sepertinya enak juga, dingin-dingin makan bakpao panas. Semuanya harganya 2 yuan. Karena tidak tahu pilihannya apa, saya menunjuk bakpao yang ada gambarnya. Ternyata isinya tahu yang ditumis, enak juga. 


Bakpao 2 yuan
Saya menyeberang ke taman dan melihat banyak orang mengantri, ada apa nih..... Ternyata sedang ada lomba nyanyi, meskipun gerimis lomba tetap berlangsung. 
Jadilah saya nonton dulu, cukup menarik juga. Lagu yang dinyanyikan dari lagu barat, lagu China juga Korea. Penyanyinya grup ataupun band. Semula saya kira ini lomba tingkat SMA tapi ada juga grup anak-anak, lucu sekali.



Saya nonton lomba sampai sekitar jam 11. Lalu jalan ke Hefang Street, membeli buah di toko kemarin. Tomat Cherry 5 yuan (turun harga) dan jeruk Kumkuat, ternyata cukup mahal, tapi saya ingin coba. Jeruk ini jeruk China, warnanya orange terang, kecil-kecil dan dimakan beserta kulitnya. 




Dari Hefang street, menyeberang ke West Lake, saya jalan ke bagian West Lake yang belum sempat saya kunjungi. Dinamakan Orioles Singing in The Willows, cantik sekali. 



Saya berkeliling sekitar area Willows park. Lalu dari Nanshan road saya naik bus Y2 menuju Ling Yin Temple (Temple of Soul's Retret) tarif 3 yuan. 

Dari pemberhentian bus terakhir, masih harus melewati jalan dan area toko-toko penjual suvenir dan peralatan untuk sembahyang seperti hio dan sebagainya. 

Ling Yin Temple merupakan salah satu kuil Budha yang tertua dan terbesar di Hangzhou. Tiket masuk 45 yuan. Info mengenai Ling Yin dapat dibaca di sini

Hari sudah cukup sore dan pengunjung cukup banyak, jadi saya memutuskan untuk tidak masuk. Hanya jalan-jalan sekitarnya saja. Banyak pepohonan di sekitarnya, dan daun-daunnya masih banyak yang kuning dan merah, cantik sekali. Beruntung saya sempatkan datang ke sini. 



Saya kembali ke hostel naik bus Y2 lagi dan turun di halte Dong Wu Yuan. Saya memesan nasi goreng di hostel. Ternyata kokinya adalah salah satu yang tidur di kamar dorm saya, walah...... Nasi goreng yang keluar tidak seperti bayangan saya, hanya nasi yang digoreang dengan mentega, diberi telur dan beberapa butir kacang kapri. Tidak ada cabenya sama sekali. Jadi saya minta cabai. 

Kejadian lucu, kebetulan pegawai yang fasih berbahasa Inggris sedang libur. Jadi saya minta cabai, mereka menggunakan translator karena tidak paham maksud saya. Saya bilang chili, tapi gak ngerti, dibawakan black pepper. Lalu saya coba kata spicy, barulah keluar sambal. Rasanya hanya sedikit pedas tapi asin sekali, tapi ya lumayanlah. Saya menghargai usaha mereka memenuhi keinginan saya. Jadi kangen masakan Indonesia, memang tidak bisa tergantikan.




Selesai makan, sekitar pukul 15.30 saya memutuskan untuk berangkat menuju airport, menurut prakiraan cuaca akan hujan pukul 7 malam. Saya usahakan sebelum gelap sudah sampai di airport. Saya berencana naik airport shuttle bus, yang terdekat dengan hostel, dari Hangzhou railway station. Saya juga melihat ada di Hangzhou west bus terminal.

Dari hostel saya harus naik bus nomor 504 dari halte depan Hangzou Zoo, tapi ternyata setelah menunggu sekitar 15 menit baru sadar kalau hari ini bus tidak lewat halte itu karena jalan diubah menjadi searah. Jadi saya harus jalan ke halte sebelumnya yang letaknya cukup jauh, 15 menit jalan kaki. Bus cukup penuh, orang-orang pulang dari jalan-jalan. 

Setelah turun di halte terakhir, saya harus ganti naik subway ke Hangzou Railway Station. Saya tidak melihat logo Hangzhou subway. Jadi saya mengikuti orang yang membawa koper besar, perkiraan saya mereka akan ke subway. Ternyata stasiun ada di bawah mal. Masalah berikutnya, tidak ada penjual tiket, semua loket kosong. 

Dari 8 mesin tiket hanya 4 yang berfungsi, jadi penuh orang yang mengantri, antrian juga amburadul. Membeli tiket subway di Hangzhou mirip dengan Singapore, Jadi kita harus memilih stasiun tujuan, harganya tergantung jarak. Saya memilih bahasa Inggris, tapi dari nama yang tertera tidak ada Hangzhou Railway Station, saya juga tidak tahu nama stasiun setempat. Saya hanya tau 2 stasiun. 

Saya agak panik karena antrian di belakang saya panjang, tidak ada yang mengerti bahasa Inggris, jadi mereka tidak bisa menjawab pertanyaan saya. Untungnya tidak ada yang marah-marah, malah saya jadi tontonan hiks.....

Lalu saya ingat, staf hostel menuliskan nama stasiun dlm huruf kanji, lalu saya tunjukkan ke orang di samping saya, ternyata nama di layar adalah Chengzhan, walah mana tahu saya kalau Hangzhou railway station itu sama dengan Chengzhan. Ongkos 2 stasiun jadi 2 yuan. 

Sampai di Chengzhan, masalah belum selesai. Tidak ada petunjuk sama sekali, dimana lokasi airport shuttle bus. Dari informasi yang saya dapat dari internet, lokasinya di depan hotel Goethe. Saya tanya ke beberapa orang, mereka hanya menunjuk-nunjuk arah saja tapi tidak jelas. Hari sudah mulai gelap. Sampai saya tanya ke petugas bus. Ternyata harus jalan melewati gedung-gedung sekitar 500 meter, barulah ketemu hotel Goethe. Di depan hotel ada semacam lapangan, saya lihat beberapa bus parkir.

Lalu saya lihat ada gardu, ada orang membeli tiket. Ternyata benar disitu kita membeli tiket bus ke airport, seharga 20 yuan. Bus belum datang, saya melihat banyak orang berdiri menunggu. 10 menit kemudian bus datang. 

Bus airport ada pramugarinya, penumpang wajib mengenakan sabuk pengaman. Diputarkan video tentang bus yang mengalami kecelakaan dengan kondisi penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman. Cukup mengerikan dan menimbulkan efek penumpang patuh mengenakan sabuk pengaman....

45 menit kemudian sampailah di bandara. Di pemberhentian pertama saya turun, sukurlah ternyata memang terminal internasional. Masuk ke bandara, tidak terlalu ramai. 



Sampai di bandara sekitar pukul 7 malam. Di bandara disediakan air panas, jadi kalau mau bisa menyeduh kopi, teh atau mi instan. Saya sudah melakukan web check in sebelum saya berangkat, jadi saya kira dengan print tiket saya bisa masuk. Ternyata di tolak, saya harus mengantri lagi untuk check in dan loket baru dibuka pukul 21.30. Waduh, stres... waktunya mepet sekali. 


Perlu waktu 1 jam untuk check in di counter. Hampir semua penumpang membawa bagasi, bisa dihitung orang yang tanpa bagasi. Saya agak khawatir kalau ransel saya ditimbang, saya tidak membeli bagasi, ternyata tidak, hanya dilihat saja ukurannya. Saya langsung masuk, sudah pukul 22.30, waktu boarding 22.25. Kita harus melewati 3 kali pemeriksaan, 2 diantaranya harus melewati scan. Keberangkatan jadi delay sekitar 15 menit. Mendarat di KL sekitar pukul 5 pagi, saya menunggu beberapa jam untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta. 

Selesailah trip China kali ini, ternyata bisa juga saya traveling sendirian ke negara yang saya tidak mengerti bahasanya. Kalau saya bisa, andapun bisa.....berani mencoba? 

Tips traveling ke China:

  • Cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai destinasi, bagaimana cara menuju ke sana, naik apa, apa yang bisa dilihat, dsb.
  • Jika memungkinkan cetak nama-nama penting dalam huruf kanji. 
  • Minta dan simpan kartu nama penginapan, hingga kalau tersesat mudah untuk minta bantuan. 
  • Bawa botol minum yang bisa menampung air panas. Biasanya di penginapan, bandara, kereta jarak jauh disediakan air panas gratis. Air kran di China tidak bisa diminum. Sebotol air kemasan 500 ml, seharga 2 yuan.
  • Hampir semua lokasi wisata perlu berjalan kaki, areanya luas. Jadi siap-siap saja. 


2014/12/15

China Trip Nov'14 - Walking Around West Lake, Hangzhou

Hari ini target saya hanya jalan-jalan santai keliling West Lake. Area West Lake cukup luas, jadi saya memutuskan untuk berangkat naik bus, baru jalan kaki keliling. Saya ingin mulai jalan-jalan saya di Broken Bridge, jembatan yang terkenal karena legenda ular putih. Saya naik bus nomor 4 sampai di halte terakhir, lalu memulai jalan-jalan saya. Ternyata pagi hari di sekitar danau, banyak sekali aktifitas warga yang menarik utuk dilihat. 

West Lake Map
Banyak warga yang duduk-duduk di taman sekeliling danau, sambil ngobrol. Ada juga yang menari, olah raga, ada yang menulis kaligrafi dengan air menggunakan tongkat sebagai kuasnya. Wah coba di Jakarta ada yang seperti ini ya....

Mungkin foto-foto lebih bisa menggambarkan suasana yang saya maksudkan.







Untuk keliling danau, selain berjalan kaki, anda bisa naik perahu, naik sepeda yang disewakan atau naik mobil keliling. 

Saya berjalan melalui Bai Causeway, sebelum masuk ke Su Causeway, saya cari makan siang dahulu. Ada area restoran dan toko suvenir. Di salah satu resto, di pintunya dipasang gambar nasi dengan daging cincang dan sedikit sayur, harganya 15 yuan. Sepertinya cocok dengan selera saya. Sayapun masuk, tapi gambar menu yang saya mau tidak ada, dan saya tidak bisa bilang yang saya mau karena kasir tidak mengerti bahasa Inggris. Apa akal, lalu saya keluar, saya foto menunya dan saya tunjukkan ke kasir, bilang saya mau 1 hahaha....
Ternyata foto bisa digunakan untuk komunikasi.



Selesai makan siang, saya lanjut menjelajah melalui Su Causeway. Lalu saya pulang ke hostel dengan bus nomor 4.








China Trip Nov'14 - Tunxi - Hangzhou

Hari ke 8, setelah chek out, saya berjalan menuju ke terminal bus untuk menuju Hangzhou kota terakhir trip ini sebelum pulang ke Jakarta. Tiket bus ke Hangzhou 90 yuan berangkat pukul 8. Tiket dengan tulisan kanji, hanya ada angka 1 dan 15, saya tidak tahu yang mana yang nomor bangku, yang mana nomor gate. Caya coba tanya beberapa orang termasuk petugas terminal tapi semuanya bilang tidak tahu. Saya tunggu di depan gate 1, tapi sampai kurang 15 menit sebelum jam 8 kok sepi. Jadi saya coba tanya ke orang yang sedang makan di warung mi dalam terminal. Dia menunjuk ke arah gate 15. Saya lari-lari ke gate 15. Lewat dari gate 15, saya bingun yang mana busnya, jadi saya tanya lagi ke petugas terminal sambil menunjukkan tiket. Masuk ke bus yang ditunjuk, saya masih ragu-ragu apakah ini bus yang benar, jangan sampai salah jurusan. Saya tanya ke 2 orang penumpang. Katanya sih benar, mereka tidak mengerti bahasa Inggris, saya masih was-was karena tidak ada pemeriksaan tiket. Jadi sepanjang jalan saya perhatikan petunjuk arah, apa benar menuju Hangzhou. Yah itulah risiko kalau tidak bisa berbahasa setempat.




Busnya cukup nyaman. Sempat berhenti di rest area untuk memberi kesempatan penumpang ke toilet. Sebelum ke toilet saya foto dulu bus saya, karena takut salah naik bus hahaha.....Benar saja, waktu saya kembali dari toilet, ada beberapa bus yg mirip dengan bus saya sedang parkir. Tapi sebelum berangkat, supir menghitung jumlah penumpang dahulu.

Bus memasuki terminal bus Hangzhou West hampir pukul 11. Untuk menuju ke hostel pilihan saya yang letaknya sekitar West lake (Hangzhou Tour An Backpakers Hostel), saya harus ganti bus 2 kali. Pertama saya harus naik bus K102. Bingung juga darimana naiknya. Di depan terminal ada petunjuk bus K102 ke arah kanan. Saya menuju kearah kanan, lalu berhenti di perempatan jalan, memperhatikan bus-bus yang lewat. Ternyata terminal bus dalam kota ada di samping bus luar kota, dipisahkan jalan. Jadi saya menyeberang dan mencari jalur bus K102. 

Setelah naik bus K102, problem berikutnya adalah letak halte saya harus turun. Saya tanya ke penumpang lain, dimana halte Qing Bo Gate. Setelah bertanya ke tiga orang, baru saya mendapat info kalau haltenya sekitar 21 halte lagi. Jadi saya mulai menghitung. Sebelum turun dari bus, cowok yang membantu saya bilang, nanti jika bus bilang Qing Bo Men, itu halte saya turun. Ternyata baru 18 halte, sudah sampai. 

Langkah selanjutnya, saya harus naik bus K4. Setelah menunggu beberapa lama, saya lihat yang lewat bus nomor 4 bukan K4. Jadi saya tanya apakah bus 4 sama dengan K4, sambil menunjukkan catatan saya, halte Hangzhou Zoo. Lalu dia melihat ke rute bus, bilang kalau naik bus nomor 4 turun di halte Dong Wu Yuan, 3 halte dari Qing Bo Men.

Dari halte , saya tanya ke orang dan dibantu dengan google map letak hostel saya. Ternyata saya harus balik arang dan menyeberang jalan, sekitar 200 meter. 

 Hangzhou Tour An Backpakers Hostel, merupakan rumah tua bertingkat 3 yang berada di Hu Pao street, jalan terusan dari Nanshan road, salah satu sisi West Lake. Disambut dengan ramah, saya mendapatkan kamar dorm 8 bed. Harga weekdays beda dengan weekend. Saya menginap 2 malam, hari Kamis dan Jumat. Harga hari Kamis 36 yuan, Jumat (weekend) 42 yuan, jadi 78 yuan, meskipun di daftar harga 60 yuan per malam. Harga di internet yang saya cek sebelumnya  memang 78 yuan. Kamar saya di lantai 1, baru terisi 1 orang saja. Saya hanya mendapat kunci loker, kamar tidak ada kuncinya. 

Dari semua tempat saya menginap, kasur di sini yang paling enak karena tebal, springbed. Hostel lainnya hanya busa tipis saja. Tidak enaknya jika ke kamar mandi atau toilet harus melewati lobi hostel dan tidak ada kunci kamar. Lokasinya bagus, tidak jauh dari West lake dan transportasi dengan bus mudah kemana-mana. 



Setelah berberes, makan bacang isi telur yang saya beli di terminal Tunxi. Saya keluar jalan kaki menuju West Lake, di kiri kanan jalan berupa hutan. Nyaman untuk berjalan kaki. Saya masuk ke Su Causeway dan berjalan sampai tempat bernama Viewing Fish at Flower Pond lalu kembali ke jalan Nanshan menuju ke Hefang Street, jalan ini cukup terkenal. Saya menemukan toko buah yang cukup murah, membeli buah yang sudah di pak, Strawberry 15 yuan dan tomat cherry 10 yuan.  Saya balik ke hostel dengan bus nomor 4.









2014/12/10

China Trip Nov'14 - Sunrise & Sea of Cloud at Mt. Huangshan

Alarm berbunyi pukul 4.30, bangun, sikat gigi dan cuci muka, lalu menunggu Yen Yen. Pukul 5 kami jalan menuju spot sunrise terdekat dari Baiyun. Udara dingin ditambah angin cukup kencang. Sudah banyak orang berjalan menuju spot sunrise. Saya tertinggal Yen Yen, jadi saya mengikuti banyak orang saja. 

Sampai di spot yang sempit, saya beruntung masih dapat tempat untuk berdiri. Spot terdepan dan terbaik sudah diambil orang. Beberapa orang sudah memasang tripod. Saya perhatikan, orang China kebanyakan menggunakan smartphone jika tidak kamera profesional untuk memotret, hampir tidak ada yang menggunakan kamera poket seperti saya. Mungkin kualitas kamera smartphone-nya sudah bagus. 

Menanti detik-detik sang surya nongol dalam dingin. Seruan kagum serentak saat matahari muncul. Makin terang, makin terlihat lautan awan di bawah kami, dengan beberapa puncak gunung batu yang unik bentuknya. Sungguh keputusan yang tepat untuk naik Huangshan kemarin. 

Keindahan tidak bisa diungkapan dengan kata-kata. Beberapa tangkapan kamera mungkin bisa menggambarkannya.


Sunrise at Mt. Huangshan

Sea of cloud at Mt. Huangshan
Menjelang pukul 7, satu persatu orang membubarkan diri kembali ke hotel. Saya menemukan Yen Yen di spot lain di bawah. Saya tinggal sampai 7.30, lalu kembali ke hotel. Yen Yen masih ingin tinggal menikmati lautan awan yang makin jelas. 

Dalam perjalanan turun ke kamar, saya bertemu Fish. Lalu dia mengantar saya ke kamar. Kami tidak diberi kunci kamar, jadi saya cari orang yang bisa membukakan kamar. Ternyata sampai di kamar, sudah ada orang yang membereskan kamar, mengganti sprei, sarung bantal dan selimut. Padahal barang-barang saya dan Yen Yen masih ada di dalamnya. Ketiga teman sekamar kami sudah tidak ada.

Saya ingin makan dahulu sebelum turun. Saya membeli nasi dan lauk instan sebelum naik Huangshan (15 yuan). Isinya terdiri dari nasi setengah matang (saya kira), lauk, air, masing-masing dibungkus plastik dan 1 bungkus saya tidak tahu apa tapi fungsinya menjadikan air jadi panas sampai beruap untuk memanaskan nasi dan lauk. Wah benar-benar teknologi hebat, baru kali ini saya lihat. Semoga segera ada di Indonesia, ini praktis sekali, cocok untuk orang Indonesia yang tidak bisa tidak makan nasi hehehe.....

Fish membantu saya menyiapkan makanan saya. Nasi dibuka dan di taruh di wadah plastik yg tersedia di kemasan, lauk di taruh di atas nasi. Bungkusan pemanas diletakkan di wadah plastik yg lebih besar, lalu air dalam plastik dituangkan. Wadah berisi nasi dan lauk tadi ditaruh di atas air yang memanas. Lalu ditutup sampai uap panas keluar. waalaaa..... nasi dan lauk matang, siap disantap panas-panas. Hmmm.....cukup enak apalagi di udara yang dingin. Porsinya cukup besar, saya hanya sanggup makan setengahnya saja. 


Nasi dan lauk instan


Lalu saya seduh kopi yang saya bawa dari Jakarta. Saya berikan ke Fish beberapa bungkus beserta mie cup yang belum sempat saya buka, karena Fish lebih memerlukannya, dia memutuskan untuk lanjut menjelajah Huangshan dan akan menginap semalam lagi. 

Sudah lewat jam 8, tapi Yen Yen belum muncul juga. Fish bilang tinggal saja, lalu saya minta dia menulis dan meninggalkan pesan kalau kami melanjutkan perjalanan. Sebelum turun gunug, saya ingin melihat tempat yang dinamai Fairy Walking Bridge, sepertinya tidak jauh dari Baiyun. Fish bersedia menemani saya. Sekitar pukul 9.30 saya memutuskan untuk kembali ke arah Baiyun untuk menuju arah turun gunung. Kami berpisah dan saya kembali sendirian.

Sesampai di pertigaan jalan, saya bingun mana arah turun gunung, sebab jalan lurus ke arah ke Baiyun sedang jalan lainnya mendaki. Tak lama ada pasangan yang lewat, saya tanya menggunakan peta mana arah turun gunung, lalu yang wanita bertanya ke orang lewat. Ternyata yang benar arah yang mendaki. Saya mengikuti mereka, sesekali jika saya tertinggal, saya ditungguin. Aduh untung juga ya.....

Sampai di suatu persimpangan, mereka akan berbelok mampir mengambil arah lain dulu. Jadi saya lanjut sendirian turun. Tapi kemudian saya bertemu rombongan tur, jadi mereka saya jadikan patokan. Saya harus langsung turun karena takut tertinggal bus terakhir ke Tunxi jam 5 sore. Langkah turun saya seperti kura-kura, pelan sekali. Paha dan betis sakit, jalan menurun terus hanya sekali-kali saja mendaki. 





Akhirnya pukul 15.30 sampai juga saya di bawah. Membeli tiket bus ke Tangkou 19 yuan. Tak lama kemudian bus berangkat. Saya turun di terminal tempat kami kemarin naik bus. Ternyata hanya 2 orang termasuk saya yang turun, lainnya lanjut entah kemana. Lalu saya mencari mini bus ke Tunxi di depan restoran yang kemarin. 

Ada mini bus yang berangkat, saya berlari-lari memanggil. Lalu saya tunjukan tulisan Tunxi. Ternyata benar dan sayapun naik. Rupanya saya satu-satunya penumpang. Lalu bus keliling ke hotel-hotel mengambil penumpang. Nah sampai di perbatasan Tangkou, busnya berhenti. Rupanya kami dioper ke mini bus lainnya. Di bus ini baru kami dimintai ongkos, hanya 17 yuan. 

Sampai di terminal Tunxi, saya memutuskan untuk langsung ke Tunxi Ancient Street. Kita bisa naik bus nomor 1,2 atau 8, turun di halte Er Ma Lu.  Memasuki Tunxi Ancient street seperti di film-film silat. Sepertinya jalan tua ini memang untuk turis. Sepanjang jalan banyak toko-toko tua, ada juga restoran dan museum. Mereka menjual suvenir, jajanan khas Tunxi, lukisan, kipas, berbagai macam teh, lalu ada juga yang menjual olahan cabe, acar dan berbagai makanan pembuka. Saya membeli kue seperti pia, khas Tunxi untuk oleh-oleh. Kue ini terkenal dan enak. 






Hari sudah gelap, saya pulang ke hostel dengan berjalan kaki setelah lama menunggu bus tidak muncul. Saya sempat tersesat, tapi akhirnya sampai juga ke hostel. Mengambil tas saya di penyimpanan lalu ke kamar. Kali ini saya mendapat kamar dorm 6 bed tapi dengan kamar mansi dalam. oh ya Yen Yen bilang dia hanya membayar kamar 30 yuan saja, sedang saya kena 40 yuan huhuhu...... Hostel sepi, kamar saya hanya berisi 3 orang saja.

Saya berberes dan istirahat, besok pagi saya akan ke Hangzhou, destinasi terakhir trip ini sebelum pulang ke Jakarta.


2014/12/09

China Trip Nov'14 - Mendaki Gunung Huangshan (Yellow Mountain)

Pukul 6 pagi saya sudah bangun, bermalas-malasan sedikit lagi lalu mandi. Rencana hari ini akan ke desa Hongcun dengan Fish, teman baru sekamar. Sewaktu saya kembali ke kamar, Fish bilang ada perubahan rencana setelah berdiskusi dengan YenYen teman sekamar lainnya. 

Melihat prakiraan cuaca akan lebih baik mendaki Huangshan hari ini meskipun hujan tapi tidak deras hanya gerimis saja. Cuaca esok hari cerah jadi kemungkinan akan dapat sunrise. Saya sih OK saja, tapi karena sudah terlanjur membayar 2 malam, maka saya harus mengubah waktu saya menginap. 

Saya turun untuk bicara dengan petugas hostel, kamar saya di lantai 2. Saya jelaskan perubahan rencana, bahwa saya akan ke Huangshan hari ini dan kembali menginap di situ lagi lusa. Hari ini akan menginap di atas gunung. Petugas membolehkan saya mengubah waktu tinggal, menuliskan di tanda terima dan saya boleh menitipkan ransel roda saya di hostel. Jadi ke Huangshan dengan day pack saja.

Kembali ke kamar, saya buru-buru berberes. Lalu kami bertiga check out dari hostel. Berjalan kaki ke terminal bus dalam gerimis. Kami mampir ke supermarket di terminal, membeli makanan untuk dibawa ke gunung. Makanan & minuman di gunung mahal sekali, jadi lebih baik belanja sebelumnya. 


Bus Tunxi - Tangkou - Mt.Huangshan

Kami naik mini bus, ongkos dibayar di dalam bus, 20 yuan, berangkat pukul 8.15. Jarak Tunxi ke Tangkou hanya 1 jam perjalanan. Sampai di Tangkou kami harus ganti bus khusus gunung Huangshan. Busnya didominasi warna biru, besar dan bagus. Kami harus berjalan sekitar 200 meter dari tempat mini bus berhenti ke terminal bus. Membeli tiket bus di loket, 19 yuan, waktu tempuh 20 menit. 

Ada 2 pintu masuk ke mt.Huangshan dari Tangkou, yaitu Yungu dan Yuping. Kami memutuskan untuk lewat Yungu dan akan pulang lewat Yuping. Di kedua tempat itu ada cable car, jika anda tidak mau bersusah payah mendaki. Namun belakangan saya baru tahu kalau cable car di Yuping sedang tidak beroperasi. Tapi kami memang tidak berniat untuk naik cable car.

Saya harus membayar tiket masuk mt. Huangshan 230 yuan (sekitar 460 ribu rp), mahal juga ya....namun memang gunung ini dirawat dengan baik, tidak ada sampah berceceran, ada petugas yang mengangkut sampah. Tersedia juga toilet di sepanjang perjalanan, meski tidak bisa dibilang bersih. Dimana-mana juga disediakan tempat sampah. 

Jangan membayangkan mendaki gunung seperti di Indonesia, mt. Huangshan sudah ditata rapi jalurnya dengan tangga-tangga batu, hampir tidak ada tanah terbuka di jalur pendakian, jadi meskipun hujan tidak akan kena becek. 

Rupanya Yen Yen, seorang tour guide, tidak perlu membayar untuk masuk  mt.Huangshan, enak ya....mungkin saking mahal tiketnya, di depan loket disediakan mesin ATM hahaha...



Tiket masuk mt. Huangshan 230 yuan (Mar-Nov), 150 yuan (Des-Feb). Cable Car sekali jalan 80 yuan (Mar-Nov), 60 yuan (Des-Feb). 

Sebelum mulai mendaki Fish memesan hotel untuk kami menginap, booking online lebih murah. Kami memesan kamar dorm 6 bed di Baiyun hotel, ini yang termurah dibanding lainnya, per bed 78 yuan. Sewaktu booking ternyata bermasalah dengan nama saya, sebab website hanya menerima huruf kanji saja, tidak bisa huruf latin. Akhirnya nama saya diterjemahkan dalam huruf kanji, gak tau jadinya apa, saya ngikut saja. Untung juga saya bertemu mereka, kalau sendirian gak tau juga bagaimana. Beberapa kali hotel menelpon Fish, sepertinya konfirmasi nama saja. Hebat juga jaringan telpon di China, dari kaki gunung sampai puncak, Fish bisa menerima telpon bahkan video call. 


Climb Mt.Huangshan Route
Red - Climb Up, Green - Climb Down


Mt. Huangshan memiliki banyak puncak gunung, 3 puncak tertinggi dan terkenal adalah Lotus Peak 1.864 m, Bright Summit Peak 1.840 m dan Heavenly Capital Peak 1.829 m. Untuk menjaga kelestarian gunung, maka setiap 5 tahun puncak gunung ditutup secara bergantian. Lotus Peak sedang ditutup mulai 2013 selama 5 tahun. 

Mt. Huangshan merupakan salah satu situs warisan dunia UNESCO, terkenal dengan sea of cloud-nya, bentuk puncak gunung-gunung batunya, pohon pinusnya. Juga merupakan salah satu lokasi pembuatan film Crouching Tiger, Hidden Dragon. 



Kami mendaki perlahan-lahan dalam gerimis. Sekali sekali berhenti istirahat, juga berpapasan dengan orang naik maupun turun. Terkadang harus menepi jika pengangkut barang lewat, mereka mengangkut turun sampah dan laundry hotel, naik membawa bahan makanan, minuman, laundry bersih bahkan ada yang membawa kayu dan kaca. 

Di sepanjang rute, tersedia petunjuk beberapa spot foto terbaik, seperti God Points Roads, White Goose Ridge, Black Tiger Pine, dll. Kami sempat melewati 2 spot gembok cinta.



Hari mulai gelap ketika kami mencapai puncak yang dinamai Begining to Believe Peak, kabut makin tebal. Lalu kami berjalan dalam gelap menuju Baiyun hotel. Kami melewati Beihai dan Shilin Hotel. Di depan hotel ditulis kemungkinan bisa melihat sunrise esok pagi 60% dan waktu sunrise pukul 06.41. 

Kami beruntung bertemu ranger gunung dan akhirnya ditemani sampai Baiyun Hotel. Kalau saja saya naik sendiri pasti tidak berani jalan di gunung waktu hari sudah gelap. Sekitar setiap 10 meter dipasang lampu taman kecil, lumayan menerangi jalan. Bintangpun mulai bermunculkan. 

Kami sampai di Baiyun hotel lewat pukul 7 malam. Bangunan untuk dorm ternyata di bawah, kami harus turun sekitar 150 meter lagi. Sudah capek dan ngantuk, akhirnya sampai juga di kamar yang sudah terisi 3 orang lainnya. Saya & Yen Yen mendapat dorm female, sedang Fish berada di gedung yang terpisah. 

Air panas sudah tidak ada, jadi saya putuskan untuk cuci muka dan kaki saja. Colokan listrik & lampu juga tidak tersedia di tiap tempat tidur. Jadi berebut untuk mengisi baterai. Sebelum tidur saya pasang alarm pukul 4.30. Yen Yen yang doyan ngobrol masih ngobrol dengan penghuni lainnya. Saya langsung tidur, terlalu capek sesudah jalan selama 9 jam....lambat sekali memang, karena saya bukan pendaki, hanya terbiasa di jalan datar hahaha....untung teman-teman saya sabar menemani. Setidaknya target saya mendaki gunung Huangshan sudah tercapai.

Tips mendaki gunung Huangshan:

  • Menggunakan tongkat sangat membantu biarpun hanya tongkat kayu. Untung saya diberi 1 tongkat oleh Yen Yen, yang membeli sepasang dari ibu-ibu sebelum naik bus, harganya hanya 3 yuan saja.
  • Jas hujan, selain mencegah basah juga mengurangi dingin. yang sekali pakaipun juga tidak masalah.
  • Pakai sepatu yang nyaman. Beberapa orang menggunakan pembungkus sepatu tahan air. 
  • Bawa makan & minum, harga di atas gunung bisa berkali-kali lipat mahalnya.
  • Bawa barang secukupnya.
  • Jaket tentunya.
  • Menginap 1 atau 2 malam di atas gunung, jika beruntung dapat melihat sunrise, sunset dan lautan awan.
  • Jika tidak mengerti petunjuk yang ditulis dalam bahasa China, ikuti saja arah panahnya. 





China Trip Nov'14 - Beijing - Hangzhou - Huangshan : Lost in Transit

Seperti judul di atas "Lost in Transit", ini pengalaman saya tersesat di China karena salah turun bus dan terutama karena saya tidak bisa bahasa China.

Saya bangun pukul 4.30 pagi, lalu siap-siap dan berberes untuk check out dari Sanlitun Hostel, Beijing. Saya harus mencari resepsionis dulu untuk mengembalikan kartu akses kamar dan meminta uang deposit saya 100 yuan. 

Sebenarnya kereta saya pukul 7.25 tapi pengalaman saya, tempat di Beijing itu luas-luas jadi perlu waktu untuk mencari lokasi. Pukul 5 lewat saya keluar dari hostel. Udara cukup dingin dan masih gelap, saya berjalan menuju subway Dongsishitiao. Kereta cepat berangkat dari Beijing South Railway Station, untuk menuju kesana saya perlu transit di stasiun Xuanwumen pindah ke line 4, 3 stasiun saja. 

Dari subway Beijing South Railway menuju stasiun kereta apinya, kita naik eskalator lalu harus melewati security check. Stasiun keretanya besar dan bagus sekali, menurut saya melebihi bandara BCIA. Banyak resto, cafe dan toko-toko di dalamnya. Banyak pula gate menuju jalur kereta. Tersedia juga mesin-mesin tiket, mirip mesin ATM.

Karena masih cukup waktu, saya keliling stasiun dahulu. Kereta saya dengan nomor G57 ada di gate 9. Penumpang baru diperbolehkan masuk ke peron 15 menit sebelum keberangkatan. Melalui eskalator turun ke peron, langsung ke jalur kereta.

Saya baru tahu kalau ternyata kereta saya tujuan akhirnya kota Ningbo bukan Hangzhou. Jadi saya memasang alarm saya pukul 13.00 supaya tidak kelewatan. Kereta apinya mirip dengan shinkansen, kecepatannya sekitar 320 km/jam. Meskipun saya membeli kelas 2, namun kereta sangat nyaman. Waktu tempuh 5,5 jampun tidak terlalu terasa. Untuk kelas 2 tempat duduknya 3 bangku sebelah kanan dan 2 bangku sebelah kiri. Sepanjang perjalanan pramugari bolak balik menawarkan makanan, minuman juga buah-buahan. Kebanyakan penumpang sudah membawa bekal sendiri. Tersedia air panas yang bisa diambil sendiri. Beberapa penumpang saya lihat menyeduh mie instan. Petugas kebersihanpun hampir setiap setengah jam lewat mengambil sampah dari penumpang.

Bullet Train @Beijing South Railway Station
Kereta G57 berhenti di beberapa kota sebelum sampai di Hangzhou tujuan saya. Peminat kereta ini cukup banyak meskipun harga cukup mahal. Di tiap pemberhentian ada yang turun dan ada yang naik. Jika bukan low season, mungkin saya tidak kebagian tiket kereta ini.

Pemandangan di luar cukup menarik, beberapa tempat terlihat pohon-pohon berdaun kuning. Jarak Beijing - Hangzhou 1.279 km. Kereta berhenti di Hangzhou East Railway Station tepat pukul 13.05.

Beijing - Hangzhou
Hangzhou East Railway Station luas sekali, terhubung dengan subway dan bus. Saya harus ke Hangzhou West Bus Station, terminal untuk bus jarak jauh. Menurut informasi saya harus naik bus nomor B4 yang ada di east bus stop area (ada 2 area bus stop disini, east & west). 

Setelah jauh berjalan lalu naik eskalator, saya melihat beberapa bus yang menunggu penumpang. Saya bertanya ke petugas, tapi petugas itu menunjuk ke arah yang berlawanan. Jadi saya menuju ke west bus stop, saya tanya ke bagian informasi ternyata benar harus ke west area. 

Untuk naik bus B4 (ini jenis bus rapid transit yang punya jalur & halter sendiri seperti trans jakarta) membayar di loket sebelum masuk atau menggunakan Hangzhou transportation smart card. Ongkosnya 3 yuan, uang dimasukkan dalam kotak, jika anda membayar lebih tidak dikembalikan. Jadi di Hangzhou, anda harus menyiapkan uang koin. Ongkos bus di HZ antara 1-3 yuan tergantung jenis dan tujuan busnya.

Saya buru-buru lari melihat bus B4 akan berangkat. Busnya berupa bus gandeng. Menurut info yg saya peroleh perjalanan hanya setengah jam saja untuk sampai di HZ west bus station. Namun sudah hampir 1 jam bus belum juga berhenti, saya mulai gelisah, penumpang makin sedikit. Sampai di suatu tempat semua penumpang turun, jadi saya pikir ini tujuan terakhir, sayapun ikut turun.

Bus terakhir tujuan Tangkou (kota di kaki gunung Huangshan) sekitar jam 3 sore. Sekarang sudah hampir jam 3 dan saya tidak tahu berada dimana, hari juga gerimis. Saya mencoba bertanya ke orang dengan menunjukkan kertas catatan saya, ada yang menolak bahkan untuk melihat kertas saya. Ada yang mau membantu tapi juga menjawab dalam bahasa China, jadi saya paham maksudnya. Saya berjalan, lalu melihat tanda kantor polisi, tapi tidak ketemu juga. Saya lalu menyeberang jalan dan bertanya lagi ke orang, dimana HZ west bus station (Qi Che Xi Zhan). Lalu si bapak menuliskan nomor 346 sambil menunjuk ke seberang jalan. Rupanya saya harus naik bus 346 ini di halte seberang jalan.

Bus 346 sampai di halte bersamaan dengan saya, jadi saya langsung naik, tarifnya 1,5 yuan. Saya berasumsi kalau tujuan akhir bus adalah HZ West Bus Station. Ternyata bukan! waduhhh... bagaimana ini.... Saya bilang ke diri sendiri, jangan panik, tenang....Saya sampai memutuskan kalau sampai hari sudah gelap, tidak ketemu juga itu terminal bus, saya akan ke west lake saja bagaimanapun caranya dan mengubah semua itinerary.

Saya coba bertanya ke petugas, mereka tidak paham bahasa Inggris. Saya bertanya ke seorang pelajar, dia juga tidak paham tapi masih berusaha membantu. Lalu saya disuruh naik bus lagi nomor 356, rupanya saya kelewatan.

Setelah naik 356, saya tidak tahu kapan harus turun...pusing deh.... Saya coba bertanya ke penumpang di belakang saya, sepertinya mahasiswi. Syukurlah dia paham bahasa Inggris, lalu bilang kalau saya harus turun 3 halte lagi....saya saaaangat bersyukur.....

Setelah turun di halte ke 3, saya tidak melihat tanda-tanda adanya terminal bus. Weleh...harus kemana nih....Kebetulan saya lihat ada cowok yang lagi bawa koper, lalu saya tanya dimana terminalnya. Dia bilang tuh di seberang....Saya menyeberang lewat jalur bawah tanah. Terminal ada di perempatan dan pintu masuk penumpang dan bus berbeda. Akhirnya sampai juga saya di terminal bus, sudah pukul 16.40. Saya memutuskan untuk ke Tunxi, karena bus ke Tangkou sudah tidak ada lagi. 

Saya ke loket, menunjukkan tujuan saya Tunxi karena takut pengucapannya beda malah jadi salah. Untung petugas langsung paham dan bilang ada jam 16.50. 10 menit lagi berangkat. Tiket 88 yuan. 

Lost in Transit - HZ East Railway to HZ West Bus Station

Sepertinya memang sudah diatur, bahwa saya tertinggal bus ke Tangkou sehingga beralih ke Tunxi. Bus ke Tangkou memakan waktu 4 jam sedangkan ke Tunxi hanya 2,5 jam. Jadi kalau saya jadi ke Tangkou pasti sampai sudah gelap dan terus terang saya tidak tahu harus kemana menginap. Sedangkan di Tunxi saya sudah tahu ada hostel yang dekat dengan terminal bus. 

Pukul 7 malam saya tebangun, melihat keluar pemandangan kota yang cantik penuh lampu dari bagunan kuno. Apa sudah sampai di Tunxi ya? Ternyata benar 15 menit kemudian bus masuk ke terminal. Sewaktu menoleh ke kanan, kok kebetulan sekali saya membaca Green Tree Inn, lho itu kan patokan saya untuk ke hostel, karena letaknya persis di sebelahnya. 

Bus saya satu-satunya yang ada di terminal, penumpang disambut sopir-sopir yang menawarkan taxi. Hari masih gerimis, sepertinya semua orang sudah tahu mau kemana dan naik apa. Saya mengikuti orang keluar dari terminal. Lalu saya berjalan ke arah kiri, perkiraan letak hostel saya. Benar saja, tidak lama kelihatan Green Tree Inn, nah saya hostel saya di sebelahnya, mungil sekali, namanya Huangshan Cozy Youth Hostel. 

Untuk trip ini saya hanyabooking hostel di Beijing saja. Untung masih ada kamar. Saya mendapat kamar dorm 6 bed, 40 yuan per malam. 

Rencana saya esok pagi akan ke gunung Huangshan, tapi pemilik hostel bilang sambil menunjukkan prakiraan cuaca di smartphone-nya, kalau besok cuaca buruk, akan hujan lebih baik lusa saja. Jadi saya putuskan menginap 2 malam. Diminta deposit 100 yuan juga. 

Setelah berberes, lalu mandi (kamar mandi di luar). Saya menyapa teman sekamar, apa dia mau ke mt. Huangshan. Awalnya dia tidak paham, lalu saya bilang apa bisa bahasa Inggris? Rupanya bisa sedikit-sedikit. 

Dia bilang akan ke mt. Huangshan lusa dan besok akan ke Hongcun, salah satu desa kuno warisan budaya. Saya tanya boleh gak saya ikut? Ternyata dia juga traveling sendirian, dan saya boleh memanggilnya Fish (nama Chinanya sudah untuk diucapkan hahaha). 

OK deh, saya dapat teman baru yang bisa bahasa China dan sedikit Inggris. Lumayan setelah stress seharian karena tersesat....Di luar hujan makin deras jadi saya memutuskan tidur saja.

Esok pagi ternyata rencana berubah........

2014/12/08

China Trip Nov'14 - Beijing : Fragrant Hill Park (Xiangshan Park) & Summer Palace (Yiheyuan)




Fragrant Hills Park saya masukkan ke daftar saya, gara-gara saya membaca artikel ini, tempat-tempat terbaik untuk melihat autumn foliage. Kunjungan ke Summer Palace, saya gabungkan karena sejalan.

Saya berangkat dari hostel sekitar pukul 7.30, setelah sarapan mie cup, hostel menyediakan air panas yang bisa kita ambil sendiri. 

Naik subway dari Dongsishitiao, turun di Xizhimen, lalu transit ke line 4 menuju stasiun Beigongmen, keluar melalui exit A. Lalu naik bus 331 atu 696 menuju Xiangshan Park. Saya naik bus 331 sampai halte terakhir. Turun dari bus, saya mengikuti saja orang banyak, tidak terlihat loket ataupun pintu masuk Xiangshan. Setelah melewati jalan dengan toko-toko di kanan kiri, barulah terlihat pintu masuknya.

Xiangshan Park pertama kali dibangun tahun 1186 masa dinasti Jin, lalu diperluas pada masa dinasti Yuan dan Ming.

Tiket masuk CNY 5. Biyun Temple CNY 10, Cable car CNY 60 sekali naik. Saya hanya membeli tiket masuk saja.

Sudah banyak orang yang berjalan-jalan. Petunjuk arah dan trek cukup jelas, terkadang bercabang dua lalu bertemu ditempat yang sama, satu jalan agak landai dan lainnya lebih terjal, tinggal dipilih sesuai keiinginan. 

Saya berjalan perlahan-lahan saja, sesekali beristirahat sambil menikmati pemandangan. Jalan mendaki terus. Tak banyak saya lihat pohon dengan daun kuning atau merah, mungkin sudah lewat waktunya seharusnya awal november. 

Fragrant Hill Park
Keluar dari taman, saya melihat ada penjual ubi kuning, seperti ubi cilembu tapi besarnya mungkin 3 kali lipat. Bapak penjual ubi menggunakan sepeda. Ubi rebus tapi luarnya dibakar, masih mengepul, enak dimakan di cuaca dingin. Saya membeli 1 buah yang ditimbang dulu, harganya CNY 10. Saya ingin memastikan bahwa harganya memang segitu, jadi saya menunggu pembeli berikutnya orang China, ternyata membayar segitu juga.

Saking besarnya ubi bisa untuk makan dua kali ....lagipula praktis dan enak, bisa makan sambil jalan.

Saya cari halte bus untuk naik lagi bus 331 ke Beigongmen. Ternyata ada terminal busnya. sudah ada tempat antrian per nomor bus. Saya mengantri di jalur 331. Cukup lama juga menunggu baru bus muncul, mungkin supirnya pada makan siang. 

Saya turun di halte Beigongmen, seberang halte tadi pagi. Lalu saya jalan kaki sambil mencari petunjuk arah menuju Summer Palace. Tak lama ketemu petunjuk harus belok ke kanan. Di sepanjang kiri jalan ini ada gambar-gambar Summer Palace, jadi saya sudah ada di jalan yang benar. Di ujung jalan ternyata ada terminal bus, belakangan baru saya tahu kalau bus 331 itu sampai di Summer Palace, jadi harusnya tidak perlu jalan kaki lagi.

Saya membeli tiket masuk saja CNY 20. Dijual juga tiket terusan (CNY 50) termasuk Dehe Garden, Tower of Buddhist Incense, Wenchang Hall, Suzhou Street dan Danning Hall. Tersedia pula audio guide dalam beberapa bahasa.

Summer Palace sangat luas dan masih terpelihara dengan baik. Saya berjalan perlahan-lahan saja menikmati sambil membayangkan bagaimana ya jaman dahulu, waktu mereka tinggal di situ. Beberapa jepretan kamera saya, mungkin lebih bisa menceritakan keindahannya.






Di dalam Summer Palace ada beberapa toko suvenir, bahkan jika lapar tersedia pula beberapa lokasi untuk makan meskipun pilihannya tidak banyak. Saya membeli beberapa hand painting ikon Beijing.



Hari ini hari terakhir saya jalan-jalan di Beijing. Esok pagi saya akan naik kereta cepat menuju Hangzhou lalu lanjut ke Huangshan.



China Trip Nov'14 - Beijing : Badaling Great Wall - Wangfujing Street

Sebenarnya target hari ini akan ke Great Wall di sisi Badaling dan Temple of Heaven. Namun karena waktu habis di Great Wall maka saya memutuskan untuk ke Wangfujing Street sebagai gantinya.

Great Wall dapat diakses dari beberapa lokasi, tapi yang paling mudah diakses dengan transportasi umum dari Beijing tanpa harus ikut tur adalah sisi Badaling & Mutianyu. Tapi transportasi ke Mutianyu saat low season lebih sedikit, jadi saya memutuskan untuk ke Badaling.

Transport ke Badaling Great Wall

Saya naik Subway ke Jishuitan (line 2) lalu keluar exit A. Jalan balik arah sekitar 500 meter, sepanjang jalan menuju halte bus ada petunjuk arahnya. Ikuti saja banyak orang jalan, sebab kita harus menyeberang jalan juga. Akan terlihat bus-bus warna hijau.

Ada 2 pilihan bus yang menuju Badaling dari sini. 

  1. Bus 877 yang nonstop ke Badaling dengan waktu tempuh 1 jam dan tarif CNY12, jika menggunakan Yikatong diskon 60% jadi CNY 4,8.
  2. Bus 919 dengan beberapa perhentian, waktu tempuh 1,5 jam. Tarif sama dengan bus 877. 
Hati-hati naik busnya karena banyak bus palsu dengan nomor yang sama. Pastikan busnya warna hijau terang dan bagus. Lihat antrian banyak orang.

Saya naik bus 877, ternyata mengangkut penumpang melebihi tempat duduk, saya berdiri karena sudah terlanjur masuk, tidak mungkin turun lagi, bus langsung berangkat.

Alternatif lain, dapat naik kereta api dari North Railway Station yang terhubung dengan exit A subway Xizhimen station (line 2,4,13). Tiket CNY6, waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit.

Kondektur bus memberikan informasi tentang Great Wall, dalam bahasa China. Saya tidak paham tentunya. Dekat tempat pemberhentian bus , saya melihat loket penuh orang mengantri, lalu saya baca ternyata untuk membeli tiket sliding car. Saya mencari loket untuk membeli tiket masuk, ternyata baru ada setelah berjalan kira-kira 20-30 menit kemudian. Kita melewati loket penyedia guide, lalu lewat toko-toko suvenir di kiri kanan tangga naik, masih terus berjalan sampai ketemu area cukup luas. Saya sempat nyasar menuju Great Wall museum, jadi saya jalan balik lagi, baru ketemu loket masuk Great Wall. Tiket masuk CNY 35.

Badaling Great Wall Map

OTW Badaling Great Wall


Lewat pintu masuk, kita dihadapkan pilihan mau ke arah utara atau selatan. Saya memilih ke utara. Lalu berjalan mengikuti arah saja. Pengunjung cukup banyak namun masih cukup nyaman untuk berjalan, november termasuk low season. Saya berjalan sampai ke tower ke empat, lalu memutuskan untuk jalan turun. 

Badaling Great Wall
Saya naik bus 877 lagi. Kondektur bus menarik ongkos, saya membayar dengan Yikatong. Ternyata kartu dipegang sampai semua penumpang selesai ditagih, baru kartu di tap satu per satu di mesin dekat supir. Saya mikir bagaimana caranya saya tahu mana kartu milik saya? Ternyata kartu dikembalikan berurutan dari depan, kondektur menyebut nomor kartu dalam bahan China tentunya, nah lho saya mana ingat nomor kartu saya. Untung sekali ada 2 orang di sebelah saya yang juga menggunakan kartu dan salah satunya ada fotonya. Jadi saya perhatikan saya kalau mereka sudah terima kartu berarti setelah itu kartu saya hahaha....masih juga ada untungnya....

Bus berhenti tidak persis di tempat waktu berangkat tadi pagi, tapi saya yakin di sekitar situ. Nah hari sudah hampir pukul 3 sore, jadi rencana awal ke Temple of Heaven, mesti saya ubah karena sudah kesorean. Saya menmutuskan untuk ke Wangfujing street. Jadi saya mencari dimana pintu masuk subway terdekat. Pintu masuk subway selalu ditandai dengan logo Subway Beijing warna biru, tak lama kemudian ketemu.
 
Logo Beijing Subway

Saya transit di stasiun Jianguomen, pindah ke line 1 (merah) turun di stasiun Wangfujing hanya 2 stasiun. Saya kira Wangfujing street ini salah satu ancient street, ternyata jalannya sangat lebar dan di kiri kanannya dipenuhi toko-toko modern. Sepanjang jalan ini ditutup untuk kendaraan, hanya pejalan kaki saja. Tapi ada mobil wisata keliling.

Saya melihat banyak toko-toko menjual manisan dan kue-kue. Konon manisan di sini terkenal untuk oleh-oleh. Saya tidak suka yang manis-manis jadi hanya melihat-lihat saja. 

Setelah sampai di ujung jalan, saya jalan balik. Di sepanjang jalan ada beberapa patung, juga kebetulan ada pameran foto yang dicetak dalam ukuran besar di letakkan di sepanjang jalan. Jadi kita dapat menikmatinya. Fotonya bagus-bagus....

Wangfujing Street

Sewaktu jalan kembali ke arah subway, hampir di ujung jalan, saya lihat ada jalan kecil penuh orang. Ternyata di gang tersebut banyak penjual makanan yang aneh-aneh. Ada yang jual kalajengking, serangga, lalu cumi mentah yang sudah dibumbui, tahu, bakpao, chestnut, macam-macam makanan yang ditusuk seperti sate dan berbagai makanan yang saya tidak kenal. Berbagai minuman juga, malah ada yang berasap, mungkin diberi dry ice.

Wangfujing Food Street