2013/05/22

Srilanka Trip - Agustus 2012 - 4

D7 – Horton’s Plain Park-World’s End - Ella

Pagi2 kami dijemput oleh teman baru kami dari Perancis (Isabelle dan Khahol). Disarankan sampai sebelum jam 10 karena kabut akan turun dan kita tidak bisa lihat apa2. Sepanjang perjalanan berkabut, hujan dan udara dingin sekali. Sampai di HPP hujan sudah berhenti tapi angin kencang dan masih berkabut.

Kami harus beli tiket masuk Rs.1.895/org, mobil Rs.125 kemudian ada tambahan service charge dan pajak, total per org jadi Rs.2.465. Sebelum masuk label botol minum harus dilepas dahulu.

Trekking di HPP ditempuh dalam waktu 3 jam dan beberapa objek pemberhentian yaitu Mini Worl’d End, World’s End dan Baker Waterfall. Kita cukup mengikuti arah petunjuk, dan tidak akan tersesat. Pemandangan Mini Worl’d End dan World’s End spektakuler (berupa tebing drop-off langsung jurang yang tinggi sekali) sedangkan Baker fall tidak sebanding dengan upaya menuju kesananya. Taman nasional ini bebas dari sampah, terpelihara dan masih asri, patut dicontoh.

Sekitar jam 11.30 kami cabut dr HPP dan minta di-drop ke stasiun KA terdekat yaitu Ambewela daripada harus balik lagi ke Nuwara Eliya.

KA ke Ella baru datang jam 14.00 sambil nunggu KA, kami diperbolehkan untuk masuk ke ruang masinis, melihat2 peralatan di stasiun yang ternyata jadul peninggalan Inggris. Kepala stasiun menggunakan seragam putih ala Inggris juga. Tiket KA masih spt tiket KA jabodetabek yg lama dari bahan karton kecil. Karena sudah pasti tidak bakalan dapat tempat duduk maka kami beli tiket kelas 3 Rs.60 dg waktu tempuh 2 jam. Sampai di Ella sudah sore jam 16.00.

Sampai di Ella, teman kami yg bawa buku perancis semacam LP, maka menelpon beberapa guesthouse yg direkomendasikan. Ternyata yg sesuai budget kami sudah penuh semua. Jadi kami jalan kaki sambil lihat2 kalau ada kamar. Akhirnya di ujung jalan stasiun KA ada rumah yg menyewakan kamar, di depannya ada tokonya Nanda Store. Belakangan kami tahu kalau si ibu pemilik rumah memilih tamunya, terutama perempuan karena suaminya kerja di Arab, jadi mungkin lebih aman.

Setelah menawar kami dapat 1 kamar berdua Rs.1.500 dengan kamar mandi dalam dan fan. Ella cukup dingin jadi tidak perlu AC. 2 teman Perancis kami ambil kamar di lantai atas.

Ella merupakan kota kecil dengan 1 jalan utama, kami keluar jalan2 dan menemukan spice garden yang tadinya kami kira gratis ternyata harus bayar Rs.100. Areanya sangat kecil dan hanya mengkhususkan rempah2 untuk masakan. Produksi bermacam-macam jenis bubuk kari, dan bumbu masakan tradisional Srilanka. Ada juga beberapa macam teh, bahkan ada yg rasa kari ;p

Kami diseduhkan teh. Oh ya ada juga tusuk gigi dari kayu manis yang berkasiat bisa menyembuhkan sakit gigi, cukup kreatif ya..... Diselenggarakan juga kursus masak masakan Srilanka, termasuk kari tentunya setiap hari ada 2 kelas, pagi dan sore dengan biaya Rs.2000/org. Bahan disediakan dan hasil masakan boleh dimakan. Kedua teman kami ikut kursusnya karena akan tinggal 2 hari sedang kami besok pagi harus cabut karena waktu tidak memungkinkan. Suasana jalanan Ella terlalu turis menurut saya, banyak cafe dan penginapan sepanjang jalan dan lebih banyak orang asing yang berkeliaran.

Makan malam kami putuskan untuk makan di salah satu cafe yg direkomendasikan oleh buku.

Oh ya ada minuman lokal yang harus dicoba, namanya ginger beer ini bukan bir tapi minuman bersoda rasa jahe, mirip dengan ginger ale tapi lebih enak. Harga per botol Rs.80 tapi kalau di cafe, resto pasti akan lebih mahal. 1 lagi minuman merek Bliss yang rasa mangga, mirip jus mangga rasanya, tapi saya perhatikan hanya beredar di daerah tertentu saja, sedang di daerah lain ada dengan merek lain tapi rasanya terlalu manis jadi saya kurang suka. Bliss is the best (bukan promo ya....cuma patut dicoba), enak diminum selagi dingin.

