Hari kedua di Hoi An, masih di guyur hujan. Saya bangun jam 6 pagi, lalu mandi dengan air panas, cuaca di Hoi An dingin sekali walau menurut internet hanya sekitar 16⁰ Celcius. Hujan lumayan deras, melalui WA saya tanya jam berapa sarapannya dan dimana. Sarapan di rumah pemilik penginapan sekitar jam 8 pagi. Jadi kami malas-malasan di kamar sambil nonton TV dan browsing internet yang aksesnya cukup cepat.
Sarapan sudah termasuk dalam harga kamar. Kami diberi sarapan baguette, roti panjang perancis dan telur mata sapi dihiasi potongan tomat dan timun. Nantinya selama berada di Vietnam, inilah sarapan kami setiap harinya terkadang diberi selada juga. Untuk minuman saya memilih kopi, teman saya memilih teh.
|
Breakfast |
Pukul 9, hujan masih turun. Kami memutuskan tetap keluar jalan-jalan dengan menggunakan payung. Pagi ini kami ingin melihat Tra Que Herb Village, sebuah desa di sebelah utara kota tua, dengan kebun berbagai sayuran. Desa ini menjadi salah satu destinasi wisata di Hoi An, bahkan ada tour-nya. Dari penginapan kami, hanya sekitar 2,7 km dan mudah untuk dicapai dengan jalan kaki. Saya suka berjalan kaki, terutama di area yang belum pernah saya kunjungi. Dengan jalan kaki, kita bisa melihat lebih banyak dibandingkan jika kita berkendara, dan kita bisa berhenti kapan dan dimana saja.
Di Vietnam kita harus berjalan di sebelah kanan jalan, tapi melihat sempitnya sisi kanan untuk pejalan kaki, kami memilih berjalan di sisi kiri jalan. Kami menyusuri jalan Hai Bà Trưng yang memang tidak terlalu nyaman untuk pejalan kaki. Hujan sebenarnya tidak terlalu lebat tapi angin sangat kencang, sehingga beberapa kali kami harus berhenti. Walau menggunakan payung, kami tetap basah kuyup, terutama bagian bawah karena kencangnya angin. Payung teman saya malahan rusak, beberapa besi penunjangnya patah tidak sanggup menentang angin.
Saya tawarkan untuk kembali saja kepenginapan, mengingat dia tidak terbiasa trip model saya. Tapi dia menolak karena tinggal sedikit lagi sampai. Untung dia tidak marah-marah ke saya hehehe......
Singkat cerita kami sampai di desa Tra Que, berbekal petunjuk dari google map. Patokannya jika sudah ketemu dengan sungai, maka sudah dekat, tinggal belok ke kanan saja. Kami sampai saat tinggal gerimis kecil, jadi masih bisa memotret walau tetap memakai payung.
Kami bertemu dengan 2 orang turis yang diantar oleh guide. Terlihat beberapa petani, mengurus berbagai sayuran dan bumbu dapur seperti berbagai jenis selada, basil, bawang, ketumbar, dll. Penanaman sayuran diatur berderet rapi. Sayuran ditanam secara organik, tidak menggunakan bahan kimia atau pupuk tapi sejenis ganggang yang hanya ditemukan di laguna Tra Que. Berkat teknik ini, sayuran Tra Que terkenal berkualitas, aman untuk dikonsumsi dan rasa yang luar biasa enak.
Selesai memotret, kami keluar dari desa mengambil jalan yang berbeda dari arah datang. Saya baru melihat loket tiket masuk desa Tra Que. Beberapa rombongan turis dan guide keluar dari rumah loket tersebut.
|
Tra Que Village |
Sebelum mengambil arah menuju ke penginapan, kami mampir membeli jas hujan di sebuah warung kecil pinggir jalan, VND 10.000. Walau jas hujannya tipis, tapi tetap nyaman untuk menangkal hujan. Perjalanan pulang angin tidak terlalu kencang di banding sebelumnya. Jas hujan mengurangi rasa dingin dan basah kehujanan.
Dalam perjalanan, kami melewati Hoi An Theater. Pertunjukan hanya ada setiap hari Selasa, Jumat dan Sabtu jam 18.30. Di depan teater terlihat pemberhentian bus, tertulis free city bus, namun selama kami di Hoi An saya belum pernah melihat busnya.
|
Hoi An Theater |
Saya sempat mencari informasi Hoi An free walking tour dan menemukan
situs tur gratis di Hoi An, tur dengan sepeda ke Kim Bong Village, yang tersedia hari selasa, sabtu dan minggu. Kami tidak mengambil trip ini karena hujan.
Sebelum kembali ke penginapan, kami makan siang dahulu tak jauh penginapan. Kali ini kami pesan Com Ga (Vietnamese Chicken Rice), Com = nasi, Ga = ayam. Isinya nasi dari beras kecil-kecil (broken rice), suwiran ayam, ati ampela, irisan tipis bawang bombay, taburan daun kalau gak salah mint dan semangkuk kecil kuah kaldu, seporsinya VND 35.000. Kami juga memesan Bánh mì, semacam sandwich Vietnam, umumnya baguette berisi sayuran dan daging babi. Kami berdua tidak makan daging babi, jadi pilihan lain untuk isinya yang tersedia telur rebus, telur mata sapi dan tahu, harganya VND 20.000. Kami memilih telur mata sapi, dibungkus untuk makan malam, mirip menu sarapan tadi pagi. Kata bánh mì berasal dari bánh (yang bisa merujuk pada berbagai jenis makanan, termasuk roti khususnya baguette) dan mì (gandum). Com Ga dan bánh mì merupakan makanan yang wajib dicoba di Vietnam, selain pho tentunya.
|
Com Ga (Vietnamese chicken rice) |
Kami kembali ke penginapan, istirahat dan tidur siang hehehe....trip kali ini menjadi lazy trip, gara-gara hujan terus menerus. Sore baru kami akan jalan-jalan ke kota tua lagi, banyak lorong di kota tua yang belum kami jalani kemarin.
Pukul 15.30, kami jalan kaki menuju kota tua. Kota tua saat terang terlihat berbeda dibandingkan malam hari. Walau masih gerimis, tetap banyak orang lalu lalang di lorong-lorong kota tua. Selain jalan kaki, bersepeda atau naik becak juga bisa menjadi pilihan menjelajah kota tua. Selain kemeriahan lampion dimana-mana, toko, kafe, restauran dan hotel juga dihiasi dekorasi Natal.
|
Hoi An Ancient Town at daylight |
|
Japanese Covered Bridge |
Japanese Covered Bridge merupakan contoh arsitektur Jepang. Dibangun pada tahun 1590 oleh komunitas Jepang di Hoi A, direnovasi pada tahun 1986. Menjadi salah satu spot foto di kota tua Hoi An.
|
Shops at Hoi An Ancient Town |
|
Hoi An Bridge |
|
Bamboo Bicycle |
|
Tan Ky Old House |
|
Museum of folklore Hoi An |
Kami mengunjugi Central Market, pasarnya cukup luas dan berbagai macam kebutuhan ada di sini. Walau gerimis penjual dan pembeli tetap ramai. Kami juga masuk ke pasar di dalam ruangan, teman saya mencari payung pengganti yang patah. Ingat ya, di Vietnam membeli apapun harus ditawar, kecuali jika harga sudah tertulis. Harga-harga di Hoi An lebih mahal dibandingkan dengan Hue dan Da Nang. Untuk jajanan dan makanan kecil malah lebih mahal dibandingkan Jakarta. Kami sempat membeli pisang goreng, setelah menawar jadi VND 20.000 untuk 2 buah.
|
Flowers at Central Market |
|
Fruits at Central Market |
|
Vegetables at Central Market |
|
Riverside |
Di kota tua ini, kita bisa menemukan berbagai penawaran tour, diantaranya tur ke My Son, dengan 2 pilihan berangkat dengan bus pulang dengan bus atau pulang dengan boat. Rencana awal, saya ingin ke My Son besok, tapi saya ragu-ragu karena menurut ramalan cuaca, besok akan hujan. Jadi saya tidak booking tour.
Di dekat salah satu pintu keluar masuk kota tua, terdapat replikasi kapal dengan bendera dan logo VOC, namun terbalik, mungkin dulu VOC sempat singgah di Hoi An, entahlah. Replika ini baru tahun 2017.
|
Ship replica |
Karena pengalaman basah kuyup tadi pagi dan cuaca Hoi An yang dingin, teman saya ingin membeli jaket tahan air. Selama jalan-jalan di kota tua, terkadang kami mampir ke toko-toko yang menjual jaket. Akhirnya sebelum pulang kami menemukan toko dan mendapatkan jaket North Face Summit Series, tersedia berbagai warna yang mencolok dan berbagai ukuran mulai dari XS sampai XXL. Ukuran kecil dan warna yang gonjreng susah di dapatkan di Indonesia. Kami kembali ke penginapan, mandi, makan malam bánh mì yang kami beli tadi siang dan tidur nyenyak bergulung selimut tebal, diiringi bunyi hujan di luar kamar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar