2017/12/29

Central Vietnam Trip 2017 - Hoi An Day 1

Kami naik Air Asia dengan rute CGK - KUL pukul 6.15 transikt di KLIA2 kemudian KUL - Da Nang (DAD) sampai pukul 15.15 waktu Da Nang. Tidak ada perbedaan waktu antara Vietnam dengan Jakarta, tapi Kuala Lumpur 1 jam lebih cepat dari Jakarta.

Kota Tua Hoi An dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1999 sebagai contoh pelabuhan perdagangan Asia Tenggara abad ke-15 sampai abad ke-19 dengan berbagai arsitektur tua yang masih terpelihara, seperti  kuil Cina, jembatan yang dirancang Jepang, pagoda, rumah toko kayu, rumah kolonial Prancis, dan kanal tua. Sebagian bangunan tua sudah beralih fungsi menjadi hotel, cafe, restoran, toko berbagai jenis barang dan suvenir, namun tetap dipertahankan bangunan tuanya. Beberapa area hanya boleh diakses oleh pejalan kaki, sepeda dan becak saja. Kota Tua ini nyaman untuk dijelajahi dengan berjalan kaki.

Hoi An tidak memiliki bandara maupun stasiun kereta api, pilihannya hanya dengan menggunakan transportasi darat. Bandara terdekat adalah Da Nang. Lokasi Hoi An hanya sekitar 30 km arah selatan dari Da Nang, 40 menit dengan mobil.

Dari bandara Da Nang menuju Hoi An, kami memesan penjemputan dari penginapan di Hoi An, $ 12 untuk 1 mobil. Sebenarnya jika ingin murah bisa naik bus no. 1, hanya saja dari info yang saya baca, bus terakhir pukul 5 sore, perkiraan saya tidak akan cukup waktu jadi opsi ini saya singkirkan. Jika menggunakan bus, maka dari Da Nang Airport kita harus ke terminal bus lebih dahulu. Tidak ada transportasi publik masal dari Airport, jadi pilihannya naik taxi baik konvensional atau online (Uber atau Grab). Dari yang saya baca taxi konvensional yang disarankan adalah Vinasun atau Mailinh. Banyak cerita scum ditulis, jadi hati-hati ya.....Ada baiknya kita punya patokan harga supaya tidak kemahalan.

Belakangan sewaktu jalan-jalan di kota tua Hoi An, saya baru tahu ada layanan antar jemput antara Da Nang dan Hoi An dan sebaliknya, dengan ongkos VND 110.000/orang.

Shuttle Service schedule & price

Sebelum berangkat saya chatting dengan pemilik penginapan di Hoi An yang saya booking via Booking.com, Green garden house (namanya Trinh), dan kebetulan menggunakan aplikasi Whatsapp. Dengan WA, saya memesan jemputan, tanya megenai sim card provider yang bagus dan penukaran uang. Dia sangat membantu kami selama di Hoi An, dari penjemputan, penukaran uang, sewa sepeda, pesan bus ke Hue. Apa yang kita butuhkan tinggal bilang saja. Dia juga menerima jahit pakaian, kursus memasak juga.

Sesampai di bandara Da Nang, keluar melalui imigrasi, yang dibagi menjadi 4 jalur untuk crew, Vietnamese, Asean dan Foreigner (non Asean). Setelah melewati imigrasi, saya melihat ada beberapa loket berjajar, namun saya tidak melihat tempat penukaran uang (mungkin juga saya salah), yang saya lihat hanya loket yang menawarkan sim card lokal dari berbagai provider.

Biasanya selama trip ke Luar Negri, saya hanya mengandalkan wifi dari penginapan. Tapi jika di negara/kota yang transportasi publik masal tidak bisa diandalkan atau hanya sedikit, sebaiknya membeli sim card lokal, terutama untuk penunjuk arah dan translate jika perlu. Sebelum berangkat, saya tanya dulu ke teman perjalanan kali ini, apakah dia memerlukan sim card lokal? Dia bilang perlu untuk komunikasi dengan orang rumah dan kantor, kami sepakat dia saja yang pakai.

Kami membeli sim card Viettel sesuai saran dari Trinh, mengambil paket internet paling murah $5, yang menurut penjualnya cukup untuk digunakan selama trip kami di Vietnam dan ternyata memang cukup. Kami belum menukar uang lokal (VND) jadi membayar dengan USD. Kami membeli dari loket pertama yg sedang kosong dan tidak sempat membandingkan harga.

Selesai urusan sim card, kami keluar mencari yg menjemput. Mobil jemputan kami mobil sedan cukup nyaman. Melewati kota Da Nang dengan berbagai spanduk atau tulisan sambutan acara APEC yang baru lalu. Kami diantar sampai depan jalan menuju penginapan. Penginapan kami berada di jalan kecil, hanya perlu jalan kaki beberapa meter saja.

Kami diberi kamar yang luas dengan 2 tempat tidur ukuran besar dan kamar mandi dalam yang luas. Padahal saya memesan kamar standar $15/malam. Mungkin sedang penuh, jadi kami beruntung mendapat kamar yang lebih bagus walau hanya 2 malam. Pada malam ketiga kami diminta pindah ke kamar standar di lantai atas yang luasnya setengah dari kamar sebelumnya, karena akan diisi oleh sebuah keluarga.

Family room at Green garden house
Kami membayar kamar, sewa mobil dan sekalian menukar uang USD, kami diberi rate yang bagus VND 22.700 per 1 USD, rata-rata rate di kota tua yang saya lihat hanya sekitar 22.500. Selesai bayar membayar, kami istirahat sampai sekitar jam 5 lewat kami jalan kaki menuju Hoi An Ancient Town, melihat-lihat sekaligus mencari makan malam. Selama di Vietnam, saya merasa hari lambat terang tapi cepat gelap.

Hoi An Ancient CIty Map
One of Hoi An Ancient CIty entrance
Kami berkeliling mengikuti langkah kaki saja...sesudah gelap lampu-lampu dan lampion dinyalakan.....cantik sekali. Di setiap akses masuk kota tua kita akan menemukan loket pembelian tiket Kota Tua Hoi An. Harga tiket: VND 80.000/orang (pengunjung Vietnam) dan VND 120.000/orang (pengunjung asing). Dengan tiket itu pengunjung dapat menikmati dan masuk ke 5 dari 21 tempat wisata yang berbayar:

  • Jembatan Covered Jepang, Cam Pho Communal House, Rumah Komunal Minh Huong, Rumah Tuy Tien Duong, Kuil Quan Cong.
  • Museum: Sejarah dan Budaya, Keramik Perdagangan, Budaya Sa Huynh, Budaya Rakyat.
  • Rumah-rumah tua: Quan Thang, Duc An, Phung Hung, Kapel Keluarga Tran, Tan Ky.
  • Ruang Perakitan: Trieu Chau, Quang Dong, Phuc Kien.
  • Bengkel kerajinan tangan dan pertunjukan kesenian tradisional, XQ Hoi An.
  • Makam kuno pedagang Jepang: Gu Sokukun, Tani Yajirobei, Banjiro.

Kita tak perlu membeli tiket, jika hanya berjalan-jalan saja tanpa memasuki ke bangunan yang berbayar, yang ditandai dengan adanya penjaga pemeriksa tiket.

Lampion shop

Hoi An Ancient Town
Kami menemukan warung di salah satu gang di Kota Tua, memesan Chicken Pho untuk makan malam. Harga semangkuk VND 25.000 sekitar Rp.15 ribuan. Nikmat dan enak sekali di malam yang dingin dan disertai gerimis. Sebelum memesan kami memastikan dahulu tersedia ayam.

Chicken Pho
Memasuki pasar malam (Night Market) penuh orang, penjual dari mulai makanan, pakaian, suvenir, asesoris dan lain-lain...di sini membeli apapun harus ditawar ;p Penjual akan memberikan pilihan harga dengan USD atau VND. Berbagai bahasa terdengar, pengunjung dari berbagai belahan dunia datang.....seru dan menarik sekali.

Street food vendors

Amazing folding cards
Sampailah kami di sekitar sungai Thu Bon yang membelah Kota Tua. Berbagai aktivitas bisa dilakukan, misalnya mengirim doa dengan membeli lilin dari beberapa penjaja lalu dihanyutkan di sungai, menyusuri sungai dengan menyewa perahu sambil menikmati malam, menikmati kopi atau teh di cafe sekitar sungai, berselfie ria di jembatan Hoi An atau sekedar duduk-duduk saja di pinggir sungai.

Thu Bon Riverside
Sekitar jam 20.30 kami memutuskan untuk kembali ke penginapan, hari ini cukup melelahkan karena kami berangkat dari rumah sejak subuh. Malam pertama di Vietnam, kami tidur nyenyak dengan bergelung selimut diiringi suara hujan di luar kamar, berharap semoga besok cuaca lebih baik tanpa hujan.


2017/12/28

Central Vietnam Trip 2017 - Itinerary

Awalnya tidak ada rencana untuk ke Vietnam, walau memang Hoi An & Hue ada di wish list saya dan sejak adanya rute Air Asia ke Da Nang dari Jakarta (transit KL). Inginnya ke Pulau Sumba dari Barat ke Timur atau sebalikya, karena tahun 2015 hanya sempat mampir ke Waingapu saja mengunjungi seorang teman, jadi tidak sempat menjelajah. Namun sehubungan penerbangan ke Sumba selau transit di Denpasar dan kala itu status Gunung Agung yang tidak jelas, maka akhirnya saya memutuskan untuk pindah destinasi yang mudah, murah dan tanpa harus menguus Visa.

Ini kali kedua saya ke Vietnam tapi kali pertama ke area Vietnam tengah. Pertama kali ke Vietnam tahun 2004 bersama teman yang asli orang Vietnam tapi lama tinggal di Indonesia. Dulu hanya sempat ke Hanoi termasuk Ha long Bay dan Saigon saja, dan kami menginap di rumah saudara teman saya itu. Nah kali ini saya pergi berdua dengan teman yang saya kenal karena urusan pekerjaan, jadi saya belum tahu apakah akan cocok dengan gaya jalan-jalan saya, jadi saya buat rencana trip yang santai dan nyaman saja, tidak seperti biasanya yang 'kejar tayang' hehehe.....

Destinasi saya tentukan dulu Da Nang, Hoi An dan Hue, lalu saya book tiket pakai Air Asia dan penginapan via Booking.com. Sebenarnya ada beberapa destinasi lain di Vietnam Tengah juga yang ingin saya kunjungi tapi setelah saya cek jaraknya perlu waktu lama, sedang ini trip santai. Selama di sana hampir tiap hari hujan, jadi beberapa rencana terpaksa dilewatkan, bahkan sempat tidur siang 😁. Itinerary di bawah ini sesuai yang kami jalani.

Central Vietnam Itinerary

D1 - Jakarta - Kuala Lumpur - Da Nang dengan Air Asia
       Pick up service dari penginapan di Hoi An $12/mobil
       Menginap 3 malam di Green garden House, Hoi An selama 3 malam $15/kamar
       untuk 2 orang termasuk sarapan. Lokasinya dekat dengan Hoi An Ancient Town.
       Jalan-jalan di Hoi An Ancient Town.

D2 - Jalan kaki ke Tra Que Vegetable Village
       Jalan-jalan lagi di Hoi An Ancient Town.

D3 - Rencana awal ingin ke My Son tapi melihat ramalan cuaca hujan, maka kami tidak
       booking trip ini. Jika tidak ingin ikut trip, bisa menyewa sepeda motor ke sana. Jika
       ikut trip ada 2 pilihan yaitu pergi dan pulang naik bus atau pergi naik bus pulang naik
       boat. Batal ke My Son, kami menyewa sepeda dari penginapan (VND 20.000/sepeda).
       Kami ke pantai Cua Dai dan Anh Bang lalu ke Hoi An Ancient Town lagi.

D4 - Naik sleeper bus Hoi An - Hue (VND 90.000)
       Menginap di Ngoc Tung Mini Hotel untuk 2 malam termasuk sarapan $14.40, kami
       membayar dengan VND 385.000. Lokasinya tidak jauh dari Hue Imperial Citadel.
       Jalan kaki ke Dong Ba Market lalu ke Hue Imperial Citadel.

D5 - Jalan kaki ke Thien Mu Pagoda
       Naik Dragon Boat dari dermaga Thien Mu, menyusuri Perfume River sampai dermaga
       Citadel, harga setelah tawar menawar VND 140.000/boat.
       Jalan kaki ke An Dinh Palace, lalu kembali ke penginapan.