Ella ada beberapa spot menarik seperti Ella gap, Ella rock, Rahwana fall (konon tempat Rahwana menyembunyikan Dewi Shinta), juga ada kebun dan pabrik teh. Sayangnya kami tidak punya waktu untuk explore.


Horton’s Plain Park


Horton’s Plain Park


World’s End


World’s End


World’s End

Baker's fall


D8- Ella-Matara-Unawatuna

Pagi2 kami disediakan teh oleh ibu yg punya rumah, tehnya enak jadi minta tambah dan tanya dimana belinya. Si Ibu bilang belinya di pabrik teh dekat situ tapi baru buka jam 9, kami tidak punya waktu karena harus ke Unawatuna, yang cukup jauh letaknya.

Dengan baik hati si ibu menyuruh anaknya pergi beli untuk kami. Harganya Rs.200 untuk teh kemasan 500gr.

Selesai sarapan dan beres2, kami menunggu bus ke Matara yang lewat depan rumah, sekitar jam 9.30 bus datang. Untuk ke Unawatuna, kami harus naik bus ke Matara dulu karena tidak ada transportasi langsung, harus ganti bus lagi. Bus non AC ke Matara ditempuh dalam 4,5 jam dengan harga Rs.345, selama 1,5jam pertama harus berdiri ;(

Sampai di Matara sudah jam 2 siang, jadi kami beli makan dulu sandwitch isi telur Rs.40. Cukup kenyang.  Terminal Matara terletak di depan pantai dan di pantai ada seperti kuil cantik di atas laut. Kami tidak sempat jalan2 karena takut kemalaman sampai ke Unawatuna.

Lanjut naik bus ke Unawatuna selama 1 jam, Rs.55.

Turun di bus stop, kami menelpon penginapan yg saya catat dari buku Isabelle. Setelah sepakat dengan harga kami tanya arah menuju ke sana, katanya harus naik tuk2 Rs.100. Belakangan kami selalu jalan kaki kalau mau keluar/masuk jalan raya naik bus, karena tidak terlalu jauh.

Suasananya mirip jalan popies Kuta Bali. Di sini tempat orang snorkling, diving, surfing, tapi kalau itu tujuannya lebih disarankan untuk tinggal di Mirissa, lokasinya sebelum Matara, pantai lebih sepi dan tidak terlalu turis. Kami pilih Unawatuna karena tujuan kami melihat Galle, sedang

penginapan di Gale lebih mahal. Unawatuna – Galle bisa ditempuh dalam 15-20 menit dengan bus. Malam itu kami tinggal di Rock House, 213A yaddehimulla rd, telp. 091-2224948 dengan harga 1 kamar berdua Rs.1.500, setelah menawar. 

Kamar kami besaaarrr sekali dan dibagun menempel batu gunung sesuai namanya Rock house.

Setelah mencuci baju dulu, kami keluar menuju laut (tidak jauh) sekalian cari makan malam. Menurut info Unawatuna termasuk arena yang terkena tsunami tahun 2004, tapi tidak banyak kerusakan di sini tapi cukup banyak yang meninggal.

Kami putuskan makan di resto Unawatuna Beach Resort, agak mahal memang hanya kami memutuskan sekali2 gak apa2, toh udah tinggal beberapa hari lagi pulang.

Kami pesan catch of the day untuk hari itu ikan blue marlin dan salad, minum ginger beer, total plus tax & service jadi Rs.2.250 untuk berdua. Yang agak aneh di resto ini, semua pelayan bapak2 tua bukan mbak2 cantik hehehehe, entah apa alasannya.

Selesai makan hari sudah gelap, arah balik ke penginapan kami lewat resto pinggir pantai yg menyediakan  seafood segar kiloan dan dimasak sesuai pilihan pembeli. 1 kg udang yg cukup besar dijual Rs.1.500,- murah dibanding dengan makanan kami tadi.

Di Unawatuna ada tempat yg dipercaya merupakan lokasi Hanoman mencari Dewi Shinta, tapi kami tidak ada waktu melihatnya, besok akan explore Galle.
inside headmaster of train station
 
equipment @train station.....masih jadulll....

with our householder

bus ticket's machine

Bersambung............D9- Galle – Colombo - Negombo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar