2014/08/06

Myanmar Trip 2014 - Day 2 - Yangon

Sarapan pagi tersedia mulai pukul 7, terdiri dari roti yang bisa kita bakar sendiri dengan toaster yang tersedia di masing-masing meja. Selai enak buatan sendiri, mentega/butter, pisang, kopi dan teh. Tidak tersedia air putih, jadi kami harus membeli. Harga 1 liter air 300-400K.

Selesai sarapan kami memutuskan untuk jalan kaki. Target kami hari ini membeli tiket bus ke Bagan untuk nanti malam dan mengunjungi Shwedagon Pagoda, kalau sempat ke Sule Pagoda juga.

Bus malam menuju Bagan ada banyak pilihan, favoritnya adalah Joyous Journey (JJ) express yang merupakan bus VIP dengan tempat duduk 2+1. Bus standar tenpat duduknya 2+2. Penginapan kami menjual harga tiket bus dengan biaya tambahan 2.000K per tiket, jadi kami memutuskan untuk membelinya di agen tiket depan stasiun kereta api central.



Banyak hal menarik yang bisa dilihat jika kita berjalan kaki, seperti pengalaman kami.

  • Kami bertemu barisan biksu/monk yang menerima makanan yang telah disiapkan dari orang-orang di depan rumah.
  • Orang Myanmar banyak yang masih memakai sarung yang disebut longyi bahkan untuk pergi bekerja maupun sekolah, laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak.
  • Pekerja maupun anak sekolah kebanyakan membawa makanan dalam rantang dari rumah.
  • Banyak burung merpati di jalan-jalan, terlihat juga penjual makanan burung dimana-mana, 1 piring jagung dan kacang-kacangan bisa dibeli 100K. Orang lewat sering membeli dan melemparkannya di jalanan.
  • Becak di Myanmar berupa sepeda yang digandengkan dengan 2 bangku yang bertolak belakang di sebelah pengayuh dan ditambahkan 1 roda.
  • Rambut gadis Myanmar banyak yang di cat pirang...hehehe....sepertinya pengaruh K-Pop, musik dan drama Korea diputar dimana-mana.
  • Laki-laki Myanmar banyak pemakan sirih, dimana-mana ada penjual makan sirih. Di jalanan banyak bercak merah hasil ludahan makan sirih :P
  • Buah dan bunga yang di jual, bagus-bagus....kami sempat mencicipi semangka yang besarrr, merah dan manissss sekali.
  • Bir dan minuman keras di jual bebas, di supermarket sampai warung, bukan hanya di bar saja. Namun selama perjalanan kami belum pernah bertemu orang Myanmar mabok di jalan.
  • Seragam sekolah dari TK-SMA sama, baju putih dan sarung/celana hijau dan kebanyakan mereka memakai sandal jepit! 
  • Sekolah gratis sampai SMP tapi jika penuh maka harus menunggu tahun berikutnya untuk sekolah.
Dalam perjalanan menuju Stasiun KA, kami melewati gereja katedral dan ternyata diperbolehkan masuk, kebetulan hari mulai gerimis. Di depan Katedral ternyata kantor Myanmar Time.


Saint Mary Cathedral selesai dibangun 1899 oleh arsitek Belanda. Bangunan terbuat dari batu bata merah dan terbesar yang ada di Myanmar.

Agen penjual tiket seorang nenek berambut putih yang ramah dengan bahasa Inggris yang bagus sekali. Si nenek sangat membantu kami, menelpon beberapa bus malam. Tiket JJ ke Bagan ternyata sudah habis untuk malam ini, jadi akhirnya kami beralih ke bus Mandalar Minn Express 15.500K setelah melewati beberapa pilihan. 
Bus berangkat pukul 7 malam dari Aung Mingalar Bus Station dan akan sampai di Bagan pukul 4 pagi esoknya. 

Hari sudah siang, tujuan berikutnya ke Shwedagon Pagoda. Kami disarankan untuk naik taxi saja (sepertinya selalu begitu, hampir tidak ada mau/bisa yang menjelaskan rute bus). Taxi 1.500K dari depan stasiun menuju Shwedagon.

Kami makan siang dulu di warung pinggir jalan depan pagoda dengan meja dan bangku kecil seperti untuk anak TK. Bihun Kari seharga 300K, cukup enak. Disediakan minuman teh dengan wadah keramik kecil untuk minum, namun kami perhatikan ternyata wadah itu tidak dicuci setelah dipakai langsung di balik saja...oo.... 


Memasuki gerbang Shwedagon Pagoda, kita harus membuka alas kaki, bahkan kaos kasi juga dilarang. Turis harus menitipkan sepatu/sandalnya di tempat penitipan dan wajib memberikan donasi serelanya. Warga Myanmar boleh membawa alas kakinya.

Mendaki tangga yang cukup panjang dan bersih, di kanan kiri berderet toko-toko suvenir sebelum loket tiket masuk pagoda. Tiket seharga 8 USD/ 8 EUR/ 8.000K, kami membayar dengan Kyat. Diberikan brosur tentang Shwedagon Pagoda.

Tepat setelah tiket dibeli, hujan deras sekali turun! Tidak memungkinkan untuk keliling pagoda tanpa basah kuyup. Jadi kami turun ke bawah lagi dan duduk-duduk di tangga sambil memperhatikan penjual toko suvenir berbagi makan siang, sampai terkantuk-kantuk.....


Setelah 1 jam kemudian.....pukul 1 lewat, hujan mereda namun masih rintik-rintik. Kami memutuskan untuk masuk. Komplek pagoda sangat luas. Memotret harus menggunakan payung, agak merepotkan juga.

Konon Shwedagon telah berusia 2.500 tahun. Terletak di puncak bukit Singuttara, terlihat sampai jauh. Berdiri megah, berkilau emas dengan tinggi 99,4 meter (326 kaki) dengan perimeter 432,8 meter (1.420 kaki). Bagian teratas terdapat berlian 76 karat. Sekelilingnya banyak aula untuk berdoa.


Di sekeliling pagoda terdapat sudut-sudut hari. Ternyata Myanmar menganut 8 hari dalam seminggu. Hari Rabu dibagi menjadi 2 yaitu Rabu pagi (a.m) dan Rabu sore (p.m) yang disebut Rahu.

Shwedagon sangat terjaga kebersihannya dengan banyaknya peziarah yang datang untuk berdoa. 

Lewat pukul 3 sore, kami buru-buru kembali ke penginapan dengan taxi 2.500K.
Sesampai di penginapan kami diperbolehkan untuk mandi dahulu, malah dipinjamkan handuk. Lalu kami berangkat ke terminal bus dengan taxi 8.000K, sekitar 1 jam perjalanan.

Kami makan malam di warung terminal, mi kuah chinese style. Btw, selama perjalanan kami di Myanmar mi yang kami makan tidak ada yang sama, jenis maupun rasanya. sepertinya masing-masing daerah atau punya resep yang berbeda.

Bus terlambat berangkat hingga 25 menit hanya karena menunggu 1 orang saja. Bus cukup nyaman, cukup dingin tapi disediakan selimut, 1 botol minum dan roti. Bus berhenti 1 kali sekitar jam 11 malam untuk istirahat dan makan sekitar 30 menit.

Malam kedua, tidur di bus menuju Bagan......


Tidak ada komentar:

Posting Komentar