D6 - Naik bus Hue - Da Nang VND 80.000
       Menginap di D-Green Hostel untuk 2 malam $26 termasuk sarapan, kami membayar
       VND 585.000.
       Jalan kaki ke Da Nang Cathedral, Dinh Hai Chau village, Dragon Bridge, DHC Marina,
       Dragon carp, melewati APEC Park, Trần Thị Lý Bridge, lalu kembali ke D-Green.

D7 - Sewa sepeda motor dari penginapan VND 130.000 sehari termasuk bensin.
       Marbel Mountain, tiket masuk VND 40.000
       My Khe Beach
       Linh Ung Pagoda

D8 - Da Nang - Kuala Lumpur - Jakarta dengan Air Asia


Sekedar info.....

  1. Di Vietnam menerima pembayaran dengan USD, jika punya pecahan kecil juga bisa diterima sebagai alat pembayaran. Tukarlah Vietnam Dong di sana, bawalah USD. Mata uang VND saat ini nilainya lebih rendah daripada IDR, per Desember'17, 1 IDR sekitar 1,6 VND. 
  2. Beli SIM Card lokal akan sangat membantu untuk petunjuk arah (google map), karena transportasi publik masal kurang. Pilihan transportasi murah dengan jalan kaki, sewa sepeda atau sepeda motor. Referensi dari warga lokal, gunakan Viettel.  
  3. Carilah penginapan yang bisa ditempuh dengan jalan kaki dengan destinasi utama yang ingin dikunjungi. Booking.com andalan saya, karena pilihan free cancel dan bayar ditempat.
  4. Instal aplikasi Uber dan Grab, untuk pilihan transportasi, terutama dari dan ke Airport daripada menggunakan taxi, hanya setahu saja baru ada di kota besar saja seperti Hanoi, Saigon dan Da Nang.
  5. Referensi tentang Vietnam saya baca di Vietnam Guide dan Vietnam Tourism.
  6. Jika ingin menggunakan taxi disarankan memilih Vinasun atau Mailinh, pastikan argo nya berfungsi. 
  7. Selalu menawar harga jika ingin membeli/membayar sesuatu, kecuali sudah tercantum harga pastinya.
  8. Google translate akan membantu komunikasi dengan warga lokal yang tidak paham bahasa Inggris.     

Cerita trip selengkapnya ada di tulisan berikutnya......     

2017/12/06

Spain Trip 2017 - Barcelona Day 2

Pagi ini kami megunjungi Camp Nou (artinya new field), stadion Barcelona FC sejak 1957. Lokasinya tak jauh dari tempat kami menginap, jadi kami jalan kaki ke sana. Stasiun Metro terdekat adalah Collblanc. 

Terdapat 2 stadion di sini, tersedia Camp Nou Tour, FC Barcelona Museum dan FC Barcelona Botiga Official Megastore dengan produk dari Nike.  

Camp Nou - Barcelona FC

Kita bisa menemukan patung pesepakbola László Kubala Stecz, pemain terbaik yang pernah bermain untuk klub Barcelona. Setelah pensiun sebagai pemain, ia bertindak sebagai pelatih Barcelona dan juga melatih tim nasional senior Spanyol serta tim Olimpiade. 

Lempengan batu dengan cetakan wajah Francesc Miró-Sans, presiden Barcelona FC tahun 1953 sampai 1961. Ialah yang mengusulkan untuk pembangunan Camp Nou untuk menggantikan stadion lama Camp de Les Corts yang dirasa terlalu kecil. 

Camp Nou - Barcelona FC

Selain sebagai stadion pertandingan sepak bola, Camp Nou juga dgunakan untuk acara-acara lainnya, misalnya untuk konser musik dan misa akbar.

Jika Real Madrid bekerja sama dengan Adidas, maka Barcelona FC menjual produknya dengan label Nike. Kami mampir melihat-lihat tokonya, menurut saya penataannya lebih menarik daripada toko Real Madrid.

Camp Nou - Barcelona FC Store

Selesai keliling Camp Nou, kami naik Metro dari stasiun Collblanc menuju stasiun Diagonal. Tujuan berikutnya melihat Casa Milà dan Casa Batlló, ke duanya karya Antoni Gaudí dan letaknya berdekatan berada di Passeig de Gracia. 

Avinguda Diagonal (La Avenida Diagonal) merupakan salah satu jalan terluas dan terpenting di Barcelona. Dinamakan demikian karena membelah kota Barcelona menjadi dua secara diagonal dari barat ke timur. Pada persimpangan jalan antara Diagonal dengan Passeig de Gracia, kita bisa menemukan sebuah Obelisk, yaitu tugu batu dengan empat sisi dengan ujung menyempit berbentuk piramida di bagian atas. Obelisk bisa kita temukan di banyak tempat di seluruh dunia, bahkan di Jakarta juga ada yaitu Monumen Nasional (Monas) yang melambangkan perjuangan kemerdekaan Indonesia, konstruksinya dimulai tahun 1961 dan dibuka untuk umum tahun 1975.

Gerimis menyertai perjalanan kami menuju Casa Mila. Kami sempat menemukan pancuran air minum dengan bentuk yang menarik di pinggir jalan, seorang perempuan berambut keriting bertopi sedang menangkap katak, dari mulut katak inilah air keluar. Banyak pancuran air minum dengan bentuk-bentuk lain yang menarik dapat kita temukan di jalan-jalan kalau kita teliti. Hanya saja agak sulit menemukan toilet umum di Barcelona.

Drinking Water

Antoni Gaudi (25 Juni 1852 - 10 Juni 1926) adalah seorang arsitek Catalan dengan berbagai karya yang unik bahkan sampai sekarang, memadukan berbagai gaya, bentuk-bentuk tidak beraturan, ornamen yang detil berbentuk bunga, buah, binatang , kepingan pecahan marmer, kaca atau keramik warna-warni. Beliau meninggal saat tengah mengerjakan proyek Sagrada Família, yang bahkan sampai sekarang masih belum selesai. Makamnya bisa ditemukan di ruang bawah tanah Sagrada Família.

Beberapa karya Gaudí dinobatkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1984,  Park Güell, Palau Güell dan Casa Milà, sedangkan pada tahun 2005 fasad Nativity, ruang bawah tanah dan apse Sagrada Família, Casa Vicens dan Casa Batllo di Barcelona, ​​bersama dengan ruang bawah tanah Colònia Güell di Santa Coloma de Cervelló. Hari ini kami sempat melihat 4 di antarannya.

Casa Mila
Casa Milà (La Pedrera) dibangun antara tahun 1906 dan 1912 oleh Antoni Gaudí untuk Roser Segimón suaminya Pere Milà, casa berarti rumah. Bangunan ini berlantai sembilan dengan berbentuk asimetris, banyak lengkungan dan jendela.
Setelah berganti pemilik beberapa kali, berubah fungsi dan proses restorasi, saat ini digunakan sebagai markas besar Catalunya La Pedrera Foundation dan menjadi pusat kebudayaan di Barcelona untuk berbagai aktivitas  dan pameran. Di salah satu sudutnya kita bisa menemukan toko suvenir terkait dengan karya Gaudi. Jika berniat masuk, sebaiknya membeli tiket secara online terlebih dahulu untuk menghindari antrian yang lumayan panjang. 

Casa Mila

Casa Batlló
Masih di jalan yang sama tak jauh dari Casa Mila, sekitar 600 meter kita bisa menemukan Casa Batlló, di seberang jalan. Bangunan aslinya dibangun 1877 dan ini dibeli oleh  Josep Batlló tahun 1900, lalu didesain ulang oleh Gaudi tahun 1904.

Disebut juga Casa dels ossos (House of Bones), karena memiliki bentuk sepertu tulang-tulang, atapnya melengkung mirip tulang belakang naga atau dinosaurus. Sebagian besar fasad dihiasi dengan mosaik yang terbuat dari pecahan keramik dari warna oranye keemasan yang berubah menjadi warna biru kehijauan, jendela oval tidak beraturan dan karya batu terpahat yang terukir, seolah perancang menghindari garis lurus. Karena tiket masuk cukup mahal untuk kantong kami, kami hanya foto-foto dari depan saja. 

Casa Batlló
Melanjutlan perjalanan menyusuri sepanjang Passeig de Gracia, sampailah di Plaza Catalunya. Tujuan berikutnya mencari lokasi Katedral Barcelona, kami mengambil jalan yang sejajar dengan La Rambla, berbelok-belok memasuki lorong-lorong kecil mencoba mengikuti petunjuk jalan, tapi lebih sering tiba-tiba petunjuk arah menghilang sebelum sampai tujuan.  

Terdengar suara musik, nyanyain dan tarian, lalu kami lihat kerumunan orang. Ternyata sedang ada la festa Catalana, pesta rakyat tradisional. Berkostum tradisional beberapa orang menari berkeliling. Kami menikmati 1 tarian sebelum melanjutkan perjalanan. Tak jauh dari tempat menari, tenda-tenda berdiri, para pedagang barang antik dan pernak-pernik menarik menjajakan dagangannya. 

la festa Catalana 

Barcelona Cathedral

Katedral ini dibangun dari abad ke-13 sampai abad ke-15, disebut juga The Cathedral of the Holy Cross and Saint Eulalia (Catalan: Catedral de la Santa Creu i Santa Eulàlia, Spanish: Catedral de la Santa Cruz y Santa Eulalia). Katedral bergaya Gothic dengan atap terkenal dengan gargoyle-nya, yang menampilkan berbagai macam hewan lokal maupun mitos. Antrian cukup panjang, jadi kami hanya melihat-lihat dari depan saja.


Di samping Katedral terdapat galeri kecil yang menarik. Awalnya saya tertarik dengan bentuk semut besar dari besi di halamannya. Jadilah kami masuk melihat-lihat ke dalam, terdapat juga seni pahat dan seni lukis. 



Kembali menyusuri lorong-lorong sempit, akhirnya kami menemukan bangku di belakang sebuah gereja entah apa namanya, untuk menyantap makan siang kami yang kami beli di mini market dekat Camp Nou, kali ini ditambah kudapan anggur hijau.

Selesai makan siang, kami menemukan kantor pos dan telegram, sebuah bangunan tua yang masih terpelihara dengan baik. Kami masuk, ternyata cantik juga di dalamnya. Dengan atap tinggi, lengkungan di atas pintu dihiasi lukisan.

Post Office

Selanjutnya kami menuju Port Vell, namun dari sisi yang berbeda dengan kemarin. Mencolok di tepi pantai, berdiri The Head of Barcelona (El Cap de Barcelona) patung surealis yang dibuat oleh seniman Pop Amerika Roy Lichtenstein untuk Olimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona, ​​Catalonia, Spanyol. 

The Head of Barcelona

Lalu yang tak bisa dilewatkan adalah patung fiberglass lobster raksasa, sepanjang 10m dirancang dan dibangun oleh seniman Spanyol Javier Mariscal, yang awalnya merupakan bagian dekorasi di restoran makanan laut Gambrinus. Ketika restoran Gambrinus tutup patung itu dibeli oleh dewan kota Barcelona. 

Giant Lobster scuplture

Kami melewati Barcelona Aquarium dan masuk ke Maremagnum Mall untuk numpang ke toilet, sebelum kembali menyusuri jembatan Rambla de Mar, Columbus Monument, La Rambla. Seniman-seniman jalanan yang beraksi di sepanjang La Rambla berbeda dengan hari kemarin, mungkin mereka bergiliran.

Kami naik metro dari Plaza Catalunya menuju Park Güell (jalur hijau L3), taman karya Gaudi, kami turun di stasiun Vallcarca. Dari stasiun perjalanan masih cukup jauh dan mendaki, bahkan ada yang naik elevator di tengah jalan.  

Park Güell
Park Güell menupakan taman umum yang di atas bukit Carmel Hill, distrik Gracia di Barcelona. Eusebi Güell menugaskan desain taman itu ke Antoni Gaudí, dibangun antara tahun 1900 dan 1914 dan dibuka secara resmi sebagai taman umum pada tahun 1926. Pada tahun 1984, dinobatkan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. 

Park Güell memiliki tiga akses pintu masuk dan memiliki 2 area yang berbeda: Zona Monumental, yang memerlukan pembelian tiket, dan area akses gratis yang terbuka untuk semua pengunjung tanpa biaya. Jika anda ingin masuk ke zona berbayar, sebaiknya membeli tiket lebih dahulu secara online untuk menghindari antrian. Pada zona Monumental itulah kita bisa menemukan salamander mozaik yang terkenal itu. 

Kami menjelajahi zona tak berbayar yang cukup luas juga, dari sini kita bisa melihat kota Barcelona dari ketinggian juga zona Monumental di bawahnya. Taman ini awalnya merupakan bagian dari area perumahan gagasan tentang Count Eusebi Güell yang tidak berhasil secara komersial. Dirancang untuk menghadirkan kedamaian dan ketenangan yang diharapkan dari sebuah taman.

