Kami bertiga sudah mengantisipasi AMS ini dengan minum Hong Jin Tian sejak kami mendarat di Delhi, tapi saya tidak tahu kenapa kedua teman saya masih terkena AMS, mungkin karena terlalu capai. Saya sendiri tidak merasakan gejala AMS, mungkin juga karena selama perjalanan ke Leh, saya banyak minum air.
Info yang saya baca, banyak minum air dan makan bisa mengurangi risiko terkena AMS. Memang disarankan untuk 2 hari aklimatisasi setiba Leh, dan tidak banyak bergerak. Pelan-pelan saja sampai tubuh menyesuaikan diri dengan ketinggian dan tipisnya oksigen.
Setelah mencuci baju, saya ikutan tidur sampai siang. Kami memesan makan siang di kamar. Lalu beres-beres untuk pindah ke kamar yang sudah kosong. Kami bertiga dan Laura sendiri. Kamarnya cukup bagus tapi lebih kecil dibanding yang sebelumnya. Katanya harganya sama.
Kami ngobrol dengan pemilik penginapan kalau kami punya rencana akan ke Nubra Valley, Pangong Tso & Tso Moriri jika sempat. Si bapak bilang bisa sediakan mobil sharing dengan beberapa orang yang juga menginap disitu. Kami sepakat harga untuk ke Nubra dibagi berlima sedang ke Pangong berenam.
Hari sudah pukul 3 sore sewaktu kami keluar penginapan. Sudah terlalu sore untuk mengurus permit, jadi kami putuskan untuk jalan-jalan melihat kota Leh saja. Kota Leh sejuk tapi matahari bersinar terik sekali, jalanan berdebu. Dikelilingi pegunungan, dari jauh terlihat puncaknya putih bersalju. Mungkin itu yang disebut summer snow ya....saya kira hanya ungkapan puitis saja.
Kami jalan perlahan-lahan, nafas pendek dan cepat capek. Tak sengaja kami menemukan jalan menuju Leh Palace, lewat jalan kecil, berdebu dan bau. Istana Leh terletak di atas bukit, kami bertiga tidak ada yang mau naik, terlalu capek dan kepanasan. Kami foto-foto dari bawah saja.
Turun dari Leh Palace, kami menemukan toko kecil yang menjual aneka perhiasan. Kami mampir dan ngobrol dengan pemiliknya, yang ternyata pembuat perhiasan perak yang dijual. Si bapak juga membuat berdasarkan pesanan. Buatannya bagus, beberapa dengan detail rumit. Dia juga menggunakan contoh desain dari majalah. Tokonya hanya buka selama 6 bulan saja, lalu saat musim dingin dia pindah ke kota lain. Memang kebanyakan toko tutup selama musim dingin di Leh, karena terlalu dingin, kecuali travel yang melayani olah raga/tur musim dingin.
Kami jalan-jalan sekitar main bazar menemukan toko kecil yang menjual pashmina, pakaian, tas, dompet dan suvenir. Namanya Pashmina Hut. Pemiliknya baik sekali, orang Srinagar. Barangnya bagus dan harganya lebih murah dari toko lainnya. Saya bertanya dimana tempat mengurus Protected Area Permit (PAP)? Dia minta kami besok pagi ke tokonya, dia akan antarkan.
PAP diperlukan jika kita bukan orang India ingin mengunjugi beberapa area di Ladakh seperti Nubra Valley, Panggong Tso, Tso Moriri.
Pashmina Hut @Main Bazar, Leh |
Sebelum kembali ke penginapan, kami makan sate ayam dan domba (mutton) yang ditusuk dengan jeruji besi, mirip sate klatak di Jogja. Bumbunya sepertinya mayonaise yogurt ditambah roti prata. 1 tusuknya INR.50. Kami masing-masing makan 2 tusuk, sudah cukup kenyang.
Sekitar jam 11 malam, pemilik penginapan mengutuk pintu kamar, bilang kalau peserta yang lain batal ikut mobil, mereka mau naik motor....waduhhhh.....harus ubah rencana. Kami bilang budget kami tidak cukup kalau harus bayar mobil bertiga. Tarif transportasi memang sudah ditentukan oleh pemerintah Ladakh per destinasi, tinggal dibagi saja berapa orang yang ikut.
Ya sudahlah, besok saja diurus sekalian urus PAP......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar