2014/08/13

Myanmar Trip 2014 - Akomodasi & Transportasi

Akomodasi yang kami gunakan selama di Myanmar, hanya untuk malam pertama saja kami booking melalui website, untuk mendapatkan jemputan gratis dari airport, karena waktu mendarat sudah malam.

1. Yangon
  • Mother Land Inn 2
        Address: No.433, Lower Pazandaung Road, Yangon
        Tel: (951) 291343, 290348, 09 401534080
       Website: www.myanmarmotherlandinn.com
       Email: mli2@myanmar.com.mm, motherlandinn2@gmail.com 

       Triple room, AC, TV, bathroom, breakfast, free Wifi, free pickup from airport, free          shower after checkout  $42/room

      Comment: friendly, helpful, location is a bit far from tourist objects. 
 
  • Okinawa 2 Guesthouse
        Address: no.89, 32nd street, Yangoon
        Tel: (951) 385728

        Triple room, AC, breakfast, free wifi, share bathroom  --> $30
        Pay $2/person for shower after checkout.

        Comment: good location, walking distance from many object, comfortable room,              clean. Power failure at least one a day.

2. Bagan
        Saw Nyein San Guesthouse
        Address: Main road, Ywa Thit Quarter, Nyaung Oo
        Tel: 061-60651, 09 49215305, 09 2042865
        Email: kolwinminzee@gmail.com

        Triple room, AC, bathroom, TV, Fridge, breakfast, free wifi, can shower after                   checkout --> $35

        Comment: good location, comfortable & clean room, nice breakfat. You can buy bus           ticket here without additional fee. 

3. Mandalay
        Nylon Hotel
        Address:Corner of 83rd & 25th street, Mandalay
        Tel: (052) 33460, 66550, 60757
        Email: nylonhotel25@gmail.com

        Triple room, AC, TV, bathroom, breakfast, free wifi at loby, can shower after                    checkout --> $30

     Comment: old but clean room, AC not cold enough, good location.

4. Nyaung Shwe (Inle Lake)
        Teakwood hotel
        Near market & nyaung shwe terminal. Sorry, I forgot to ask a business card. 

       Triple room, bathroom, fan, breakfast, free wifi, can shower after checkout  $30

        Comment: nice room, good wifi connection, good location. 

Transportation
  1. Yangon to Bagan : Mandalar Minn Express Bus, 15.500K, 19.00 - 4.00 
  2. Bagan to Mount Popa : Van rental half day 36.000 K 
  3. Bagan to Mandalay : Shwe Man Thu Bus, 8.000K, 21.30 - 1.30
  4. Mandalay to Amarapura, Sagaing, Inwa : Car rental 33.000 K
  5. Mandalay to Nyaung Shwe (Inle Lake) : Shwe Nan Taw, 10.500 K, 20.00 - 4.00
  6. Nyaung Shwe to Yangon : JJ Express Bus, 23.000 K (dinner include), 19.00 - 7.30

Myanmar Trip 2014 - Day 10&11 - Yangon

Bus beberapa kali berhenti, menurunkan penumpang. Pukul 7 pagi bus memasuki Yangon, kami akhirnya diturunkan di down town bukan di terminal. Rencana awal kami akan mencari transportasi di terminal menuju Golden Rock. Tapi karena sudah di pusat kota dan gerimis, maka kami sepakat untuk membatalkannya. Kami sarapan dahulu, utamanya mencari toilet, sudah tidak tahan.....hahaha....
Kami sarapan cakwe dan bakpao, di warung yang cukup penuh dengan pencari sarapan. 

Patokan kami mencari penginapan sekitar Sule Pagoda. Kami diberitahu bisa naik bus nomor 51, tapi yang mana? karena nomor bus ditulis dalam huruf Myanmar, lagipula bus penuh, akan mengganggu penumpang lain karena ransel kami. Akhirnya kami naik taxi 3.500K menuju 32nd street. 

Kami beruntung menemukan Okinawa 2 Guesthouse. Kamar triple baru akan kosong pukul 12. Harga 33 ribu kyat, kami tawar 30 ribu kyat. Kami harus membayar tambahan $2 atau 2.000K jika ingin mandi setelah waktu checkout besok sore. Cuma disini kami harus membayar, di penginapan sebelumnya tidak perlu membayar, malahan ada yang meminjamkan handuk juga. Kamar bertiga dengan AC, sarapan tapi kamar mandi di luar dipakai bersama. Okinawa cukup nyaman dan bersih, meskipun setidaknya sekali sehari mati listrik ;( dan wifi kadang bermasalah.....

Okinawa 2 Guesthouse
Kami menitipkan ransel dan jalan-jalan sekitar Sule Pagoda, hari masih gerimis. Tak jauh dari penginapan kami melihat penjual tiket bus antar kota, pakai mobil. Harganya tidak jauh beda dengan harga resmi, mungkin selisih 500K saja. Kami sempat berbincang dengan ibu penjual tiket, dia mendapatkan komisi dari hasil penjualan tiket.


Kami hanya memotret Sule Pagoda dari luar saja karena cuaca kurang bagus untuk foto. Untuk masuk harus membayar $3. Sule Pagoda merupakan pagoda emas dengan bentuk oktagon yang tidak biasa. Buka dari pukul 4 pagi sampai 10 malam. 


Tujuan selanjutnya ke Bogyoke Aung San Market. Buka dari pukul 9 pagi sampai 5 sore. Sepertinya apapun ada disini. Dari mulai pakaian, perhiasan, batu, lukisan dsb. Kita harus tawar menawar. Terdiri dari 2 lantai. Toko-toko di lantai 2 lebih mahal di bandingkan lantai dasar. 



Kami membeli bebek panggang utuh untuk makan siang bertiga, 6.000K. Pukul 2 siang kami kembali ke Okinawa. Kamar sudah siap dan ransel kami sudah ada di kamar. Sisa hari kami habiskan di penginapan, di luar masih hujan.

Day 11 - last day in Myanmar
Untuk sarapan pagi disediakan di Okinawa 1, hanya beberapa meter saja dari Okinawa 2. Meja sarapan berada di jalanan depannya. Sarapan berupa 2 potong springroll dan kopi. 


Kami menuju ke Maha Bandoola Park, tidak jauh dari Sule Pagoda. Sudah banyak warga yang duduk-duduk atau berolah raga di taman itu. Ditengah taman menjulang Independence monument berbentuk obelisk, mirip dengan yang ada di banyak tempat di dunia, seperti misalnya di Istambul atau Washington DC. 


Di sekeliling taman ada beberapa bangunan tua era kolonial, seperti city hall, Immanuel Baptist Church, High Court Building & Clock tower, Strand Hotel. 


Menuju stasiun kereta, kami ingin mencoba Yangon Circle Line, jalur kereta mengelilingi kota Yangon, yang saya baca layak untuk dicoba. Setiba di stasiun, ternyata kita harus masuk dahulu ke platform untuk membeli tiketnya. Harga tiket berbeda-beda, misalnya untuk jam 9.45 harganya 200K sedangkan jam 10.10, 300K tidak tahu apa yang berbeda. Karena perjalanan memerlukan waktu 3 jam, jadi kami batal untuk naik, hanya melihat sampai kereta berangkat saja. Kereta tanpa daun pintu dan daun jendela, tanpa AC, hanya dicat warna-warni. Seperti kereta kita jaman dulu.


Sebelum pukul 12, kami kembali ke Okinawa untuk checkout. Lalu kami ke Bogyoke Market lagi untuk menghabiskan sisa uang kami yang tidak banyak, hanya cukup ditukar beberapa $ saja.

Setelah mandi $2 kami, pukul 4 sore kami naik taxi (7.000K) yang sudah kami pesan dari penginapan, ke airport. Perlu waktu 1 jam untuk sampai di airport. 

Di airport kami bertemu dengan guide dari Okinawa yang sedang menjemput tamunya. Kemarin dia mengantar tamu ke golden rock, tapi tidak bisa naik karena hujan deras. Wah.....untung sekali kami batalkan rencana ke Golden Rock ya....

Jika masih memiliki sisa Kyat, anda masih bisa menukarnya atau menghabiskannya membeli suvenir di airport bahkan setelah melewati imigrasi.  


Meningalkan Yangon dengan Tiger Air, selesailah trip Myanmar kami kali ini.....  

2014/08/12

Myanmar Trip 2014 - Day 9 - Cave Monastery & Red Mountain Winery trekking

Selesai packing, kami sarapan di lantai atas hotel dengan menu Shan noodle soup. Menitipkan ransel kami sebelum keluar untuk trekking. Tujuan kami ke cave monastery dan red mountain winery. Agen perjalanan yang kami datangi kemarin menawarkan paket trekking 8.000K/orang termasuk makan siang. Namun kami ingin mencoba trekking sendiri. Kami berangkat pukul 8 pagi.

Diperjalanan kami melewati SMA. Inle rupanya cukup makmur hingga anak-anak bisa sekolah sampai SMA. Kebanyakan anak naik sepeda, beberapa gurunya naik motor. Ada juga yang diantar orang tuanya naik motor. Seragam sekolah baju putih dengan sarung/rok panjang/ celana panjang. 

Senior high school at Nyaung Shwe
Pagi ini cukup panas terik, jadi cepat lelah. Tak sengaja kami melihat papan petunjuk arah menuju Red Mountain Winery. Padahal menurut agen perjalanan kemarin, kami harus kembali ke pasar dulu baru sewa tuk-tuk atau delman, arahnya berbeda. Wah....menyesatkan, untung saja kami melihatnya.

Tak jauh dari situ kami menemukan seorang ibu sedang menggoreng tahu. Kami mampir istirahat & mencicipinya. Tahu Myanmar berbeda dengan Indo, bahannya juga dari kacang tapi bukan kedelai. Warnanya kuning & lebih kenyal, enak juga dimakan mentah tanpa digoreng. Sepiring hanya 500K isinya mungkin 10-12 biji. Makan tahu panas yang baru diangkat dari kompor sambil menggoda anak pemilik warung....Tak lama ada pengantar tahu mentahnya, rupanya dijual per kotak dan ditimbang beratnya. 

Myanmar tofu

Ternyata jalur ke cave monastery cukup mudah ditemukan. Dari pasar ikuti saja jalan beraspal sampai menemukan May Haw Nann resort, lurus aja ikuti jalan tanah. Dari sini perjalanan mulai menanjak. 


Kami melewati monastery, tapi ternyata bukan cave yang kami cari, masih masuk lewat jalan setapak. Ada seorang ibu menyapa kami, bertanya apakah kami perlu senter. Baru kemudian kami tahu perlu senter untuk masuk ke dalam gua. Si ibu tadi rupanya menyewakan senter. Jika anda tidak membawanya, di dalam disediakan juga. Tidak perlu membayar, hanya memberi donasi serelanya. Kami menggunakan senter dari handphone kami. Dalam gua terdapat beberapa ruangan. Ada patung-patung, gambar di dinding. Konon gua ini diguakan untuk meditasi para biksu.


Hari sudah siang, kami melewati tempat dengan banyak sekali biksu anak-anak sedang makan. Ruangannya terbuka, kami pikir itu warung. Kami minta ijin untuk memotret. Kami lalu bertanya apa ini tempat makan? bisa kami membeli semangka? Yang kami tanya mengangguk lalu disediakan sepiring semangkan untuk kami. Belakangan ternyata tempat itu bukan warung, tapi tempat biksu makan. Rupanya salah paham. Kami tidak diperbolehkan membayar, namun akhirnya kami bilang ini donasi. Walah.....

Selesai makan biksu-biksu kecil kembali ke biara di atas tempat makan itu. Kami mengikuti mereka dan melihat-lihat. Biksu kecil tetap saja anak kecil, mereka bermain dan membaca komik rupanya hahaha......



Perjalanan kami lanjutkan menuju Red Mountain Winery, kami akan makan siang disana saja. Menurut petunjuk hanya 3 km dari persimpangan jalan, sepertinya sih lebih ya....
Cuaca panas sekali, sekali sekali lewat turis mengendarai sepeda. Menyakinkan kami di jalan yang benar, karena tidak ada papan petunjuk sampai kami tiba di jalan masuk naik ke perkebunan anggur.


Kami memesan nasi goreng dan jus lemon untuk makan siang. Makan di bawah pohon dengan pemandangan hamparan kebun anggur. Kami memesan paket wine tasting, 2.000K per orang. Dihidangkan 4 jenis wine yaitu white sauvignon blanc, red shiraz tempranillo, Inle valley rose dan late harvest. Dari ke-4 nya, hanya Inle valley rose saja yang enak, manis dan ringan. Kami membeli 1 botol (750 ml 8.000K) untuk diminum di bus, banyak yang bilang JJ express sangat dingin, seperti winter di dalam bus hahaha......


Kami hanya punya waktu 1 jam saja untuk istirahat dam menikmati semilir angin sampai pukul 3. Kira-kira perlu waktu 1 jam perjalanan untuk sampai di penginapan. 

Kami diperkenankan istirahat dan numpang mandi di ruang santai penginapan sebelum dijemput pukul 5.30, bus akan berangkat pukul 7 malam. 

Tak lama kami sampai di kantor JJ, hujan deras turun. Bus datang terlambat 10 menit. Benar kata orang, bahwa bus JJ sangat nyaman. Paling nyaman dari semua bus yang kami naiki selama di Myanmar, ada tempat kakinya juga. Untungnya tidak terlalu dingin. 

Kira-kira hampir pukul 10 malam, bus berhenti untuk makan, rupanya harga tiket sudah temasuk makan malam, meskipun pilihannya hanya nasi goreng atau mi goreng saja dengan segelas sprite. Minum wine yang kami beli, lumayan menghangatkan badan....
Malam yang panjang menuju Yangon............





Myanmar Trip 2014 - Day 8 - Inle Lake Boat Trip

Pukul 3 dini hari bus berhenti menurunkan penumpang, kami jadi terbangun kami kira sudah sampai namun tidak ada pemberitahuan untuk turun dari pramugari (bus VIP ada pramugarinya). Kemungkinan penumpang yang turun di Kalaw, kota sebelum Nyaung Shwe. Kalaw menyediakan berbagai trekking trip salah satunya ke Inle, 2 hari 1 malam. 

Baru sekitar jam 4 pagi, kami diberitahu sudah sampai tujuan. Hari masih gelap, mata masih ngantuk. Kami diberi sikat gigi dan tisue basah. Ternyata Nyaung Shwe bukan tujuan akhir dari bus kami, melainkan Taunggyi. Kami diturunkan di junction Shwe Nyaung, baru dikemudian hari kami tahu kalau jaraknya sekitar 11 km dari junction ke Nyaung Shwe. 

Hanya 1 rombongan lain selain kami yang turun. Seperti biasa kami dikerumuni penjaja jasa. Mereka menawarkan 1.000K/orang untuk sampai Nyaung Shwe terminal. Karena kami kira hanya dekat, maka kami memutuskan untuk jalan kaki saja. Hari masih gelap dan dingin, bintang masih nampak. Tidak ada lampu jalanan, yang ada hanya lampu dari beberapa warung di jalan yang tutup. 

Kami jalan santai saja, sambil menunggu hari terang. Begitu terang, terlihat sawah-sawah dan ibu-ibu petani naik traktor, anak-anak berangkat ke sekolah. Sepertinya orang Inle memulai harinya pagi-pagi. 



Tak lama kemudian kami melihat ada warung yang sedang membuat cakwe, dapurnya terbuka, terlihat dari luar. Kami mampir dulu untuk sarapan dan istirahat. Ini cakwe yang paling enak dan paling murah selama kami berada di Myanmar, hanya 100K. Yang membuat adonan dan menggoreng laki-laki.



Selesai sarapan, kami jalan lagi, lalu lewat angkot ke Nyaung Shwe, supirnya minta 500K/org. Akhirnya kami naik. Tak lama angkot di hentikan, kami diminta membayar Inle Zone Entrance Fee sebesar $10 atau EUR10. Kami membayar dengan kyat sebesar 10.000, karena uang kyat kami masih cukup. 



Kami diturunkan di pemberhentian dekat pasar, belum tahu dimana letak penginapan. Tidak sampai 5 menit jalan kaki, terlihat Teakwood Hotel, bagus sekali. Menurut perkiraan kami pasti mahal, tapi kami coba-coba mampir. Pemilik hotel bilang dia punya kamar $50 atau $60 untuk bertiga, mana yang mau dilihat. Wah tidak masuk dalam budget kami. Lalu si Ibu tanya berapa budget kami.....$30. Kami akhirnya mendapat kamar 30.000 kyat untuk bertiga dengan kamar mandi dalam, sarapan tapi dengan kipas angin bukan AC, tak apa toh Inle udaranya sejuk. Kamarnya bagus dengan bahan dari kayu dan bata merah. Kami sangat beruntung dapat kamar itu. Lokasinyapun strategis, tidak jauh dari dermaga maupun pasar. Ini penginapan paling bagus selama kami di Myanmar.



Mandi, cuci baju lalu tidur dahulu sebelum sewa boat keliling danau Inle. Kami bangun sekitar 11.30, lalu siap-siap ke dermaga danau Inle, hanya 10 menit dari hotel. Cuaca panas sekali. Sampai di dermaga sepi sekali, umumnya orang sewa perahu dari pagi hari.

Tak lama seorang bapak menawarkan sewa perahu, dengan menunjukkan peta danau Inle, kemana saja dia akan membawa kami. Dia minta 15.000K. Setahu saya itu tarif untuk sewa 1 hari dari sunrise sampai sunset. Perahu bisa diisi 5 orang. Kami tawar jadi 12.000K untuk setengah hari dari tengah hari sampai sunset.



Perahu menggunakan mesin, perjalanan tanpa henti selama 1 jam. Di tengah perjalanan kami melihat nelayan tradisional Inle yang menggunakan sampan berdiri diujung satu kaki mengayuh dayung sedangkan tangan menebar jala. Hanya ada di Inle. Sayangnya agak jauh dan perahu kami tidak mengurangi kecepatan, hasil foto tidak terlalu bagus.

Inle Lake Map
Perahu berbalik arah, tukang perahu menurunkan kami di beberapa tempat yang biasa dikunjungi turis, semua tempat yang kami kunjungi berupa rumah panggung di atas sungai.

  • Silk & lotus weaving
Uniknya benang  yang ditenun berasal dari batang lotus yang diambil getah seratnya. Perlu ribuan batang untuk selembar kain. Pewarna yang digunakan berasal dari berbagai kulit kayu. Kami hanya melihat-lihat, hasilnya lumayan bagus tapi harganya cukup mahal. 


  • Gold & silver smith
Di sini kita dapat melihat proses kerajian perak. Namun designnya mirip dengan design kita tahun 80-an. Jauh lebih bagus kerajinan perak di Kotagede Yogya apalagi Celuk, Bali. Kebetulan teman saya memakai cincin kerajinan Celuk, mereka terkagum-kagum dengan detail polanya.


  • Inle traditional handicraft & cheroot
Menarik melihat cara pembuatan rokok tradisional Myanmar, agak berbeda bahannya dibanding dengan rokok kawung kita yang dibungkus dengan kulit jagung. Tidak ada yang istimewa dari kerajian ukir kayu dan topi tradisional. Jika anda tertarik membeli rokoknya, lebih baik beli di warung saja, hanya 700K untuk 50 batang.
 

  • Inle traditional umbrella workshop
Payung tradisional terbuat dari kertas yang diberi aksen bunga dan daun. Payung untuk panas berbeda dengan payung untuk hujan. Payung Tasikmalaya, masih jauh lebih bagus. Disini juga ada beberapa orang suku leher panjang Karen.


  • Floating garden
Kami melewati kebun diatas sungai (floating garden). Mereka menaman sayur mayur seperti tomat, labu, timun, dll. Dibuat jalur-jalur rapi dengan jarak yang cukup untuk sampan mereka lewat. Ide yang menarik ya.....bagus juga jika bisa diterapkan di negara kita. Hanya saja mereka belum memanfaatkan enceng gondok seperti di Indo. 


  • Nga Phe Kyaung monastery (no jumping cat)
Destinasi terakhir sebelum kembali ke Nyaung Shwe adalah Nga Phe Kyaung monastery. Biara ini terbuat dari kayu, berdiri di atas sungai. Dahulu dikenal dengan jumping cat monastery, karena biksunya melatih kucing untuk melompat. Kucing masih banyak berkeliaran di sini namun sudah tidak ada lagi pertunjukannya. Di bagian belakangnya ada tempat berjualan suvenir Inle. anda harus menawar disini. Kami datang sudah hampir waktu tutup jam 5 sore.


Beberapa bagunan rumah, restoran, pagoda terlihat sepanjang perjalanan kami kembali ke dermaga. Cuaca berawan, jadi foto sunset juga tidak akan terlalu bagus.


Kami harus mencari transportasi untuk esok malam. Recana awal ingin ke Golden Rock sebelum ke Yangon. Kami mampir di salah satu travel agen, si ibu sangat membantu memberikan banyak informasi. Pilihannya adalah naik bus ke Bago atau Bus ke Yangon baru ke Golden Rock. Pilihan bus ke Yangon lebih banyak dan lebih bagus. Bago dan Yangon hanya berjarak 1 jam perjalanan. Inle ke Yangon perlu 12 jam dengan bus. Untuk sewa mobil terlalu mahal. Dari Bago harus naik bus menuju Kipun, kota terdekat menuju Golden Rock, lalu harus ganti naik truk untuk naik yang dilanjutkan dengan jalan kaki ke puncak.

Setelah mempertimbangkan banyak hal, kami memutuskan untuk naik bus JJ Express ke Yangon (23.000K + 1.000K dijemput dari hotel), urusan ke Golden rock akan diputuskan kemudian. Memungkinkan jika ingin turun di Bago dengan bus Yangon, tapi harganya sama. Di jelaskan ada beberapa perusahaan bus ke Yangon yang tidak masuk ke Nyaung Shwe, hanya di junction saja. JJ termasuk yang masuk ke Nyaung Shwe. Ongkos naik angkot dari Nyaung Shwe ke junction 1.000K/orang.

Kami mampir melihat-lihat toko yang menjual suvenir, pakaian dan kain, ternyata kami menemukan batik pekalongan selain produk dari Thailand. Si ibu penjual tidak tahu kalau batik itu dari Indonesia, karena membelinya dari Chiang Mai. Kami makan malam di night market, ingin mencoba makan ikan bakar tapi ternyata sudah kemalaman jadi kehabisan. Kita tinggal memilih ayam, seafood, babi atau sayuran yang sudah ditusuk seperti sate, lalu dibakar dan dimakan dengan saos.

Udara cukup sejuk, kami bisa tidur nyenyak bahkan tanpa kipas angin......


2014/08/11

Myanmar Trip 2014 - Day 7 - Mandalay Hill

Jalan di Mandalay menggunakan penomoran dari utarake selatan dan dari timur ke barat yang berpusat di Mandalay Palace. Di Kota ini banyak angkutan umum yang berupa truk dengan bagian belakang diberi 2 bangku kayu panjang. Namun tidak banyak orang di Mandalay yang mau memberitahu turis jika ditanya jurusan angkutan umum. Kebanyakan orang menyarankan naik taxi. Sepertinya mereka akan mendapatkan komisi jika berhasil membujuk turis untuk naik taxi, yang tawar menawarnyapun menggunakan US Dolar ;( 

Mandalay City Map
Sekitar pukul 5.30 pagi kami keluar hotel menuju Mandalay Hill. Tidak berapa lama jalan kaki kami sudah sampai di Mandalay Palace. Banyak orang berolah raga di sekeliling Mandalay Palace. Beberapa alat gym sederhana dari besi, tersedia di sepanjang jalan yang dimanfaatkan oleh warga kota. Kami juga berpapasan dengan serombongan biksu.

around Mandalay Palace in the morning
Mandalay Palace dibentengi dengan tembok segi 4 sempurna yang masing-masing panjangnya 2 kilometer. Masing masing sisi, mempunyai 3 pintu gerbang, sehingga total ada 12 gerbang, yang menyimbolkan12 tanda zodiak. Di luar tembok dikelilingi parit selebar 64 meter. Tersedia 5 jembatan untuk menyeberangi parit. Untuk masuk ke Mandalay Palace dipungut biaya $10. Kami memutuskan untuk tidak masuk, hanya melihat dr ketinggian Mandalay Hill....;) 

Hari makin siang, kami memutuskan untuk naik angkot saja ke Mandalay Hill, 500K. Ternyata angkot hanya sampai di kaki bukit. Untuk naik ke puncak bisa jalan kaki atau naik angkot.
Awalnya kami ingin jalan kaki melalui tangga-tangga yang kami pikir terus bersambung sampai puncak. Ternyata kami harus menitipkan alas kaki, dan tidak boleh membawanya. Dengan begitu kami harus kembali melewati jalan yang sama. Akhirnya kami memutuskan untuk naik angkot saja, lalu pulang jalan kaki. Tarif angkot untuk naik 1.000K/org, kami tidak tahu apakah itu tarif turis atau sama saja untuk orang lokal. Hanya 15-20 menit saja sudah sampai puncak, sampailah di Su Taung Pyai Pagoda.



Kami harus melepaskan alas kaki, menitipkan dan memberi donasi. Ternyata kami harus naik eskalator dengan telanjang kaki yang biasanya dilarang!

Sampai di atas, kami diminta membayar 1.000K untuk kamera jenis apapun, termasuk kamera ponsel. Bagunannya berbeda dengan pagoda yang sudah kami lihat sebelumnya, lebih menyerupai istana dengan ornamen kaca dan warna tetap keemasan. Dari atas sini kita bisa melihat kota Mandalay termasuk Mandalay Palace, pemandangan yang cukup mengagumkan.......udaranyapun cukup sejuk.



Setelah puas berkeliling dan memotret. Kami turun menggunakan lift yang hanya muat 6 orang saja termasuk petugas di dalamnya. Sesampai di bawah, ternyata lift berada di gedung yang berbeda dengan elevator naik, jadi kami harus keluar berjalan tanpa alas kaki masuk lagi ke gedung untuk mengambil sepatu. Untung saja tidak hujan....Kebanyakan turis menyewa mobil, jadi mereka meninggalkan sepatunya dalam mobil.

Kami turun dengan jalan santai, perlu waktu 30 menit sampai di pangkalan angkot. Lalu naik angkot sampai di 25th street. Sampai hotel hanya beberapa menit kurang jam 10, batas akhir waktu sarapan pagi. Langsung kami naik ke lantai 4 untuk sarapan. Roti, selai, telur, pisang dan kopi/teh. 

Selesai mandi, kami packing lalu check out. Kami boleh menitipkan ransel kami sampai waktu kami berangkat ke terminal.

Mandalay terkenal dengan jade market-nya. Hanya saja info dari hotel, harus naik taxi sekitar 30 menit. Kami tanya ada tidak angkot yang lewat pasar itu, tapi mereka bilang tidak tahu. Jadi kami putuskan untuk ke pasar saja yang bisa ditempuh dengan 15 menit jalan kaki dari hotel.

Melewati clock tower yang ada di perempatan jalan, berdirilah zay cho market, dimana apapun ada disana. Sekarang pasar ada 4 bangunan, 2 bangunan saling berhadapan. 

Keliling pasar, akhirnya kami membeli kain longyi yang harganya beragam dari 3.000 sampai puluhan ribu kyat tergantung pada bahan dan tingkat kerumitan design. Tetap saja harus tawar menawar hahaha.......




Selesai makan siang di pasar, kami kembali ke hotel. Menggunakan wifi di loby untuk melewatkan waktu kami ke terminal sekitar pukul 4 sore. Bus kami pukul 8 malam. Perjalanan dari hotel ke terminal sekitar 30 menit. Kami ingin makan malam dahulu di rumah makan dekat terminal, tempat kami sarapan kemarin pagi.

Manajer hotel bilang untuk ke terminal bus kami harus naik taxi, ongkosnya $20. Tapi kami bilang kalau kemarin kami naik angkot hanya 500K. Dia bilang tidak tahu....walah.....mungkin dia dapat komisi dari supir taxi....

Info yang saya baca, Mandalay punya 2 terminal bus, jadi tiket bus saya tunjukkan ke supir angkot untuk memastikan kami naik angkot ke terminal yang benar. Ternyata di Madalay ada juga sistem oper wkwkwk.....bukan hanya di Jakarta saja. Di tengah jalan kami dioper ke angkot lainnya yg lebih penuh karena hanya kami bertiga saja yang bertujuan ke terminal. Teman saya memastikan bahwa kami tidak perlu membayar lagi. 

Kami mampir makan dahulu sebelum ke terminal bus. Bus berangkat pukul 20.00, sampai di Nyaung Shwe pukul 4 pagi. Bus dilengkapi dengan toilet seperti di pesawat, sangat jarang bus Myanmar ada toiletnya. Tempat duduk penumpang ada di atas, supir di bawah. Kami bertiga mengambil bangku yang sendiri-sendiri. Nyaman namun dingiiinnnnnnya minta ampun meskipun sudah memakai selimut, kadang sampai 8 derajat Celcius.

Malam ini tidur lagi di bus......Esok pagi sampai di Inle.....



Myanmar Trip 2014 - Day 6 - Mandalay-Amarapura-Sagaing-Inwa

Pada saat kami ke sana, Mandalay memberlakukan jam malam dari jam 21.00 sampai 4 pagi keesokan harinya. Bus kami sampai di pintu gerbang kota Mandalay sekitar pukul 1.15 pagi. Bus berhenti, tidak ada pemberitahuan apapun kepada penumpang. 

Kami memutuskan untuk turun dan melihat situasi. Ternyata kami harus menunggu sampai jam 4 pagi untuk masuk ke Mandalay. Supir bus dengan santainya, menggelar tikar di depan bus dan tidur.....walah.....

Penumpang yang sudah tidak bisa menahan kecing, membuang hajatnya di semak-semak pinggir jalan. Tidak ada fasilitas apapun disekitar gerbang. Petugas yang berjaga juga hanya duduk ditempatnya saja. Sementara beberapa orang bermain dadu. Beberapa orang lainnya tidur atau duduk-duduk di tepi jalan, meluruskan kaki. Beberapa orang berbincang dengan teman baru sesama penumpang. Sebagian tetap tinggal di dalam bus.


At Mandalay city gate : waiting for curfew ends
Pukul 4 pagi bus diperbolehkan memasuki kota Mandalay, ternyata hanya perlu 10 menit saja sudah sampai. Seperti biasa penumpang diserbu calo-calo taxi dan hotel. Kami memilih untuk menghindar dan mencari tempat duduk untuk beristirahat sambil menunggu pagi. 

Lewat pukul 5, kami didekati oleh seorang anak muda yang gigih menawarkan hotel dan taxi untuk mengantar kami. Dengan pengalaman yang kurang mengenakkan di Bagan, kami tidak berminat untuk menerima tawarannya. Namun dia mau mengantar kami ke agen bus ke Inle (kotanya bernama Nyaung Shwe). Tiket bus VIP Shwe Nan Taw dengan kursi 2+1, lengkap dengan toilet di dalamnya seharga 10.500K.  

Kami memutuskan untuk keluar dahulu dari terminal bus, tak lama kemudian kami melihat rumah makan besar, ramai menjual sarapan. Ada cakwe (iya namanya sama dengan di Indo), bacang, bakpao dan tentunya mie. Makanannya enak dan murah. Namun telihat banyak perkerja anak-anak di sini. 

Dari info yang saya baca, banyak penginapan murah di sekitar 25th street. Penamaan jalan di Mandalay menggunakan angka. Ternyata ada angkot dr depan rumah makan itu yang rutenya melewati 25th street. Komunikasi dengan kenek angkot dengan menunjukkan peta yang kami peroleh di bandara. Angkot seharga 500K, kalau naik taxi mungkin 5-6 ribu Kyat.

Turun di 25th street, kami menyusuri jalan sambil melihat-lihat dimana ada penginapan, akhirnya kami masuk ke Hotel Nylon, hotelnya sudah tua namun letaknya strategis. Dan ternyata harganya masih masuk dalam budget kami. Kamar bertiga dengan AC (meskipun kurang dingin), kamar mandi dalam, termasuk sarapan $30. Kamarnya bersih namun tidak ada lift, letaknya di lantai 3 (sebenarnya naik 4 lantai). Akses Wifi hanya ada di loby hotel.

Setelah menyelesaikan administrasi, saya bilang ke manajer hotel, kalau kami ingin mengunjungi Amarapura, Sagaing dan Inwa. Si bapak menawarkan untuk sewa mobil 33.000K bertiga, jadi masing-masing 11.000K. Kami akan diantar anaknya. Sepakat untuk berangkat jam 8.30, setelah kami mandi dan berberes terlebih dahulu. 


Pemberhentian pertama di Mahamudi Pagoda, dimana terdapat patung Budha dari perunggu berlapis keemasan setinggi 4 meter dan berat 6,5 ton, memakai mahkota dihiasi berlian, ruby dan safir. Disini wanita tidak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan dimana patung Budha berada, namun terdapat beberapa layar TV yang memperlihatkan ruangan tersebut. Banyak laki-laki yang berdoa dan menggosokkan kertas keemasan ke patung.



Mahagandayon Monastery, Amarapura didirikan tahun 1914, dimana merupakan biara tempat belajar dan tinggal sekitar 1.700 orang biksu. Kami datang beberapa menit sebelum pukul 10 pagi, waktunya biksu-bisksu berbaris untuk makan. Tempat ini menjadi salah satu desinasi turis di Amarapura. Terlihat papan besar peraturan untuk pengunjung. Di salah satu lorong berjajar rapi sandal biksu, yang dilepas saat mereka mengambil makanannya.


Kami diantar di pabrik penenunan kain Myanmar. Motifnya mirip dengan tenun sumba, beberapa mirip dengan ulos Batak, Sumatra. Menurut saya masih lebih bagus tenun Indonesia.


Melewati jembatan Inwa yang menghubungkan antara Mandalay dengan Sagaing melintasi sungai Irrawaddy, kita bisa melihat Sagaing Hill dari kejauhan. Kami sempat berhenti sebentar mengambil beberapa foto.


Kami diturunkan di kaki bukit dimana Sone Oo Pone Nya Shin Pagoda berada di puncaknya. Bentuk pagoda ini bagai miniatur dari Shwedagon yang ada di Yangon. Ada tangga naik ke puncak hanya tidak setinggi mount Popa. 


Inwa atau Ava terletak 21 km dari Mandalay, dapat dicapai sekitar 30 menit dengan mobil. 
Terdapat kawasan kota tua peninggalan Kerajaan Ava. Kita harus naik boat untuk mencapai kawasan tersebut lalu menjelajah dengan delman atau jalan kaki. Hari sudah sian dan panas terik, dengan pertimbangan sudah capek jalan kaki dan mahalnya sewa delman, maka kami memutuskan untuk langsung menuju U Bein Bridge di Amarapura, sekalian makan siang di sana.

U Bein Bridge yang panjangnya 1,2 km, merupakan salah satu obyek foto yang terkenal saat sunset. Makan siang di sekitar U Bein Bridge, enak dan tidak terlalu mahal. Kali ini kami pesan ikan goreng dan udang goreng, lalu nanas dan semangka. Banyak rumah makan yang didirikan dipinggir  sungai dengan pemandangan ke sungai. Selesai makan kenyang, kami duduk-duduk sampai ketiduran sambil menunggu waktu sunset, nikmatnya.....setelah semalam kami tidak tidur.  

Sore kami terbangun (untung tidak diusir sama pemilik warung makan hihihi....) lalu berjalan menyusuri jembatan, sekali kali memotret. Ada penjual makanan, suvenir, bahkan peramal yang membuka praktek di atas jembatan. Anak-anak sekolah pulang berjalan kaki atau bersepeda. Dibeberapa tempat disediakan tempat duduk untuk istirahat menikmati pemandangan. 

Kami sempat melihat ada pengambilan foto pra-wedding dengan kosum warna pink, jadi ikutan deh..... Pengambilan foto dilakukan dengan perahu dari sungai. Rupanya foto-foto sunset U Bein Bridge juga diambil dari sungai dengan boat. Kami memang melihat beberapa boat disewa orang yang memotret jembatan. Kami tidak mungkin sewa boat, jadi kami memutuskan tidak menunggu sampai sunset, lagipula cuaca berawan. Sekitar pukul 6 sore kami memutuskan kembali ke hotel.


Hari ini jam malam masih diberlakukan. Kami ingin melihat situasi jam malam dari jendela kamar, tapi hanya rupanya terlalu lelah untuk menunggu 5 menit saja dari pukul 9 malam, kami sudah tertidur....zzzzzzzzzzzzz

Esok pagi, kami akan ke Mandalay Hill, yang bagus saat sunrise.......


2014/08/08

Myanmar Trip 2014 - Day 5 - Mount Popa (1.518 MASL)

Selesai sarapan, pukul 8 pagi kami berangkat ke mt. Popa dengan mobil sewaan dari penginapan. Mt. Popa terletak sekitar 50 km sebelah tenggara Bagan. Berada diketinggian 1.518 di atas permukaan laut dan untuk mencapai puncak, kita harus menaiki tangga sebanyak 777 buah. 

Dalam perjalanan menuju mt. Popa, kami diajak mampir ke tempat pengolahan pohon enau. Dari pohon tersebut menghasilan 4 jenis olahan yaitu 

  • Minyak kelapa yang digiling secara tradisional dengan menggunakan tenaga sapi, namun sewaktu kami datang sapinya sedang sakit. 
  • Gula aren, yang selain gula itu sendiri, juga dibuat berbagai macam panganan, misalnya dicampur dengan kacang-kacangan.
  • Minuman jus yang manis dan tidak beralkohol.
  • Wine/ minuman beralkohol setelah melalui proses penyulingan secara tradisinal.
Cukup mengesankan, dengan tempat sekedarnya dapat menjadi obyek pariwisata.


Kami sempat mampir di pasar buah. Myanmar menghasilkan buah-buahan yang bagus, harganya hampir sama dengan di Jakarta. Kami membeli jambu biji untuk dimakan di jalan. Sempat memotret anak penjual buah yang diberi thanakha dengan gambar beruang di dahi hihihihi.....


Ada suatu tempat di desa kaki gunung Popa, dimana kita dapat memotret mt. Popa secara utuh dari kejauhan. Kami diminta membayar 200K sebelum masuk. Desa sedang berbenah, banyak patung-patung sedang dibuat. Dari kejauhan terlihat seperti istana negri dongeng di atas telur dengan tangga melingkar. Gerimis turun dan berawan..........


Setelah menanjak, melewati beberapa kelokan, sampailah kami di tangga masuk untuk naik ke gunung Popa. Seperti biasa, di kanan kiri berjajar pedagang suvenir di sepanjang lorong tangga. Sampai loket tempat penitipan alas kaki. Alas kaki kami bawa dalam tas, jika dititipkan hanya perlu memberikan donasi. Untuk masuk ke mt. Popa tidak dipungut biaya.

Sepanjang jalan dan tangga naik, sangat kotor. Cukup mengherankan mengingat mt. Popa merupakan tempat ziarah. Sepertinya pemeliharaan diserahkan kepada penduduk setempat. Sepanjang perjalanan beberapa orang laki-laki meminta donasi untuk kebersihan, namun tidak ada tempat yang bersih.

Mungkin juga tidak bisa bersih karenanya banyaknya monyet yang berkeliaran. Monyet2 cukup cerdik dan nakal. Jika ada kesempatan mereka akan mengambil makanan kita. Sempat kami lihat seorang monyet mencuri minuman kaleng dari salah satu pedagang minuman ....dengan pintar membukanya dan menikmati di atas atap.....hahaha

Jangan terlalu khawatir dengan jumlah 777 tangga yang harus kita daki, sebab ada beberapa tempat dimana kita bisa beristirahat duduk sambil menikmati pemandangan sekitar sebelum lanjut naik. Capeknya sangat layak dengan imbalan pemandangan spektakuler di puncak.


Lewat pukul 1 siang, kami turun untuk kembali ke penginapan. Kami makan siang di perjalanan dan sempat melewati ladang bunga matahari, sayangnya tidak bisa masuk. Hanya memotret dari luar saja.


Pemilik penginapan memperbolehkan kami numpang mandi dan menunggu sampai kami dijemput menuju terminal bus sekitar pukul 20.30.

Bus berangkat pukul 21.30, kami tidur di bus malam dari Bagan menuju Mandalay...........

Next.....Mandalay