Park Güell

Park Güell

Park Güell  merupakan bukit berbatu dengan sedikit vegetasi dan beberapa pohon, yang disebut Muntanya Pelada (Bare Mountain). Terdapat rumah pedesaan besar bernama Larrard House atau Rumah Muntaner de Dalt, yang ditempati Count Eusebi Güell pada tahun 1906 untuk tinggal di . Karena tidak ada pembeli maka atas saran Güell, Gaudí membeli rumah yang dibangun oleh Francesc Berenguer pada tahun 1904 dan pindah bersama keluarganya dan ayahnya pada tahun 1906 sampai 1926. Sejak tahun 1963 berfungsi sebagai Gaudi House Museum (Casa Museu Gaudí) yang berisi karya orisinal oleh Gaudí dan beberapa rekannya. 

Tiang-tiang dari batu yang seolah ditumpuk-tumpuk sembarangan membentuk lorong yang cantik dengan pohon-pohon palem dan pinus disekelilingnya, serasa berada di gurun. 

Kami berjalan terus ke puncak bukit dan menemukan beberapa seniman memainkan musiknya. Sejenak kami menikmati musik sambil beristirahat dan memandang ke arah kota Barcelona. 
Musicians at Park Güell
Puas berkeliling, kami keluar taman dari pintu yang berbeda dari arah kami datang. Sambil menuruni bukit, sebenarnya saya tidak tahu arah, hanya mengikuti kata hati saja. Mampir ke beberapa toko, siapa tahu ada koper yang cocok untuk menggantikan ransel saya yang patah tiangnya. 

Hari sudah sore tapi masih terang, lalu saya melihat petunjuk arah ke Sangrada Familia. Awalnya teman saya tidak berminat untuk ke sana, tapi saya bujuk. Menurut pengalaman, jika ada petunjuk arah tujuan, maka tempat itu tidak jauh dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Jujur saya tidak tahu seberapa jauh, jadi kami mengikuti petunjuk yang ada di sepanjang jalan. Setelah beberapa lama, mungkin sekitar 40 menit, akhirnya kami menemukan Sangrada Familia yang spektakuler itu. Menurut saya rute perjalanan kami tadi memutar, memang agak membingungkan jika tidak punya peta. Sepanjang perjalanan kami juga tidak melewati stasiun metro.

Sagrada Familia
Singkat cerita kami sampai di Sangrada Familia, tampak depannyapun sudah mengagumkan dengan detail-detail ornamennya. Masih tampak progres pembangunan, beberapa area masih ditutup. Kami memutuskan untuk mengelilingi bangunan terlebih dahulu sebelum masuk. Antrian juga cukup panjang. 
Sangrada Familia
Sagrada Familia merupakan basilika raksasa yang juga merupakan salah satu karya Gaudí yang paling terkenal di Barcelona. Dibangun sejak tahun 1882 dan masih belum selesai karena pembangunannya bergantung pada sumbangan pribadi dan terganggu oleh Perang Sipil Spanyol. 
  
Kami menemukan area yang memungkinkan kita masuk tanpa tiket, kapel kecil dimana terdapat makam Gaudi di dalamnya. 
Sangrada Familia

Gaudi's Tomb at Sangrada Familia
Sebelum kembali ke penginapan, saya mempir ke salah satu toko suvenir di dekat basilika untuk membeli buku tentang karya Gaudi sebagai kenang-kenangan. Kami kembali naik metro.

Sesampai di penginapan dan mendapat akses wifi di penginapan, saya browsing toko koper yang dekat penginapan dan menemukan toko Paco Martinez yang sedang sale di salah satu mal. Kami mengikuti arah menggunakan google map yang ternyata bisa offline. Saya dapat koper kabin soft case seharga € 19,99 untuk menggantikan ransel saya yang rusak.

Malam hari kami pamit dengan tuan rumah, karena esok pagi-pagi kami akan naik pesawat Singapore Airline pukul 10 ke Jakarta, transit di Singapore.

Kami berangkat kira-kira pukul 7 pagi menuju Airport. Kami memilih naik Airport Metro Link  L9 Sud, dari stasiun Collblanc yang langsung ke Airport tanpa harus transit seperti waktu datang, harga tiket €4.50 sekali jalan. Kebetulan juga tiket T-10 kami sudah terpakai semua.

Maka berakhirlah trip kami di Eropa.....