Jam 7 pagi kami sudah siap duduk di meja makan tuan rumah, menunggu sarapan dibungkus dan dijemput untuk naik bus ke Hue. Trinh masih sibuk menyiapkan anaknya ke sekolah. Akhirnya siap juga sarapan kami, tapi ternyata jemputan baru datang jam 8.30. Sarapan akhirnya kami makan juga karena kelamaan menunggu.
Kami dijemput dengan motor, dia meminta kami mengikutinya jalan kaki ke jalan utama dalam gerimis. Bus menunggu di pinggir jalan, sebagian kursi sudah terisi. Ternyata kami mendapat bus sleeper. Busnya besar, dengan 3 deretan kursi, kanan, tengah dan kiri serta bertingkat, jadi ada yang duduk di atas kursi bawah. Kursi tanpa kaki, tempat duduk bisa diatur posisi sandarannya dari tegak sampai posisi berbaring (kalau tidak rusak ya...), lalu tersedia ceruk untuk kaki kita menjulur ke depan tanpa mengganggu penumpang di depannya, dilengkapi dengan selimut.
|
Sleeper Bus |
Kami menaruh ransel di bagasi, lalu naik ke bus dan diberi kantong plastik. Kami diminta melepas alas kaki dan membawanya dimasukkan kantong plastik yang diberikan, dengan demikian bus tetap dalam keadaan bersih.
Kami memilih duduk di sisi kanan berurutan, dan ternyata ini pilihan yang tepat. Selain pemandangan yang lebih bagus, juga matahari pagi datang dari sisi kiri bus. Setelah kami, masih ada beberapa penumpang lagi yang naik.
Sekitar jam 10, bus berhenti di sebuah tempat untuk istirahat selama 30 menit. Kita bisa ke toilet, makan dan minum di sini. Sepertinya memang ini tempat pemberhentian bus, karena ada beberapa bus lain selain bus kami. Tips jika naik bus di negara yang tidak kita paham atau bahkan tidak ada tulisannya, sebaiknya foto dulu bus nya sebelum meninggalkannya, agar kita tidak salah naik bus saat kembali. Ini juga pernah saya alami waktu naik bus di China. Karena biasanya tempat istirahat akan banyak bus yang serupa parkir.
|
Sleeper bus to Hue |
Setelah ke toilet, kami memesan kopi. Saya kopi hitam, teman saya kopi susu, harga secangkir kopi VND.20.000. Di kedai ini hanya ada 1 yang bisa berbahasa Inggris, jadi kita harus menunggu, yang lain tidak mau menerima pesanan karena tidak paham. Demikian juga saat membayar. Selain minuman, tersedia juga makanan.
Singkat cerita, kami sampai di Hue sekitar 11.40. Jarak antara Hoi An ke Hue, sekitar 127 Km ke arah utara dan melewati Da Nang. Hue memiliki stasiun kereta api dan bandara. Hanya saja dari Hoi An harus ke Da Nang dahulu baru ganti dengan kereta atau pesawat terbang. Yang paling praktis dan tidak merepotkan ya naik bus atau mobil.
Kota Hue masih di Vietnam Tengah, terletak di tepi sungai Parfum (Perfume River), berjarak 700 km selatan Hanoi, 1100 km utara Ho Chi Minh City/Saigon.
Kami diturunkan di sebuah agen travel entah di mana. Seseorang mendekati kami menanyakan apa sudah mendapat penginapan, dan menawarkannya. Saya menunjukkan kertas booking kami dan bertanya, apakah jauh dari situ. Katanya sekitar 20 menit jalan kaki, lalu dia menawarkan taxi. Ah....cuma 20 menit, no problem.....jadi saya menolaknya. Ketika saya tanya arahnya kemana, dia sudah tidak menanggapi dan meninggalkan kami, mencari sasaran lain....walah......tapi saya maklum. Saya pinjam smartphone teman saya, cek arah dengan google map, ternyata hanya sekitar 800 meter saja.....ah...tak sampai 20 menit jalan kaki....
Mengikuti petunjuk google map, kami berjalan kaki menuju Ngoc Tung Mini Hotel yang sudah saya booking via Booking.com untuk 2 malam termasuk sarapan. Hotel ini adalah penginapan termurah yang kami gunakan selama trip kali ini.
Menurut google map, kami sudah sampai di tujuan tapi saya tidak melihat tulisan hotelnya. Saya bertanya di sebuah apotik, lalu dia membuka translator di handphone-nya dan menunjukkan ke saya hasil translate. Saya membaca dan paham, menurutnya kami harus belok kiri. Saya berterima kasih lalu mencari hotelnya. Ternyata tidak juga menemukannya. Lalu saya cari berdasarkan nomor yang tertera dan mengurutkannya, ternyata harus belok kanan lagi. Hotel berupa ruko bertingkat 4, kami berada di kompleks ruko, banyak juga yang diubah menjadi penginapan.
Memasuki hotel, dekat pintu tersedia botol berisi air minum, lalu lemari kayu tempat menaruh alas kaki kita yang harus dilepas, disediakan sandal plastik yang boleh digunakan di dalam hotel. Lalu ada ruang tamu yang berfungsi juga sebagai ruang makan dan meja resepsionis.
Saya menunjukkan kerta booking untuk check in dan bertanya berapa pembayarannya dalam VND, tertulis USD 14,4. Kami sempat berdebat mengenai nilai dalam VND, karena perhitungan harga yang tidak sesuai, setelah tawar menawar, sepakat dengan VND 325.000. Kami harus menunggu sampai jam 1 untuk boleh masuk ke kamar. Lalu kami titip ransel dan pamit untuk makan siang dulu.
Dekat hotel banyak warung makan, kami pilih yang paling ramai dan menjual nasi. Di sini kita bisa pilih lauk yang kita mau dari mulai ikan, ayam, telur, tahu, daging babi dan sayuran, mirip dengan kalau kita makan di warteg. Saya pilih Nasi, tahu, ikan dan sayur, lalu diberi semangkuk kecil kuah dengan sedikit sayur. Di meja disediakan gelas-gelas plastik dan wadah berisi teh untuk minum. Saya tidak jadi mengambil minum, setelah saya perhatikan gelas-gelas itu tidak dicuci, jadi minum dari bekas orang lain. Rupanya ini kebiasaan di Vietnam, seperti juga di China.
|
Lunch |
Selesai makan kami kembali ke hotel, dan masih menunggu sekitar 15 menit untuk sampai jam 1. Kami mendapat kamar di lantai 2 dengan 2 tempat tidur besar, kamar mandi di dalam, TV, meja, kulkas kecil dan lemari. Lalu saya lihat di balkon kamar, penuh dengan jemuran. Saya ingin tahu akses ke balkon, setelah cek dan ricek, satu-satunya akses adalah dari pintu kamar kami karena balkon dikelilingi dengan pagar besi. Nah........ pertanyaannya bagaimana mereka mengambilnya jika sudah kering. Belakangan kami menduga kalau mereka masuk ke kamar saat kami tidak ada ;( karena ada jemuran baru lagi, yg lama juga sudah diangkat. Untungnya tidak ada yang hilang.
|
Ngoc Tung Mini Hotel, Hue |
Selesai beres-beres, kami keluar jalan-jalan berbekal google map. Tujuan pertama ke Dong Ba Market, yang diklaim sebagai pasar terbesar, tertua dan terlengkap di Hue. Dari Hotel kami menyusuri sungai Perfume yang membelah kota Hue. Disebut Perfume River karena pada saat musim bunga, pohon-pohon sepanjang sungai menguarkan wangi bunga. Saat kami lewat hanya tinggal daun atau malah beberapa hanya ranting saja.
|
Perfume River, Hue |
Setelah melewati jembatan besi dengan lengkung-lengkung dan terminal bus sampailah kita di Dong Ba Market. Pasar ini tipikal pasar besar di Indonesia, mungkin juga di Asia. Dong Ba Market buka dari jam 3 subuh sampai 20.30. Jenis yang dijual dibagi-bagi sesuai blok nya, misalnya blok untuk makanan, buah, daging dipisahkan dengan lorong sempit. Yang menarik ada udang dimasak dengan cabai berbaskom-baskom. Ada cumi kering ukuran jumbo, berbagai jenis ikan dikeringkan, macam-macam manisan....Semua pedagang memanggil menawarkan dagangannya, tapi kami hanya lewat saja.
Akhirnya kami membeli mangga yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil hingga mudah dimakan. Setelah menawar kami sepakat VND 25.000, isinya 2 buah mangga.
|
Dong Ba Market, Hue |
Tujuan berikutnya adalah Imperial City, dari Dong Ba Market hanya 1,5 Km saja. Setelah melewati gerbang yang mungkin dahulu berfungsi juga sebagai benteng pertahanan, kami melewati Hue War Museum, kita harus membayar jika ingin masuk berkeliling. Hanya saja dari jalan kita sudah bisa melihat bekas pesawat-pesawat dan tank-tank yang diletakkan di halaman.
|
Hue War Museum |
Tak jauh dari situ, sampailah kita ke kompleks Imperial City. Seperti biasa kompleks istana selalu dikelilingi parit dan pagar tinggi sebagai benteng pertahanan dan menara pengawasan. Tiket masuknya VND 150.000 untuk bukan warga Vietnam. Tiketnya berupa kartu yang akan dimasukkan ke gate saat kita masuk. Pintu masuk antara warga Vietnam dan bukan dipisahkan. Kami masuk dari Noon Gate tak jauh dari loket tiket.
|
Hue Imperial City |
|
Hue Imperial City |
|
Hue Imperial City Ticket |
|
Hue Imperial City Map |
Saat kami keluar dari hotel, karena hawa tidak terlalu dingin dan melihat ramalan cuaca hari ini tdak hujan sampai malam hari, kami meninggalkan jaket di kamar yang nantinya akan kami sesali. Walau tidak hujan, tapi tidak ada matahari dan angin dingin bertiup, sepanjang keliling Imperial City kami kedinginan.
Hue Imperial City masuk sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 1993. Hue didirikan sebagai ibu kota oleh Gia Long, raja pertama Dinasti Nguyen pada tahun 1802. Dinasti Nguyen berkuasa sampai tahun 1945. Kompleks ini memiliki ratusan monumen dan reruntuhan, seperti Forbidden Purple City, kediaman keluarga kerajaan.
Direncanakan dan dibangun oleh Gia Long, selama 27 tahun dari tahun 1805 sampai 1832, akhirnya selesai di bawah pemerintahan Minh Mang. Sampai saat ini bangunan masih tetap dipulihkan dan dipelihara setelah kehancuran dari Perang Vietnam.
Banyak ruang-ruang kosong dan halaman yang luas. Bayangkan jaman dulu jika berpindah dari bangunan yang satu ke bangunan lainnya. Pada beberapa area kita tidak diperbolehkan memotret. Tersedia video sejarah Imperial City di salah satu ruangan, luangkan waktu sejenak untuk menontonya supaya kita lebih mendapat pemahaman atau bayangan.
Kita bisa merasakan duduk di singgasana raja lengkap dengan kostum termasuk dayangnya, dengan mengambil sesi foto di salah satu ruangan. Dari semua ruangan yang saya masuk, yang paling mengesankan buat saya adalah Royal Theater-nya. Berikut beberapa foto pilihan saya.
|
Hue Imperial City |
|
Dragons & CLoud Ornament |
|
Lamp, Colomn & Roof Ornament |
|
Red Hallway |
|
Hue mperial City Courtyard |
|
Hue Imperial City Courtyard |
|
Hue Imperial City Pond |
|
Thai Binh Pavilion |
|
Door, Window & Floor |
|
Royal Theater |
|
Co Ha Garden |
Sebelum pintu keluar, kita bisa melihat kerajinan lukisan pada topi petani khas Vietnam (caping).
|
Handicraft |
|
Exit Gate |
Saya sampai di pintu keluar sekitar jam 5 sore. Sejak dari lokasi menonton video, memang saya terpisah dari teman saya. Jadi saya menunggu di depan pintu keluar, karena biasanya dia lebih lambat dari saya. Kata penjaga gerbang, pintu akan ditutup jam 6, jadi saya tunggu. Berkali-kali tukang becak menawarkan untuk mengantar tapi saya menolak. Saya sangat berharap saya memakai jaket, udara dingin sekali dan banyak angin, saya tidak bisa menghubunginya karena telpon saya tidak aktif.
Mulailah drama....saya menunggu sekitar 45 menit dalam dingin. Saking tidak tahan dingin, saya numpang berdiri di pintu gerbang, lumayan agak tertahan anginnya. Akhirnya 1 pintu ditutup (pintunya ada 2). Hari sudah mulai gelap, akhirnya saya putuskan untuk mencari teman saya ke pintu masuk tapi ternyata jalan menuju ke sana sudah ditutup.
Langit semakin gelap, lampu-lampu sudah dinyakakan. Saya putuskan untuk kembali ke hotel, walau masih khawatir karena saya merasa bertanggung jawab atas teman saya, tapi mau bagaimana lagi. Saya mengingat-ingat jalan kembali ke hotel, pertama gerbang mana yang harus saya lalui, untunglah saya sempat memotretnya, jadi saya buka kamera, mencari gerbang yang tadi. Untungnya lagi tidak banyak belokan yang kami lalui, jadi saya mencoba membayangkan arah jalannya. Singkat cerita saya sampai ke jalan dekat hotel.....daaannnn berpapasan dengan teman saya yang sudah mandi. Dia cerita kalau tidak tahan dingin dan pulang duluan dengan naik becak.....
Hmmm....saya mau marah tapi apa gunanya....sudah terjadi. Saya hanya bilang kalau saya menunggu kedinginan selama 45 menit dan mencarinya sampai ke pintu depan. Dia cerita kalau dia panik mencari saya dan sampai minta rekannya di Jakarta untuk menghubungi saya....Lah telpon saya kan tidak aktif.....;(
Selama bertahun-tahun saya ngetrip dengan berganti-ganti teman, belum pernah kejadian seperti ini. Jika travelling bareng memang harus ada toleransi dan komunikasi yang baik untuk bisa menjadi trip yang menyenangkan dan tidak semua orang bisa melakukannya, bahkan dengan sahabat dekat sekalipun. Sifat-sifat asli akan muncul saat kita travelling bareng, apalagi saat dalam keterbatasan. Mungkin tidak berlaku jika ikut tur, tapi tetap saja kalau ada yang terlambat dan berlaku seenaknya akan mengganggu rombongan.
Saya kedinginan dan lapar, jadi saya ajak makan malam tak jauh dari hotel. Kebetulan saya melewati warung menjual pho. Kami memesan Chicken Pho, kali ini lebih enak dibanding yang kami makan di Hoi An. Sayuran, ayam dan porsi lebih banyak. Semangkuk VND 30.000.
|
Chiken Pho |
Selesai makan, kami kembali ke penginapan. Saya tidak membahas lagi masalah tadi. Setelah mandi, langsung tidur. Hari yang melelahkan dan menjengkelkan......Esok masih semalam lagi di Hue.
Artikel anda bagus.. banyak faedahnya.. seperti artikel ini https://peduliayam.com/2019/06/09/manfaat-telur-plus-madu-untuk-ayam-bangkok/
BalasHapus