2013/12/23

Perpanjangan Paspor One Day Service di Jakarta

Sebagai traveler dan warga dunia, paspor merupakan dokumen perjalanan dan identitas diri yang wajib dimiliki. Dengan persyaratan penggunaannya harus masih berlaku sekurang-kurangnya 6 bulan hingga tanggal keluar dari negara yang kita kunjungi, maka perpanjangan paspor dapat dilakukan 6 bulan sebelum jatu tempo paspor.

Kali ini saya memperpanjang paspor saya di Kantor Imigrasi (Kanim) Jakarta Barat yang menyediakan layanan one day service untuk perpanjangan paspor, bersama dengan Kanim Jakarta Pusat. Domisili saya di Jakarta Selatan, kenapa memilih Jakarta Barat? Karena transportasinya mudah, dapat dicapai dengan Trans Jakarta (TJ) turun di halte Jakarta Kota. Dari situ keluar menuju Stasiun Kota (Beos). Jalan menyusuri Beos, melewati Kantor BNI46 lalu Museum Seni dan Keramik, sampailah di Kantor imigrasi Jakarta Barat yang tersembunyi diantara Museum Keramik dan Kantor Pos Besar Kota. Langsung menuju belakang gedung Imigrasi, lewat samping.

  1. Persiapkan dokumen yang diminta dan fotocopy dalam ukuran kertas A4, termasuk KTP dan paspor lama juga pada kertas A4, jangan dipotong dan jangan fotocopy bolak-balik, per lembar saja. Hal ini untuk memudahkan proses scan yang dilakukan oleh pihak imigrasi. Persyaratan perpanjangan paspor klik disini, kalau dari website Imigrasi Jakarta Barat disini.
  2. Mendaftar secara online disini. Pilih pendaftaran personal, lalu isi seluruh data yang diminta. Selesai mengisi data, pilih Kantor Imigrasi. Saat tulisan ini dibuat baru tersedia Jakarta Barat dan Jakarta Pusat saja. Lalu pilih jadwal yang kita inginkan, tanggal dan jamnya, tersedia pilihan jam 8,9,10,11,13 masing-masing jam tersedia kuota untuk 10 orang saja. Setelah selesai, maka akan otomatis dikirimkan Tanda Terima Pra Permohonan ke email yang kita daftarkan, berisi username dan password, serta jadwal kehadiran kita. Data kita masih dapat diubah sampai H-1 dari jadwal yang kita pilih. Cetak Tanda Terima dan bawa saat perpanjangan.
  3. Pada hari H. Datang ke Kantor Imigrasi sebelum jamnya. Jadwal yang saya pilih jam 8 pagi. Saya datang jam 7 pagi, tetapi sudah ada belasan orang yang datang.
  4. Lakukan aktivasi permohonan di mesin antrian yang tersedia, dengan memasukkan nomor yang tercantum pada lembar Tanda Terima Pra Permohonan. Aktivasi jangan sampai melewati waktu yang tercantum pada Tanda Terima. Jika lewat, maka terpaksa kita harus mengambil antrian walk-in. Keuntungan kita mendaftar secara online adalah kita akan mendapatkan nomor antrian yang telah dicadangkan untuk kita, misalnya untuk jadwal jam 8 pagi, nomor antrian kita antara 1-10.
  5. Ambil dan isi formulir perpanjangan paspor di loket. Ini seharusnya bisa dihilangkan untuk pendaftar online dengan menyediakan fasilitas print formulir di website, sebab data yang diminta di Formulir sama dengan data yang kita input saat registrasi. Pada saat saya datang memperpanjang paspor, petugasnya belum datang dan tidak ada yang tahu Formulir disimpan dimana, sampai pukul 8.20 baru saya mendapatkan Formulir....;(
  6. Antri di loket 1 day service khusus online untuk verifikasi dokumen. Ada 1 loket untuk online dan 2 loket untuk walk-in. Masih sedikit orang yang mendaftar secara online, hingga antrian lebih pendek. Verifikasi dokumen memakan waktu antara 10-20 menit per orang tergantung kelengkapan dokumen kita. Si bapak petugas sepertinya membaca detail dokumen dan mencocokkan antara asli dan fotocopy.
  7. Nomor antrian kita akan dipanggil untuk pembayaran lebih dahulu baru wawancara. Saat ini pembayaran dapat dilakukan sebelumnya di BNI46, berlaku selama 7 hari kerja sejak tanggal pembayaran, jika lebih dari 7 hari maka harus membayar lagi. Saya mendapat nomor 90 (saya terlambat aktivasi, jadi ikut antrian walk-in). Saat saya menunggu, antrian baru sampai nomor 70, 20 menit kemudian saya dipanggil untuk membayar, rp.255 ribu untuk paspor biasa 48 halaman, rp.200 ribu untuk paspor dan 55 ribu untuk proses biometrik. untuk e-pasport 48 hal rp.600 ribu, cukup mahal ya.... selengkapnya lihat disini atau disini.
  8. Nomor antrian kita akan dipanggil untuk wawancara. Setiap loket terdiri dari 3 meja. Meja pertama, paspor lama dan sidik jari kita di-scan, dan diberi beberapa pertanyaan, misalnya rencana mau pergi kemana? Lahir dimana? seperti itulah. Meja kedua, dokumen kita akan di-scan dan disimpan di sistem mereka, ditambah beberapa pertanyaan lagi, tergantung petugasnya. Meja ketiga foto dan tanda-tangan, untuk dicetak di paspor baru. Terakhir kita diberi tanda-terima pengambilan paspor yang dapat diambil esok hari. Menurut info yang saya baca, jika proses selesai sebelum pukul 12 siang seharusnya dapat diambil pukul 15.30 hari yang sama, tapi untuk amannya besok pagi saja. Selesailah proses perpanjangan paspor one day service. Proses wawancara sampai foto seharusnya hanya sekitar 10-15 menit saja, namun komputer di loket saya mengalami masalah, dan tidak bisa dialihkan ke loket lainnya, saya harus menunggu komputer diperbaiki ;(............
Keseluruhan proses pada hari H ( no.3 - 8) yang saya lakukan memakan waktu kurang dari 2 jam, itupun sudah termasuk keterlambatan mendapatkan formulir permohonan, keterlambatan saya melakukan aktivasi antrian dan waktu menunggu perbaikan komputer di proses wawancara.

Kantor imigrasi perlu diacungi jempol untuk kemajuan layanannya, one day service, registrasi online, pembayaran melalui Bank, semoga hal ini mengurangi pungutan liar dan lebih tertib serta pelayanan yang lebih berpihak kepada masyarakat. Meski saya melihat masih banyak calo atau agen beredar mengurus dokumen.

Akan lebih baik lagi jika Formulir Permohonan Perpanjangan Paspor dapat dicetak sendiri oleh pendaftar online, sehingga tidak perlu antri mengambil formulir dan mengisi data lagi, akan lebih mempercepat proses. Menambah loket verifikasi dokumen, jika memungkinkan.

Esok harinya.......
Sebelum jam 8 pagi, saya sudah sampai di Kanim Jakbar, harapan saya, paspor baru sudah bisa diambil sesuai yang dijanjikan. Loket pengambilan paspor baru buka 8.15, dan ternyata.......paspor saya belum jadi.....waduh padahal saya ambil pagi-pagi agar saya tidak perlu ijin lagi dari kantor. Kata si mbak yang jaga, datang lagi jam 2 siang....

Seharusnya Kanim dapat memperhitungkan kapan paspor siap diambil, dan memberitahukan ke pemohon pukul berapa bisa diambil, supaya tidak bolak-balik datang dan service level 1 day service dapat terpenuhi.

Hari kerja berikutnya.....
Terpaksa balik lagi hari kerja berikutnya untuk mengambil paspor di loket pengambilan paspor one day service dengan menyerahkan tanda terima. Jika kita menginginkan paspor lama, maka harus membuat surat pernyataan dengan meterai rp.6.000,- Paspor baru harus difoto copy halaman depan dan belakang yang ada informasi pemegang paspor. Surat pernyataan harus diminta di bagian fotocopy yang jadi satu dengan kantin. Sebaiknya siapkan meterai, sebab dijual rp.8.000,-. Fotocopy rp.500,- per lembar.

Akhirnya saya mengantongi paspor baru dan lama, siap untuk traveling berikutnya hehehe....

2013/12/05

Thailand Trip Nov'13 - Day 6 - Bangkok

Hari ke-6 trip, kami jalan bareng teman kami Ati, dia menginap di dekat Democracy Monument (DM) dan sempat menyaksikan ratusan orang demo persis di depan hotelnya. Setelah kami berdua sempat keliling sana-sini mencari hotel Ati dan tidak ketemu juga, setiap orang memberi arah yang berbeda ;(.............akhirnya kami ketemu juga di MC Donald depan DM. Untuk sarapan saya coba spinach pie (29 thb), di Jakarta tidak ada... yam-yam....enakkkk.....

Ini foto situasi DM waktu demo berlangsung (before) dan pada hari kami di situ (after)

Democracy Monument

Target kami hari ini adalah mengunjungi Vimanmek Palace, istana yang terbuat dari kayu tanpa paku, MBK dan Asiatique. Kami bertiga sudah pernah ke Bangkok, jadi destinasi wajib seperti Grand Palace, Wat Arun, Wat Phra Kaew, Wat Pho sudah pernah kami kunjungi. Sebenarnya destinasi tersebut bisa dikunjungi dengan berjalan kaki dari Khaosan.

Kami mencari tahu bus ke Vimanmek, beberapa orang memberikan nomor bus yang berbeda-beda, lalu ada yang bilang bahwa area sekitarnya diblokir oleh polisi dan militer sehubungan dengan demonstrasi, jadi tidak memungkinkan untuk ke sana.

Hari sudah siang, jadi kami putuskan untuk makan siang dulu di foodcourt Siam Paragon, tempat makan favorit Ati. Kami naik tourist boat, kapal berbendera biru dari dermaga Phra Arthit, dermaga terdekat dengan area Khaosan. Tiket sekali naik 40 thb, sebenarnya ada kapal umum berbendera oranye tapi kata penjual tiket, masih 1,5 jam lagi lewat. Hari mendung dan mulai gerimis.

Perjalanan boat menuju Central Pier (Saphan Taksin) di sungai Chao Praya melewati  Grand Palace, Wat Phra Kaew (Emerald Budha) & Wat Pho di sebelah kiri,Wat Arun di sebelah kanan. Dari dermaga kami ganti naik BTS Saphan Taksin turun di Siam station.




Saya memesan Tom Yum Duck (70 thb), ternyata enak juga.....tidak harus seafood.
Selesai makan, kami belanja oleh-oleh makanan di Gourmet Market yang ada di lantai yang sama dengan foodcourt, berbagai macam manisan dan kacang-kacangan, sepertinya tidak ada di tempat lain.

Dari Siam Paragon, kami jalan kaki ke MBK, tidak jauh hanya 10-15 menit saja. Di MBK hanya melihat-lihat, sedikit belanja bumbu tom yam, kripik durian, mi instan rasa tom yum.

Tujuan selanjutnya ke Asiatique, tempat wisata belanja, makan, santai duduk-duduk di tepi sungai Chao Praya. Kami naik BTS dari National Stadium yang dapat diakses dari MBK, turun di Saphan Taksin. Lalu naik free boat menuju Asiatique.

Sampai di Asiatique, hari mulai hujan. Di Asiatique, tersedia bangku-bangku menghadap ke sungai, toko-toko kecil yang dikelompokkan dengan nama warehouse dan diberi nomor, di tengah-tengah ada area untuk makan dengan berbagai macam hidangan.



Sambil menunggu hujan reda, kami bertiga mampir untuk massage, tarifnya 1 jam 300 thb. Hari sudah gelap saat kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Naik free boat ke Saphan Taksin, lalu naik tourist boat ke Phra Arthit. Tourist boat satu-satunya yang masih beroperasi hingga pukul 11 malam.

Penerbangan kamli kembali ke Jakarta pukul 11.25, dengan adanya demonstrasi yang masih berlangsung di berbagai tempat, kami tidak berani ambil resiko naik bus, takut terlambat sampai bandara DMK. Semula kami akan naik shuttle bus yang ada di Khaosan/ Rambuttri dengan harga mulai 100-150 thb per orang, dijemput di penginapan dengan jam keberangkatan pukul 6, 8, 10 dan seterusnya setiap 2 jam. Namun ternyata sudah full book sampai pukul 3 sore. Mau tidak mau kami harus naik taxi, kabarnya supir taxi juga ikutan demo, jadi tidak banyak taxi yang beroperasi. Kami putuskan untuk booking saja, jadi ada dapat kepastian taxinya. Menurut info palig mahal harusnya 400 thb, namun kami harus menyerah dengan 550 thb, gara-gara demo.

Kami dijemput pukul 6.30 pagi, perjalanan menuju DMK sempat macet dan berhenti di satu jalan selama 30 menit. Jika tidak macet, sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh.
Kami sampai di bandara dengan aman, waktu keberangkatan masih cukup. Barang bawaan kami aman bisa lewat, karena kami khawatir kelebihan berat, kami tidak membeli bagasi. Masih sempat beli coklat M&M berbagai rasa yang tidak ada di Jakarta. Mendarat di Jakarta dan sampai di rumah dengan selamat. Selesailah trip Thailand kami kali ini............kembali ke rutinitas sehari-hari lagi......cari uang untuk trip berikutnya hahahaha............





Thailand Trip Nov'13 - Day 4 & 5 - Sukhothai - Phitsanulok - Bangkok

Kami check out dari Noble House pukul 6.45 pagi. Kami naik angkot dari Chiang Mai Gate ke terminal bus Arcade (40 thb), hari masih pagi, hanya perlu 20 menit saja sudah sampai.
Kami membeli tiket bus AC ke Sukhothai pukul 8 pagi, 239 thb. Diperlukan waktu 5 setengah jam untuk sampai di terminal Sukhotai, sekitar pukul 13.30.

Terminal bus Sukhothai sangat sepi, kami bertanya ke information bagaimana menuju penginapan kami, sekalian mencari info bus menuju Phitsanulok untuk esok hari. Kami hanya tinggal semalam di Sukhothai, ingin mengunjungi Sukhothai Historical Park.

Akhirnya semua penumpang naik songthaew dengan tarif jauh dekat 40 thb. Ternyata kami yang pertama turun, letak penginapan tidak jauh dari terminal bus, sekitar 10 menit saja.

Kami menginap di EZ House, kamar terletak di lantai 3 di atas cafe EZ. Kamar untuk berdua dengan AC dan kamar mandi di dalam, 400 thb. Namun diminta uang jaminan kunci 200 thb yang akan dikembalikan saat kami check out. Bagian luar kamar memang tidak bagus, namun kamar cukup nyaman dan bersih, ditambah wifi yang cukup kencang. Masuk melalui samping cafe dengan pintu di bagian belakang cafe.

Hari sudah sore jadi tidak cukup waktu untuk menjelajah Sukhothai Historical Park (SHP). Kami memutuskan untuk istirahat dan memanfaatkan wifi.

Kami berkenalan dengan Pegy dari Kuala Lumpur yang menginap di EZ House juga. Sekitar magrib kami bertiga keluar jalan-jalan sambil cari makan. Direkomendasikan untuk makan Sukhothai noodle, kami diberitahu kalau rumah makannya tidak jauh dari penginapan. Tenyata hanya tersedia pork noodle saja, kami akhirnya makan padthai di pinggir jalan, rasanya lumayan, hanya 20 thb saja. Hari ke-4 kami habiskan jalan-jalan sekitar penginapan saja.



Hari ke-5
Sukhothai terbagi menjadi 2 area, New Sukhothai dan Old Sukhothai, dimana Sukhothai Historical Park berada. Kami check out pagi-pagi pukul 6.30 karena batas waktu check out pukul 11. Ternyata cafe belum buka jadi kami titip kunci dan tas kami di kamar Pegy yang tinggal semalam lagi.

Dari seberang penginapan kami menunggu angkutan ke Old City, berupa truk kayu tua dengan bangku panjang berhadapan. Kami jalan perlahan-lahan, sambil menunggu truk lewat, akhirnya truk datang juga. Beberapa anak sekolah dan ibu-ibu juga naik truk.

Kami diturunkan persis di depan salah satu pintu masuk SHP bagian tengah, Kamphaeng Gate, kami membayar 30 thb. Kami membeli tiket masuk 100 thb. Kita boleh masuk dengan sepeda, motor, tuk-tuk atau mobil dengan harus membayar tambahan 20/30/50 thb lagi. Belakangan baru kami lihat ada beberapa tempat penyewaan sepeda di seberang pintu masuk.

Waktu kami terbatas, paling lambat pukul 11.30 kami sudah harus sampai di penginapan lagi untuk ke Phitsanulok, dimana kami akan naik pesawat Nok Air menuju Bangkok.
Dengan waktu terbatas, maka kami harus memilih yang akan kami lihat. Kami memutuskan paling tidak melihat King Ramkhamhaeng Monument, Wat Mahathat, Wat Saphan Hin dan Wat Si Chum.

SHP terbagi menjadi 5 area: tengah, barat, timur, utara dan selatan. Kami mulai dari bagian tengah. King Ramkhamhaeng Monument dan Wat Mahathat ada di bagian tengah. Hari masih pagi, jadi cukup nyaman untuk berjalan kaki. Ternyata kami bukan yang pertama datang, ada yang lebih pagi lagi, mungkin mereka menginap di area Old City.


Sukhothai Historical Park Map



Kami keluar dari area tengah melalui Or Gate. Ternyata masing-masing area harus membayar 100 thb. Kami memutuskan untuk menuju Wat Saphan Hin lebih dahulu, yang termasuk area Barat, menurut penjaga sekitar 3 km. Kami pikir masih cukup waktu.

Area Barat SHP tidak berpagar, beberapa rumah penduduk terlihat disepanjang perjalanan kami. Area ini bagus untuk trekking, karena sepanjang jalan, akan terlihat Wat, ladang, hutan dan rumah penduduk. Wat Saphan Hin berada di kaki bukit dan merupakan Wat terakhir di area Barat. Kami sampai setelah berjalan sekitar 1,5 jam dari Or Gate.

Sepertinya rencana ke Wat Si Chum harus dibatalkan, karena waktu sudah menunjukkan lewat pukul 10. Kami berjalan kembali area Tengah untuk kembali naik truk. Sebenarnya diperjalanan kami melewati Wat Si Chum namun jalan masuk dari jalan raya cukup jauh untuk jalan kaki.



Rupanya keputusan kami salah, harusnya kami ke Wat Si Chum lebih dahulu dari Or Gate. Menurut foto Wat Si Chum sangat spektakuler patung Budha-nya. Ini foto yang saya ambil dari internet.

Wat Si Chum Budha

Saran saya, jika anda hanya punya waktu setengah hari, sewa sepeda lalu jelajahi area Wat Si Chum baru ke area tengah. Jika punya waktu seharian bisa ditambah area barat.

Kami sampai di penginapan lagi sekitar pukul 11. Mengambil tas kami di kamar Pegy, minta jaminan kunci. Ternyata pemilik penginapan berbaik hati mengantar kami ke teminal bus bersama 2 orang lainnya, dan kami diberi kue sagu ;p.

Keberuntungan masih menyertai kami, sesampai di terminal, ada van ke Phitsanulok yang langsung berangkat. 1 jam kemudian sampailah kami di terminal bus Phitsanulok.

Kami keliling terminal untuk cari makan siang, namun rupanya tidak ada yang cocok. Akhirnya kami makan ayam bakar, ketan dan salad pepaya. Berdua 100 thb, sudah termasuk 3 potong ayam dan 1 sate hati ayam bakar.

Kami diskusi dahulu apakah akan jalan-jalan di kota Phitsanulok atau langsung ke airport. Di kota Phitsanulok ada Phitsanulok Tour Tramway (PTT), yang merupakan cara cepat melihat kota. Dengan durasi 45 menit, dimulai dari Wat Yai akan berhenti di 15 lokasi dan kembali ke tempat semula.

Pesawat Nok Air kami dari Phitsanulok ke Bangkok (DMK) pukul 18.10. Jam menunjukkan waktu jam 1 lewat. Kami memutuskan untuk langsung ke airport saja. Tidak ada angkutan umum dari terminal ke airport. Kami harus naik taxi atau sewa van/tuk-tuk.

Tidak banyak yang bisa berbahasa Inggris, namun akhirnya ada seorang ibu tua bertanya kami mau kemana. Airport, kami bilang. Lalu dia bilang 150 thb berdua. Dia menunjuk mobil pick-up yang parkir berjajar. Kami tawar tapi dia bilang tidak bisa. Akhirnya kami setuju, dan ternyata......dia sendiri menyetir mobilnya.....keren gak sih....hehehehe....

Sekitar 30 menit sampailah di airport Phitsanulok. Disambut oleh petugas Nok Air di pintu masuk, dia siap dengan troli, tapi kami hanya membaya ransel jadi tidak perlu troli.
Dengan komputer tabletnya, dia minta tiket kami untuk di-check in, wah.....baru kali ini nih dapat layanan seperti ini.

Booking kami tidak ditemukan, ternyata.....pesawat kami jam 18.10 batal terbang. Kami dibawa ke loket dan ditawari untuk penerbangan jam 14.40.....hahaha....kami memang berniat untuk minta seperti itu, untung malah ditawari. Dengan begitu sampai di Bangkok masih sore. Penerbangan hanya 1 jam saja. Kami dapat tiket promo Nok Air melalui internet, sebulan sebelumnya dengan harga 1.142 thb. Kurs saat kami pergi 1 thb = Idr 370. Layanan Nok Air memuaskan, wifi di bandara sangat kencang, cukup memasukkan kode booking saja. Di pesawat dibagikan roti Auntie Anne's, enak....

Di DMK, kami mendapat informasi bahwa akan sulit mengakses Khaosan karena demonstrasi di sekitar Democracy Monument. Kami sudah booking kamar di Green House yang berada di jalan Rambuttri, letaknya di sebelah jalan Khaosan. Jadi kami nekat naik bus menuju ke sana. Dengan bus AC nomor 59, kami tunjukkan print booking hotel kami ke kondektur bus, seorang ibu agak tua. Kami tidak tahu harus turun dimana, pasrah saja. Ibu kondektur juga bingung, bus tidak sampai ke Khaosan karena demo. Tarif bus 59 tergantung jarak, jadi si ibu harus tahu kami akan turun di mana. Akhirnya kami dikenakan 19 thb/orang. Kami diturunkan di Chatuchak, si ibu menulis di kertas booking hotel kami nomor bus 524 dan tempat turun kami dengan tulisan Thai.

Kondektur bus 524 seorang perempuan muda, dia mengangguk saat saya tunjukkan tulisan ibu tadi, kami berasumsi bahwa dia akan memberitahu kami jika sudah sampai tujuan sesuai tulisan. Tarif bus 15 thb. Dengan menembus kemacetan kota Bangkok, kami melihat banyak demontran di jalan-jalan, kabarnya demonstrasi sudah terpecah di beberapa titik, bukan hanya di Democracy Monument. Hari sudah gelap, kami bertanya-tanya kapan sampainya ya..... Ternyata oh ternyata di mbak kondektur lupa kepada kami sampai di pemberhentian bus terakhir, sepertinya tidak jauh dari Grand Palace. Tempat kami turun terlewatkan, jadi kami harus naik 524 lagi arah sebaliknya.

Kali ini kondekturnya ibu tua, dia memberitahu kami dimana kami harus turun. Ongkos bus 11 thb. Total perjalanan dari DMK sampai kami turun dari bus, sekitar 2 jam.

Kemana arah menuju hotel, kami tidak tahu. Beruntung kami menemukan Tourist Information. Kami harus jalan sampai perempatan lalu belok kanan, kami harus tanya orang lain lagi.

Setelah orang ke-4 barulah kami sampai di Green House, penginapan kami.
Lokasinya jadi satu dengan restoran. Kamar-kamar ada di atas restoran dan cafe. Kamar AC untuk berdua dengan kamar mandi dalam, untuk 2 malam 998 thb. Uang jaminan kunci 500 thb, yang akan dikembalikan saat check out. Kamar cukup lumayan, lebih kecil dari kamar kami sebelumnya, untung hingar-bingar dari luar tidak terdengar sampai kamar.
Pelayanan Green House sangat buruk, kami tidak diberitahu arah kamar sampai kami tersesat karena lokasi kamar terpencar-pencar di dalam restoran dan cafe, air minum di kamar hanya diberikan hari pertama saja, air AC di kamar bocor, wifi tidak bisa diakses dari kamar. Wah gak lagi-lagi deh menginap disitu.

Kami menghabiskan malam dengan jalan-jalan di seputaran Rambuttri dan Khaosan yang penuh dengan turis. Suasananya hingar bingar mirip Kuta, Bali. Kami makan chicken noodle yang enak sekali di ujung jalan Rambuttri, semangkuk 40 thb.

Bersambung.......Day 6

2013/12/03

Thailand Trip Nov'13 - Day 3 - Chiang Rai - Golden Triangle - Mae Sai - Karen Tribe

Pukul 7.15 kami sudah dijemput dengan Van. Di dalam van sudah ada 2 orang, kami masih berkeliling menjemput beberapa orang peserta tur lainnya hingga total 13 orang, ditambah pemandu dan supir jadi 15 orang. Pemberhentian pertama di Chiang Rai Hot Spring, sumber air panas yang memancar naik, berada di tengah-tengah pasar yang sengaja dibuat untuk turis, sehingga terasa tidak alami. Kami diberi waktu 30 menit untuk berkeliling dan mencoba merendam kaki di bak-bak yang diisi air dari hot spring, disarankan tidak lebih dari 10 menit saja.

a
Hot Spring Chiang Rai
Destinasi berikutnya Wat Rong Khun atau White Temple, kuil berwarna putih yang dibangun oleh Ajarn Chalermchai Kositpipat beserta pengikutnya, dengan dana pribadi. Beliau memilih warna putih, berbeda dengan kuil lain yang umumnya berwarna emas. Bangunan toiletnya berwarna emas. Wat Rong Khun, bebas biaya masuk, siapapun dipersilakan datang berkunjung.

Bentuk bangunan dengan ukiran yang sangat rumit, sangat cantik, apalagi dengan latar belakang langit biru. Untuk masuk ke kuil, kita melewati jembatan, dimana seolah-olah kita melewati ladang kengerian, dimana tangan-tangan muncul dari bawah menggapai.
Dinding di dalam kuil dipenuhi lukisan, anehnya terdapat karakter Doraemon, Superman, Spiderman, Ultramen, dll. Dalam salah satu tulisan, beliau mengatakan bahwa beliau ingin menyampaikan bahwa sebenarnya superhero itu tidak ada untuk menyelamatkan dunia namun kita memang membutuhkan pahlawan karena kemerosotan moralitas. Sayangnya kita tidak diperbolehkan memotret sisi dalam kuil.

Wat Rong Khun - White Temple

Wat Rong Khun - White Temple
30 menit telah berlalu, kami melanjutkan perjalanan menuju Golden Triangle yaitu Chiang Sen border. Kami menggunakan boat untuk mengelilingi lokasi Golden Triangle melalui Sungai Mekong. Boat trip tidak termasuk dalam paket yang kami ambil, jadi kami harus membayar lagi ongkos perahu 300 thb dan 30 thb untuk pajak masuk Donesao Island, pasar di perbatasan wilayah Laos.



Boat trip dimulai dengan melewati Chiang Saen border (Thailand) dimana terdapat patung Budha besar, lalu perbatasan Myanmar dimana terdapat kasino pertama yang didirikan di Golden Triangle. Di tengah-tengah terdapat pulau kecil yang tidak dimiliki oleh  negara manapun (no man's land), disinilah tempat perdagangan opium.  Perjalanan berlanjut  menuju perbatasan Laos melewati kasino Romans King yang baru diresmikan. Kami berlabuh di Donesao Island, pasar yang menjual suvernir, kami harus membayar pajak 30 thb. Transaksi disini menggunakan thb meskipun mata uang Laos adalah Kip, 1 thb = 250 kip. Saya membeli beberapa kaos dengan gambar peta Golden Triangle di sini, saya penggemar peta ;p. Ternyata kaosnya buatan Thailand. Penjual kaos, seorang bisu namun tidak menghalangi komunikasi kami yang menggunakan bahasa tangan dan kalkulator hahaha.....

Kami hanya diberi waktu 30 menit, jadi tidak lama harus kembali ke perahu. Perjalanan kembali ke dermaga selama 30 menit, jadi total 1,5 jam kami habiskan di sini.

Golden Triangle

Golden Triangle

Donesao Market, Laos
Kami makan siang hampir jam 2 siang, sudah termasuk dalam paket tur. Makan siang prasmanan, ada menu barat dan Thai, sayangnya buah-buahan cepat habis, sebab banyak rombongan tur yang datang makan siang.

Mae Sai, perbatasan Thailand dengan Myanmar (Tachilek) yang dipisahkan oleh sebuah jembatan merupakan tujuan kami selanjutnya. Separuh jembatan milik Thailand, separuh lagi milik Myanmar, hanya selompatan saja kita bisa mengunjungi 2 negara ;D.

Disini kami hanya diberi waktu 30 menit untuk melihat-lihat. Jika ingin menyeberang ke Myanmar, harus melewati imigrasi dan membayar visa 500 thb.Saya dan teman saya tidak menyebrang, karena waktu yang singkat, selain teman saya juga tidak membawa paspornya yang masih ditahan di tempat sewa motor. Namun kami dapat melihat jembatan dari sisi Thailand melalui jalan kecil di pasar. Toh nantinya kami akan mengunjungi Myanmar, jika ada kesempatan. Semoga....

Mae Sai  (Thailand-Myanmar Border)
Mae Sai, kota perbatasan yang sangat ramai, saya rasa begitulah seharusnya. Bahkan pembatas jalan yang hanya setengah meter saja jadi tempat berdagang, mobil tidak ada tempat parkir sehingga harus putar beberapa kali sambil menunggu peserta tur kembali.
Penduduk di perbatasan Mae Sai sepertinya menikmati kesejahteraan yang sama dengan kota lainnya. Saya berharap kota-kota perbatasan kita juga bisa demikian, bukan hanya berita menyedihkan saja yang terdengar. Thailand sangat pandai mengemas pariwisatanya, kita bisa belajar dari mereka.

Destinasi terakhir trip adalah mengunjungi suku Akha, Palong dan Karen yang terkenal dengan leher dan telinga panjang. Saya kira lokasi masing-masing suku di tempat yang berbeda, ternyata berada di satu tempat saja, jumlah mereka tidak terlalu banyak tapi untung saya masih melihat bayi dan anak-anak, artinya mereka belum akan punah. Mereka menjual kerajinan tangan. Suku Karen berasal dari Burma/Myanmar, mereka menjual kain hasil tenunan. Semua orang sepertinya sadar kamera, siap untuk difoto.


Karen Tribe (long neck, big ears)
Perjalanan kembali ke Chiang Mai, semuanya tertidur. Sampai di CM sekitar jam 20.30. Kami diantar kembali ke hotel. Ternyata lokasi Saturday Walking Market tidak jauh dari penginapan, hanya di ujung jalan saja, jadi kami menaruh barang-barang di hostel, ganti sandal dan keluar lagi ke pasar sabtu malam. Berbelanja sedikit dan mencoba beberapa makanan. CM punya 3 pasar malam di lokasi yang berbeda: Night Bazaar (setiap malam), Saturday Walking Market (sabtu malam, Wualai road, tidak jauh di depan CM Gate), Sunday Walking Street (minggu malam, Ratchadamnoen street, di dalam kota tua).
Di jual berbagai macam kerajinan tangan, suvenir, makanan dari seafood sampai serangga. Sempatkan mengunjunginya, meskipun hanya melihat-lihat, nikmati berjalan-jalan di malam hari sambil mencoba cicipi makanan lokal. Kami sempat mencoba sate cumi bakar dan salad mangga yang asam pedas.

Wualai road - Saturday Walking Market
Malam sebelum tidur, kami mendapat kabar dari teman kami yang berada di Bangkok melalui Skype bahwa Bangkok penuh dengan demonstran, tepatnya di sekitar Democracy Monument. Kebetulan teman saya menginap persis di depannya. Katanya mereka demo sampai pagi, ramai sekali sampai tidak bisa tidur. Kami berdoa supaya saat kami kembali ke Bangkok, demo sudah reda. Amin.....

Bersambung...... Day 4



Thailand Trip Nov'13 - Day 2 - Uttaradit - Chiang Mai

Pukul 4 pagi kami bangun bersiap-siap sebelum kereta sampai di Uttaradit. Saya turun dari tempat tidur di atas. Air di wastafel cukup lancar, kami gosok gigi dan cuci muka. Ternyata kereta terlambat sampai ke Uttaradit yang seharusnya pukup 4.49 baru sampai pukul 5.15 pagi.

Hari masih gelap, beberapa supir tuk-tuk dan taxi menawarkan jasanya. Kami mencari informasi, dimana letak terminal bus dan bagaimana cara ke sana. Petugas stasiun seorang bapak tua, menjelaskan arah menuju stasiun, jalan ke arah kanan, melewati 2 perempatan lalu belok kanan, ikuti jalan maka akan sampai ke terminal, sekitar 2 km.

Kami pikir kalau hanya 2 km saja, bisalah jalan kaki, toh masih pagi dan hawa dingin. Infonya bus ke Chiang Mai berangkat dari pukul 5.15, 5.30 dan jam 6.15. Sebenarnya saya agak khawatir kalau-kalau tidak keburu sampai di terminal.

Kami berjalan sesuai arahan si bapak. Sebelum sampai pintu keluar, si bapak memanggil. Kirain mau ngapain, ternyata dia mau mengantar kami dengan sepeda motornya hahaha...
Jadilah kami berboncengan bertiga dengan ransel2 kami, sampai di pintu terminal. Terima kasih ya pak.....;D

Loket sudah beberapa orang antri. Kami menyambung antrian dan mendapat tiket ke CM jam 7, harga tiket bus AC ekonomi thb 169. Bus-nya cukup bagus dan nyaman, berhenti di beberapa kota untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.

Jam 11.15 sampailah kami di Chiang Mai Arcade Bus Terminal. Chiang Mai punya 2 terminal bus. Arcade ini letaknya di pinggir kota CM. Suasana terminal lengang, tidak banyak bus maupun penumpang lalu lalang.

Chiang Mai Arcade Bus Terminal
Kami mencari kendaraan menuju penginapan yang sudah kami pesan melalui Booking.com, Noble House, Nantaram road. Kami tunjukkan print out  hotel booking kami, karena di situ ada tulisan huruf Thai-nya. Transportasi yang ada tuk-tuk dan song thaew (mobil pick-up dengan 2 bangku panjang). Kami ditawari oleh ibu-ibu untuk carter 1 mobil, kami menolak. Kami bilang tidak apa-apa menunggu. Si ibu bilang kalau sampai penginapan kami 40 baht, kami minta di depan jalan masuk saja. Dia bilang jalannya jauh, 151 menitan. Akhirnya sepakat 30 baht per orang. Lalu si ibu pergi, mungkin cari penumpang.

Selagi kami duduk menunggu, ada seorang bapak mendekati kami, bertanya kami mau kemana. Kami tunjukkan kertas booking, dia bilang tau tempat itu. Menawarkan 30 baht berangkat sekarang. Sebenarnya kami merasa gak enak dengan ibu tadi, tapi kami lihat sekeliling tidak kelihatan. Ya sudahlah, kami naik angkot si bapak.

Sepanjang perjalanan, saya lihat banyak sekali turis di jalan-jalan. Rupanya CM memang kota tujuan turis. Singkatnya sampailah kami di ujung jalan masuk Nantaram road, rupanya letaknya di depan Chiang Mai Gate, salah satu gerbang yang mengelilingi kota tua CM. Dan ternyata dari ujung jalan, Noble House sudah kelihatan, tidak sampai 5 menit jalan kaki.

Kami mendapat kamar di lantai 3, kamarnya cukup besar dan nyaman, dilengkapi dengan AC, kulkas, TV dengan TV Kabel, kamar mandi dan toilet di dalam kamar, serta balkon. Dengan harga thb 980 untuk 2 malam dibagi berdua, kami puas dengan kamar kami. Kamarnya bersih, staf nya sangat membantu dan letaknya cukup strategis.

Melalui staf hotel kami dibantu untuk sewa motor. Harga sewa thb 150 untuk 24 jam, kami tawar karena kami hanya menggunakan sampai jam 9 malam, sedangkan sekarang sudah jam 14. Akhirnya kami mendapat harga thb 100.

Kami juga mendapat diskon untuk 1 day trip besok pagi yang akan kami ikuti, dengan tujuan Chiang rai, Golden Triangle, Mae Sai dan suku Karen, dari harga 1.100 menjadi 1000. Besok akan dijemput pukul 7.30 pagi.

Our room, motor bike and chicken noodle for lunch


Selesai administrasi dan pembayaran, kami cari makan siang dulu di sekitar penginapan banyak rumah makan.  Kami memesan chicken noodle, ternyata versi kecap mirip semur tapi tidak terlalu manis, enakkkkk....apalagi kami sudah kelaparan.

Kami mendapat motor warna ungu yang cantik dengan hiasan bling-bling. Tujuan kami ke Wat Phra That Doi Suthep, sekitar 17 km dari pusat kota. Berbekal peta yang kami ambil dari hostel dan informasi dari pegawai sewa motor, kami mengisi bensin 70 thb, tidak sampai 2 liter.

Jalan menuju Wat Doi Suthep cukup mudah. Ikuti saja jalan raya yang mengelilingi kota tua, sampai ketemu Hualin Corner, ambil belok ke kiri, selanjutnya ikuti jalan saja. Jika melewati Chiang Mai University lalu CHiang Mai Zoo, maka anda ada di jalan yang benar.

Wat Doi Suthep, ramai dengan pengunjung selain turis juga beberapa datang untuk berdoa. Terdapat 2 jalan masuk, 1 melalui tangga naik, yang lain melalui cable car dengan membayar 20 thb untuk naik turun. Tiket masuk wat 30 thb.
Sebelumnya kami tidak tahu ada jalan naik, jadi kami naik cable car, jadi kami harus membayar 50 thb.
Dari salah satu sudut wat, kita dapat melihat kota CM dari ketinggian.



4 km dari Wat Doi Suthep terdapat istana musim dingin keluarga kerajaan bernama Phra Tamnak Phu Phing, semula kami ingin mengunjunginya namun apa mau dikata motor tidak bisa nanjak, dan di tengah jalan ada pohon tumbang jadi harus tunggu antrian, sedangkan kami hanya punya waktu hari ini saja untuk menjelajah kota CM.
 
Jadilah kami putar balik, mana bensin juga mepet sekali, seharusnya tadi kami isi paling tidak 100 thb. Pada arah jalan balik ke kota saya sempatkan memotret CM Zoo dari seberang jalan.
 
Chiang Mai Zoo & Aquarium
 
Target berikutnya adalah Wat Pra Singh, Wat Chedi Luang dan Wat Chiang Man yang berada di area dalam kota tua. Sebenarnya banyak Wat, namun waktu tidak memungkinkan, jadi kami harus memilih prioritas.
 
Kami mengisi bensin lagi 70 thb, sebelum masuk ke kota tua. Kota tua CM mempunyai 5 pintu gerbang: Chiang Mai Gate, Suan Proong Gate, Thapae Gate, Chang Puek Gate, Suan Dok Gate, dan 4 corner: Katam Corner,Ku Huang Corner, Hualin Corner dan Sriphum Corner. Gerbang paling ramai oleh turis adalah Thapae Gate, di sekitarnya banyak resto dan bar. Di dalam kota tua juga banyak sekali jalan kecil penuh dengan guest house. Chiang Mai sangat tourist friendly. Hawa sejuk, lebih nyaman dibandingkan Bangkok yang macet, namun memang beda, masing-masing punya kelebihannya sendiri.
 
Wat Chedi Luang

Wat Phra Singh
hari sudah gelap saat kami sampai di Wat Chiang Man, jadi sudah tidak bisa mengambil foto. Juga sudah tutup, hanya melihat-lihat di bagian depannya saja.

Selanjutnya kami menuju ke Night Bazaar, sekalian cari makan malam, sudah lapar.
Kami makan di food court di dalam area Night Bazaar, harga lebih mahal dibandingkan jika makan di rumah makan. Tom yum seafood noodle 60 thb.
Night Bazaar, pedagang berbagai jenis barang, dari suvenir, pakaian, tas, lukisan dan sebagainya. 

Hari sudah malam, kami memutuskan kembali ke penginapan karena besok pagi-pagi akan dijemput untuk trip ke Chiang Rai. Saran saya jika anda sewa motor dan mengunjungi Doi Suthep, sebaiknya pilih motor dengan CC yang besar, hingga kuat menanjak, lalu isi bensin 100 thb sekaligus, sebab ternyata sisa bensin masih banyak sepulang dari Night Bazaar.

Bersambung....   Day 3