Saat sarapan, kami bertemu dengan keluarga Perancis, ayah ibu dengan 2 anak laki-laki dan perempuan. Ternyata mereka juga pernah ke Indonesia selama beberapa bulan. Sarapan pagi ini seperti biasa tapi ditambah pisang.
Kami dijemput dengan mobil sekitar 8.15, hari masih hujan. Lalu kami menjemput beberapa orang lagi di berbagai penginapan sebelum diantar ke tempat kami ganti bus besar. Bus kali ini bukan sleeper tapi dengan tempat duduk biasa. Dalam perjalanan juga masih beberapa kali menaikkan penumpang. Singkat cerita kami sampai di Da Nang sekitar 10.40 dan di turunkan di suatu tempat. Bus menurunkan penumpang lalu lanjut lagi ke kota berikutnya.
Hari masih hujan, saya mengecek di google map untuk mengetahui arah dan seberapa jauh menuju penginapan kami di D-Green Hostel yang sudah saya booking via booking.com 1 kamar untuk 2 malam termasuk sarapan (USD 26). Ternyata cukup jauh jika jalan kaki, mana sedang hujan. Akhirnya kami naik Uber setelah membandingkan lebih murah daripada Grab, VND 57.000.
Tak lama kemudian mobil Uber datang. Supirnya mengajak ngobrol, setelah tahu kami dari Indonesia, langsung menyebut Bambang Pamungkas, yang awalnya saya tidak paham karena diucapkan dalam dialek Vietnam. Lalu menjelaskan pemain sepak bola, baru kami paham siapa yang dimaksud. Supir lalu menawarkan kalau mau menggunakan mobilnya untuk jalan-jalan, dia akan memberi harga diskon 10% dari harga di aplikasi Uber.
Sampai di D-Green, masih gerimis, kami disambut gonggongan anjing kecil coklat dengan bulu keriting, biar kecil tapi suaranya keras ;). Hostel kami berupa rumah tinggal tapi interiornya disesuaikan menjadi penginapan, sepertinya masih baru. Saya menyodorkan kertas booking. Lalu bertanya berapa yang harus kami bayar dalam VND. USD 26 X 22.500 = VND 585.000 untuk 1 kamar 2 orang 2 malam termasuk sarapan. Kami tidak menawar karena rate yang diberikan cukup masuk akal. Kamar kami ada di belakang meja resepsionis.
Hostel ini dikelola oleh 2 laki-laki masih muda. Hanya ada 1 kamar private dengan kamar mandi di dalam, yang kami pakai. 1 kamar dorm di lantai 1 serta 2 kamar dorm di lantai 2. Penataan kamar dorm mirip dengan penginapan saya waktu di Kyoto, bedanya di sini tiap kamar dorm ada kamar mandinya.
|
D-Green Hostel, Da Nang |
|
Curly Brown Puppy |
Selesai berberes, kami keluar walau gerimis. Kami melewati sebuah warung di ujung jalan, kami memutuskan untuk masuk dan melihat apa yang dijual, karena sudah waktunya makan siang. Kali ini kami makan siang Pho dengan ikan gabus....baru kali ini saya tahu ada pho jenis ini. Di warung ini, kita bisa melihat dapurnya, menarik untuk dilihat. Mie nya baru dibuat saat ada yang pesan, dari adonan tepung yang sudah siap, lalu digulung dengan silinder besi dan adonan tepung akan menempel di silinder, diiris-iris dengan pisau masuk ke panci berisi air yang sudah mendidih. Setelah matang, mie diangkat dan dimasukkan ke mangguk lalu diberi kuah dan potongan ikan gabus, ditambah irisan jeruk. Rasanya enak sekali, harganya juga murah VND 20.000 semangkuk.
|
Vietnamese Fish Noodle |
Selesai makan, kami lanjut jalan kaki menuju ke
Da Nang Cathedral, jaraknya sekitar 3 Km dari hostel. Katedral Da Nang dibangun tahun 1923 oleh pastor Prancis Louis Vallet, dengan bangunan dicat merah muda (menurut saya warnanya salem) setinggi 70 meter. Katedral ini juga dikenal sebagai Pink Church. Saat sampai di depan gereja, banyak sekali orang di halaman tapi pintu gerbang tertutup. Saya mencari-cari pintu masuk tapi tidak menemukan. Jadi hanya memotret dari depan saja, sambil heran darimana mereka masuk.
Kami memutuskan melanjutkan perjalanan menuju
Dinh Hai Chau village, yang hanya 500 m dari Katedral. Lalu kami melihat pintu belakang Katedral karena banyaknya orang. Kami masuk dan berkeliling. Saya lihat masih banyak orang berkerumun di depan gerbang gereja yang tertutup, mengingat pengalaman sebelumnya, saya memberitahu orang-orang itu untuk memutar dan masuk lewat belakang.
Dekorasi Natal terlihat di sekeliling gereja. Pengunjung tidak diperbolehkan masuk ke dalam. Ada juga sebuah gua Bunda Maria yang berada di belakang Katedral Da Nang, yang merupakan replika dari Lourdes Grotto di Prancis. Kami juga sempat melihat pasangan sedang foto pre wedding.
|
Da Nang Cathedral |
|
Da Nang Cathedral |
Setelah foto-foto, kami meneruskan perjalanan menuju Dinh Hai Chau village, sebuah desa kuno sejak tahun 1800an. Tapi ternyata jalan ditutup karena sedang diperbaiki. Dari google map, saya cek, jalan itu satu-satunya akses. Jadilah kami berbalik arah lalu menuju Han River, berjalan sekitar 1 Km.
Di atas sungai Han, berdiri beberapa jembatan, yang terkenal diantaranya Dragon Bridge, Nguyen Van Troi Bridge berdampingan dengan Trần Thị Lý Bridge.
Tepi sungai Han, dihiasi beberapa patung-patung cantik, beberapa bangku untuk duduk-duduk dan pedestrian yang lebar. Dari sini kita bisa memotret
Dragon Bridge secara utuh dari kepala sampai ekor. Dragon bridge adalah jembatan 2 arah, di tengahnya terdapat naga berwarna kuning meliuk sepanjang 666 meter, memisahkan sisi kiri dan kanan jalan. Di samping jalan untuk kendaraan bermotor, tersedia pedestrian untuk pejalan kaki.
|
Dragon Bridge View from Han riverside |
|
Sculptures at Han Riverside |
|
Dragon's head & tail |
Kami berjalan menyusuri jembatan, di ujung sisi kepala tersedia tangga turun menuju marina. Di bawah jembatan, tiang-tiang dan tembok dilukis menggambarkan kehidupan laut yang cantik.
|
Under Dragon Bridge |
Kami menuju ke marina, di tepi jalan saya melihat 1 mesin minuman, satu-satunya yang saya lihat selama di Vietnam. Di marina kita bisa melihat patung mirip patung singa-nya Singapore, namun ini dengan kepala naga dan ekor ikan tanpa air mancur, disebut
Dragon Carp. Menuruni tangga kita akan menemukan
Love Bridge, jembatan cinta lengkap dengan pagar yang dipenuhi gembok cinta. Lalu di ujung jembatan kita bisa menemukan kapal pesiar mengapung.
|
Dragon Carp & Dragon Bridge |
|
Da Nang Love Bridge |
|
Love Bridge & Yacht |
Kembali ke hostel, kami menyusuri Dragon Bridge dari sisi yang lain. Di tepi sungai saya melihat ada pameran foto berjajar di sepanjang pedestrian, walaupun diguyur hujan. Lalu terlihat restoran terapung berupa kapal, yang cukup penuh pengunjungnya karena sedang hujan. Beberapa orang terlihat memancing di sepajang tepi sungai. Lalu di seberang jalan terlihat APEC Park, taman kecil di tengah jalan. Sebagian pedestrian masih belum selesai ditutup, mungkin juga pedestrian ini dirapikan dalam rangka menyambut APEC yang telah lewat.
|
Han Riverside |
Kami juga melewati Tran Thi Ly Bridge, jembatan modern dengan kabel merah yang digunakan sejak 2013. Jembatan dengan lebar 230 meter, panjang totalnya adalah 731 meter dan pilar miring setinggi 145 meter. Warna tiang dan dek jembatan berubah pada malam hari, sesuai nyala lampu. Jembatan merah ini sudah terlihat di kejauhan.
Dalam perjalanan pulang ke hostel, kami menemukan toko roti, menjual berbagai jenis roti lucu....kami membeli masing-masing 2 buah. Lalu mampir lagi ke warung ujung jalan, supaya tidak perlu keluar lagi setelah sampai hostel. Saya memesan cakwe dengan menunjukkan foto yang saya google, karena tidak tahu apa bahasa Inggrisnya. Teman saya memesan pho yang sama dengan tadi siang.
|
Bakery |
Sesampai di penginapan, mandi lalu browsing untuk tujuan besok dan cek cuaca. Kali ini di kamar tidak ada TV, kalau mau nonton harus ke ruang tamu. Tak lama kemudian kami tertidur.... Selama di Vietnam kami tidur cepat karena udara dingin, membuat tidur nyenyak....menjadikan trip kali ini lazy trip ;p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar