2019/12/26

Trip Korea Oktober 2019 – 3 days in Busan

Selama di Busan kami kemana-mana naik bus karena lebih praktis daripada naik subway yang bagaimanapun harus menggunakan bus untuk sampai ke destinasi wisata, dengan berbekal info dari Naver Map. Sebelum memulai perjalanan hari ini, seperti biasa ngopi dulu dan isi air minum di lantai dasar. Di sebelah penginapan kami ada sevel, jadi kami mampir dulu beli bekal.

Tujuan pertama kami ke Gamcheon Culture village area perumahan kumuh yang diubah menjadi destinasi wisata warna warni, penuh dengan mural maupun patung-patung di sana sini, toko-toko suvenir cantik. Bangunan dan atappun dicat warna warni, karena letaknya yang naik turun jadi menarik kalau dilihat dari ketinggian. Kita dapat menemukan patung little prince yang memandang ke arah perumahan warna warni sebagai salah satu obyek foto. Kami membeli peta Gamcheon Culture village di little museum untuk berburu stamp dibeberapa titik lokasi, mengingatkan perjalanan di Jepang. 

Gamcheon Culture village

Gamcheon Culture village

Gamcheon Culture village
Untuk foto-foto kita harus sabar, antri bergantian dengan pengunjung lain. Perburuan stamp tidak berjalan lancar, entah stampnya hilang, tintanya kering, ya sudah lupakan saja. Kami menikmati keliling Gamcheon yang juga disebut Santorini of Korea atau Busan’s Machu Picchu. Untuk keluar dari kawasan ini, kami diberi tahu jalan pintas melalui tangga turun yang cukup curam dan tinggi, jadi harus hati-hati. 

Melewati warung yang menjual seafood noodle, kami memutuskan mampir untuk makan dulu. Kami hanya memesan 1 mangkuk saja karena porsinya yang cukup besar, tapi ternyata penjualnya memaksa kami membeli 2 porsi sambil ngomel panjang pendek yang tidak kami pahami. Ya sudahlah, kami makan saja. 1 porsi 4.000 won. 

Breakfast & lunch
Selesai makan, kami naik bus menuju Huinnyeoul Culture Village, kawasan pinggir pantai yang rapi dicat dan dihiasi mozaik yang membentuk berbagai lukisan. Cantik sekali. Di atas kawasan ini terdapat perumahan di atas tebing. Beberapa titik ada tangga naik, menuju jalan raya di atas.

Huinnyeoul Culture Village
Selanjutnya kami menuju pasar ikan terbesar di Korea, Jagalchi Fish Market. Berbagai penjual ikan segar maupun kering atau produk laut lainnya, sebagian ada di kios-kios di sepanjang jalan ada juga di dalam gedung 6 lantai. Pasarnya bersih sekali, ikan-ikan segar. Berbagai rumah makan yang menyediakan ikan, kerang, cumi, kepiting segar siap dimasak. Kita bisa bersantai duduk-duduk di pinggir pantai di halaman Jagalchi market. 

Jagalchi Fish Market

Jagalchi Fish Market
Busan International Film Festival (BIFF) Square berada di seberang Jagalchi Market. Kawasan ini hanya kecil saja, tapi kita bisa menemukan berbagai cetakan telapak tangan dan tanda tangan artis, sutradara dan pekerja perfilman dari tahun ke tahun BIFF. Berbagai gerobak penjual makanan yang bisa kita coba. Kami mencoba hoettoek, kudapan dari tepung yang digoreng lalu diisi berbagai kacang-kacangan dan gula merah, lalu chesnut bakar kesukaanku (1 kantong 3.000 won), kue mirip pukis tapi diisi kacang dan bentuknya kecil-kecil 1 biji sesuapan aja (2.000 won isi 10). Gerimis mengakhiri perjalanan kami hari pertama di Busan, kami memutuskan kembali ke penginapan.   

BIFF Square
Hari ke dua di Busan, hujan deras dan angin kencang sepanjang hari, membuat rencana kami bubar. Seharusnya setidaknya kami kedua tempat tapi akhirnya setelah berhujan-hujan ria kami hanya mengunjungi Yonggung-sa, sebuah kuil Budha di atas tebing laut. Bangunan utamanya pernah terbakar tahun 1592 tapi lalu dibangun lagi tahun 1930 dan terjaga dalam kondisi sangat bagus hingga kini.

Yonggung-sa
Yonggung-sa
Dari halte pemberhentian bus, kami masih harus jalan kaki ke dalam, berhujan-hujan. Pengunjung cukup ramai walaupun hujan. Angin yang kencang menyulitkan kami mengambil foto, bahkan untuk memegang payung saja perlu perjuangan. Akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke penginapan saja. 

Sebelum kembali ke penginapan, kami mampir ke CGV untuk mengeringkan sepatu yang basah di toiletnya hehehe......lalu keliling lihat-lihat pengen tahu bedanya dengan CGV di Jakarta. Kami mampir beli makan siang di BK. Menemukan Daisho, kami melihat-lihat, dan menemukan nasi instan yang tinggal dimasukkan ke microwave saja. Teman saya kegirangan ketemu nasi hahaha.......

Sampai di penginapan masih sekitar jam 2 siang, kami menghabiskan sisa hari itu dengan mengeringkan sepatu menggunakan hairdryer yang disediakan hotel.....hahaha....... sungguh hari yang tidak produktif.

Hari terakhir di Busan, pagi kami checkout dari kamar.  Sarapan nasi yang kemarin kami beli dari Daisho dan menitipkan koper di area publik, kami taruh begitu saja karena petugas penginapan belum datang. 

Saya menghitung waktu yang kami punya sebelum terbang ke Jeju pukul 17.05. Beberapa tempat yang menarik terlalu jauh, jadi kami memutuskan untuk ke Yongdusan Park dimana Busan Tower setinggi 120 meter berdiri.  Yongdu artinya kepala naga, san berarti gunung.

Busan Tower


Area Haeundae ternyata jauh dari destinasi wisata lainnya dan dari airport. Jadi saran saya lebih baik pilih penginapan di sekitar Jagalchi Market, akan lebih dekat kemana-mana.

Yongdusan Park cukup menarik tapi tidak cukup luas. Sisa hari kami habiskan di Haeundae beach yang belum sempat kami kunjungi walau dekat penginapan. Beberapa icon spot foto dapat kita temukan di pantai. Pantai rapi dan bersih, tersedia area penjual makanan dan minuman. Saya menemukan shower dengan koin di tepi pantai. 

Haeundae beach
Sekitar jam 2 siang kami berangkat ke airport menuju Pulau Jeju dengan Jeju Air. Berakhirlah kunjungan kami di Busan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar