Pagi2 kami dijemput oleh teman baru kami
dari Perancis (Isabelle dan Khahol). Disarankan sampai sebelum jam 10 karena
kabut akan turun dan kita tidak bisa lihat apa2. Sepanjang perjalanan berkabut,
hujan dan udara dingin sekali. Sampai di HPP hujan sudah berhenti tapi angin
kencang dan masih berkabut.
Kami harus beli tiket masuk Rs.1.895/org,
mobil Rs.125 kemudian ada tambahan service charge dan pajak, total per org jadi
Rs.2.465. Sebelum masuk label botol minum harus dilepas dahulu.
Trekking di HPP ditempuh dalam waktu 3 jam
dan beberapa objek pemberhentian yaitu Mini Worl’d End, World’s End dan Baker
Waterfall. Kita cukup mengikuti arah petunjuk, dan tidak akan tersesat.
Pemandangan Mini Worl’d End dan World’s End spektakuler (berupa tebing drop-off
langsung jurang yang tinggi sekali) sedangkan Baker fall tidak sebanding dengan
upaya menuju kesananya. Taman nasional ini bebas dari sampah, terpelihara dan
masih asri, patut dicontoh.
Sekitar jam 11.30 kami cabut dr HPP dan
minta di-drop ke stasiun KA terdekat yaitu Ambewela daripada harus balik lagi
ke Nuwara Eliya.
KA ke Ella baru datang jam 14.00 sambil
nunggu KA, kami diperbolehkan untuk masuk ke ruang masinis, melihat2 peralatan
di stasiun yang ternyata jadul peninggalan Inggris. Kepala stasiun menggunakan
seragam putih ala Inggris juga. Tiket KA masih spt tiket KA jabodetabek yg lama
dari bahan karton kecil. Karena sudah pasti tidak bakalan dapat tempat duduk
maka kami beli tiket kelas 3 Rs.60 dg waktu tempuh 2 jam. Sampai di Ella sudah
sore jam 16.00.
Sampai di Ella, teman kami yg bawa buku
perancis semacam LP, maka menelpon beberapa guesthouse yg direkomendasikan.
Ternyata yg sesuai budget kami sudah penuh semua. Jadi kami jalan kaki sambil
lihat2 kalau ada kamar. Akhirnya di ujung jalan stasiun KA ada rumah yg
menyewakan kamar, di depannya ada tokonya Nanda Store. Belakangan kami tahu
kalau si ibu pemilik rumah memilih tamunya, terutama perempuan karena suaminya
kerja di Arab, jadi mungkin lebih aman.
Setelah menawar kami dapat 1 kamar berdua
Rs.1.500 dengan kamar mandi dalam dan fan. Ella cukup dingin jadi tidak perlu
AC. 2 teman Perancis kami ambil kamar di lantai atas.
Ella merupakan kota kecil dengan 1 jalan
utama, kami keluar jalan2 dan menemukan spice garden yang tadinya kami kira
gratis ternyata harus bayar Rs.100. Areanya sangat kecil dan hanya mengkhususkan
rempah2 untuk masakan. Produksi bermacam-macam jenis bubuk kari, dan bumbu
masakan tradisional Srilanka. Ada juga beberapa macam teh, bahkan ada yg rasa
kari ;p
Kami diseduhkan teh. Oh ya ada juga tusuk
gigi dari kayu manis yang berkasiat bisa menyembuhkan sakit gigi, cukup kreatif
ya..... Diselenggarakan juga kursus masak masakan Srilanka, termasuk kari
tentunya setiap hari ada 2 kelas, pagi dan sore dengan biaya Rs.2000/org. Bahan
disediakan dan hasil masakan boleh dimakan. Kedua teman kami ikut kursusnya
karena akan tinggal 2 hari sedang kami besok pagi harus cabut karena waktu
tidak memungkinkan. Suasana jalanan Ella terlalu turis menurut saya, banyak
cafe dan penginapan sepanjang jalan dan lebih banyak orang asing yang
berkeliaran.
Makan malam kami putuskan untuk makan di
salah satu cafe yg direkomendasikan oleh buku.
Oh ya ada minuman lokal yang harus dicoba,
namanya ginger beer ini bukan bir tapi minuman bersoda rasa jahe, mirip dengan
ginger ale tapi lebih enak. Harga per botol Rs.80 tapi kalau di cafe, resto
pasti akan lebih mahal. 1 lagi minuman merek Bliss yang rasa mangga, mirip jus
mangga rasanya, tapi saya perhatikan hanya beredar di daerah tertentu saja,
sedang di daerah lain ada dengan merek lain tapi rasanya terlalu manis jadi
saya kurang suka. Bliss is the best (bukan promo ya....cuma patut dicoba), enak
diminum selagi dingin.
Ella ada beberapa spot menarik seperti
Ella gap, Ella rock, Rahwana fall (konon tempat Rahwana menyembunyikan Dewi
Shinta), juga ada kebun dan pabrik teh. Sayangnya kami tidak punya waktu untuk
explore.
Horton’s Plain Park |
Horton’s Plain Park |
World’s End |
World’s End |
World’s End |
Baker's fall |
D8- Ella-Matara-Unawatuna
Pagi2 kami disediakan teh oleh ibu yg
punya rumah, tehnya enak jadi minta tambah dan tanya dimana belinya. Si Ibu
bilang belinya di pabrik teh dekat situ tapi baru buka jam 9, kami tidak punya
waktu karena harus ke Unawatuna, yang cukup jauh letaknya.
Dengan baik hati si ibu menyuruh anaknya
pergi beli untuk kami. Harganya Rs.200 untuk teh kemasan 500gr.
Selesai sarapan dan beres2, kami menunggu
bus ke Matara yang lewat depan rumah, sekitar jam 9.30 bus datang. Untuk ke
Unawatuna, kami harus naik bus ke Matara dulu karena tidak ada transportasi
langsung, harus ganti bus lagi. Bus non AC ke Matara ditempuh dalam 4,5 jam
dengan harga Rs.345, selama 1,5jam pertama harus berdiri ;(
Sampai di Matara sudah jam 2 siang, jadi
kami beli makan dulu sandwitch isi telur Rs.40. Cukup kenyang. Terminal Matara terletak di depan pantai dan
di pantai ada seperti kuil cantik di atas laut. Kami tidak sempat jalan2 karena
takut kemalaman sampai ke Unawatuna.
Lanjut naik bus ke Unawatuna selama 1 jam,
Rs.55.
Turun di bus stop, kami menelpon
penginapan yg saya catat dari buku Isabelle. Setelah sepakat dengan harga kami
tanya arah menuju ke sana, katanya harus naik tuk2 Rs.100. Belakangan kami
selalu jalan kaki kalau mau keluar/masuk jalan raya naik bus, karena tidak
terlalu jauh.
Suasananya mirip jalan popies Kuta Bali.
Di sini tempat orang snorkling, diving, surfing, tapi kalau itu tujuannya lebih
disarankan untuk tinggal di Mirissa, lokasinya sebelum Matara, pantai lebih
sepi dan tidak terlalu turis. Kami pilih Unawatuna karena tujuan kami melihat
Galle, sedang
penginapan di Gale lebih mahal. Unawatuna
– Galle bisa ditempuh dalam 15-20 menit dengan bus. Malam itu kami tinggal di
Rock House, 213A yaddehimulla rd, telp. 091-2224948 dengan harga 1 kamar berdua
Rs.1.500, setelah menawar.
Kamar kami besaaarrr sekali dan dibagun
menempel batu gunung sesuai namanya Rock house.
Setelah mencuci baju dulu, kami keluar
menuju laut (tidak jauh) sekalian cari makan malam. Menurut info Unawatuna
termasuk arena yang terkena tsunami tahun 2004, tapi tidak banyak kerusakan di
sini tapi cukup banyak yang meninggal.
Kami putuskan makan di resto Unawatuna
Beach Resort, agak mahal memang hanya kami memutuskan sekali2 gak apa2, toh
udah tinggal beberapa hari lagi pulang.
Kami pesan catch of the day untuk hari itu
ikan blue marlin dan salad, minum ginger beer, total plus tax & service
jadi Rs.2.250 untuk berdua. Yang agak aneh di resto ini, semua pelayan bapak2
tua bukan mbak2 cantik hehehehe, entah apa alasannya.
Selesai makan hari sudah gelap, arah balik
ke penginapan kami lewat resto pinggir pantai yg menyediakan seafood segar kiloan dan dimasak sesuai
pilihan pembeli. 1 kg udang yg cukup besar dijual Rs.1.500,- murah dibanding
dengan makanan kami tadi.
Di Unawatuna ada tempat yg dipercaya
merupakan lokasi Hanoman mencari Dewi Shinta, tapi kami tidak ada waktu
melihatnya, besok akan explore Galle.
inside headmaster of train station |
equipment @train station.....masih jadulll.... |
with our householder |
bus ticket's machine |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar