Setelah bangun pagi, mandi saya keluar kamar untuk mengisi air dari galon yang tersedia di dekat pintu masuk. Selama di Hue dan Da Nang, kami tidak lagi membeli air minum, karena tersedia di tempat menginap, tinggal mengisi botol saja. Di sofa saya lihat pengurus hostel masih bergelung tidur. Dia terbangun, lalu saya tanyakan sarapan. 15 menit katanya sambil bergegas ke dapur. Sayapun kembali ke kamar.
Seperti yang sudah-sudah sarapan berupa roti perancis, baguette dan telur mata sapi, dihiasi irisan tomat, timun dan selada, hanya saja kali ini tampilannya paling cantik, padahal yang memasak laki-laki. Kami juga dibuatkan sepoci teh, enak rasanya agak manis walau tanpa gula.
|
Breakfast |
Selesai sarapan, kami menyewa motor untuk hari ini dari hostel. Ongkos sewa seharga VND 130.000 untuk sehari sudah termasuk bensin. Lalu saya cek bensin masih ada sekitar 80% di tangki. Kali ini kami tidak berhasil menawar harga sewa, karena sudah termasuk bensin, oklah.
Tujuan pertama hari ini ke Marbel Mountain, sekitar 8,5 Km dari hostel. Marbel mountain adalah kelompok lima bukit, terbuat dari batu kapur dan marmer yang diberi nama sesuai unsur alam: Kim Son (Mountain of Metal), Moc Son (Mountain of Wood), Thuy Son (Mountain of Water), Hoa Son (Mountain of Fire), and Tho Son (Mountain of Earth). Lokasinya di dekat laut, gua dan pagoda yang berasal dari awal abad ketujuh belas.
Thuy Son (Mountain of Water) merupakan gunung terbesar, terlengkap dan yang paling banyak dikunjungi. Di atasnya terdapat goa-goa dan kuil budha, serta pemandangan Da Nang yang menakjubkan bisa kita lihat dari ketinggian.
Mengikuti petunjuk dari google map, sampailah kami di Water Mountain. Tak jauh dari tempat parkir, kita akan langsung melihat sebuah gua dengan patung penjaga di kiri kanan. Kamipun naik untuk melihat-lihat tapi karena ada tulisan untuk tidak masuk, jadi hanya memotret dari mulut gua saja.
|
a cave near entrance |
Lalu saya mencari akses masuk. Tersedia 2 akses masuk, kami memilih gate no.2 di mana tersedia lift jika tidak bisa atau tidak mau mendaki dengan berjalan kaki. Tak jauh dari lift, ada loket yang menjual tiket naik lift VND 15.0000 dan tiket masuk VND 40.000. Waktu saya mau beli tiket masuk saja tanpa naik lift, saya disuruh untuk membeli di loket lain dekat tangga naik.
Saya memilih jalan kaki, karena akan melihat lebih banyak dibanding jika naik lift, walau lebih capai mendaki. Tak apa juga naik lift jika memang tidak mampu. Tiket akan disobek oleh petugas sebelum kita diperbolehkan masuk. Selanjutnya mari ikuti penjelajahan saya di Gunung Air ini.
|
Water Mountain Lift |
|
Gate 2 stairs |
|
Water Mountain entrance ticket |
|
Water Mountain Map |
Di puncak tangga, kita langsung disambut dengan liukan 8 naga di bawah pohon rindang bersama dengan murid-murid Budha. Lalu di sisi kanan terlihat patung Budha besar menempel di tebing di depan kolam hijau dan gerbang masuk menuju Ngu Hanh Son Temple. Jika naik dengan lift kemungkinan akan melewatkan spot ini.
|
Dragons under big tree |
|
Buddha Statue |
|
Entrance Gate to Ngu Hanh Son Temple |
|
Ngu Hanh Son Temple |
|
Ngu Hanh Son Temple |
|
Lady Buddha Pagoda at Water Mountain |
Dari Ngu Hanh Son Temple kita sedikit medaki lagi akan menemukan Pagoda Xa Loi, yaitu pagoda 7 tingkat dengan taman yang terawat. Kompleks ini dibangun pada tahun 1956 dan sebelumnya berfungsi sebagai markas besar Buddhisme di Vietnam Selatan. Tak jauh dari pagoda inilah lift untuk naik turun. Dari sini pemandangan ke laut, bukit lainnya dan desa seni pahat marmer bisa dinikmati dari ketinggian. Namun masih akan ada tempat yang lebih tinggi lagi di penjelajahan selanjutnya.
|
Temple, monks & statues |
|
Xa Loi Pagoda |
|
Xa Loi Pagoda View |
Selain wisatawan dari berbagai negara, kami juga bertemu para peziarah dan biksu-biksu yang tinggal di gunung ini. Gua-gua pemujaan, kuil-kuil juga pagoda dengan ornamen yang rumit dan cantik, tiang-tiang, tembok berukir, tak ada spot tanpa pahatan. Saya menemukan 1 pagoda kecil bukan dihiasi pahatan tapi lukisan, walau sudah pudar tapi masih cantik.
|
Nice carving |
|
Old painting on the wall |
Mengikuti jalur sesuai petunjuk, kita akan menemukan beberapa gua, lalu ada tangga naik yang disebut Heaven Gate. Sayapun mendaki dan menemukan pemandangan spektakuler, walau untuk mencapai puncak perlu hati-hati melewati batu-batu terjal.
|
Van Thong Cave |
|
Heaven Gate |
Setelah turun dari Heaven Gate, kita akan menemukan Huyen Kong Cave, gua yang luas, dalam dan tinggi. Ada beberapa lubang di atas gua, kalau sinar matahari masuk, pasti bagus sekali, hanya saja cuaca sedang mendung. Patung Lady Buddha besar menyambut di mulut gua, masuk ke gua akan ada beberapa tangga turun. Tinggi di atas dinding gua, bertengger patung Buddha yang cukup besar. Beberapa tempat sembahyang juga bisa ditemukan di dalamnya.
|
Huyen Kong Cave entrance |
|
Inside Huyen Kong Cave |
|
Inside Huyen Kong Cave |
Bahkan di atas gunungpun kita bisa menemukan penjual makanan, minuman juga suvenir. Jika capai, kita bisa duduk-duduk sambil memesan kelapa muda atau lainnya. Kita juga bisa menemukan toilet gratis tak jauh dari sini.
Menuju gate 1, kita masih akan menemukan Tam Thai Pagoda, Ton Tam Pagoda, Tu Tam Pagoda dan menara pandang. Para biksu juga menanam sayuran di sekitar pagoda. Saya juga melewati 2 biksu sedang santai minum teh. Tanaman, bunga-bungapun terawat rapi. Selama menjelajah gunung, kita akan mendengar alunan berbagai musik instrumental dari speaker yang disamarkan bentuknya tersebar di berbagai tempat. Saya mengenali beberapa lagu yang diputar, mulai dari alunan piano Richard Clayderman sampai sountrack dari drama Korea ;D.
|
Tam Thai Pagoda |
|
Column with dragon carvings |
|
View from tower |
Saya keluar dari Gate 1, lalu berjalan menuju tempat parkir, melewati toko-toko yang menjual pahatan batu dari kecil sampai hampir setinggi rumah dengan berbagai bentuk mulai Budha, Lady Budha, Singa, Naga, dan lainnya. Saya menemukan 1 pahatan yang menarik di atas batu yang tak beraturan.
|
unique sculptures |
Tak terasa lebih dari 2 jam kami di sini. Saat melanjutkan perjalanan, di tepi jalan saya melihat pagoda di tengah rimbun pepohonan dari kejauhan, entah apa namanya. Saya berhenti sebentar untuk memotret.
|
Pagoda |
Tujuan selanjutnya ke My Khe Beach sekitar 6 Km dari Marble Mountain. Kami parkir di tepi jalan mengikuti deretan motor yang sudah parkir sebelumnya. Pantai My Khe berada di tepi jalan raya dengan deretan hotel mewah seperti Raffles dan Hyatt. Bahkan Holiday Beach Hotel, membuat akses khusus di bawah jalan raya menuju ke pantai.
Kita juga bisa menemukan public gym di pedestrian pantai My Khe. Konon dahulu di pantai inilah tentara Amerika menikmati istirahat dan liburan saat perang Vietnam. Pantainya terjaga bersih. Saat itu cuaca mendung, angin kencang dan arus laut cukup deras. Tersedia fasilitas toilet dan tempat bilas setelah bermain di laut. Tak ketinggalan cafe dan restoran mudah ditemukan di sini.
|
Public gymn at My Khe Beach |
|
My Khe Beach |
Dari pantai My Khe, lanjut menuju Lady Buddha Da Nang yang berada di semenanjung Son Tra. Patung di puncak bukit ini sudah terlihat dari pantai My Khe, walau jaraknya masih sekitar 10 Km.
Linh Ung Son Tra Pagoda merupakan patung Budha tertinggi di Vietnam dengan tinggi 67m, diameter teratai 35m, setara dengan bangunan 30 lantai.
Mendekati bukit lokasi patung, saya membelokkan motor di tepi jalan, yang ternyata menurun. Terjadilah kecelakaan, motor jatuh, saya terlempar beberapa meter dengan 1 tangan menopang dan pantat terbentur aspal, sedangkan teman saya yang membonceng kaki kanannya terkena knalpot panas. Waduh maaf yaaa....namanya juga kecelakaan, gak sengaja. Saya menunggu teman saya pulih, karena saya tidak kuat mengangkat motor sendirian di jalan. Karena kejadian ini, kami tidak jadi melanjutkan perjalanan sampai puncak, hanya memotret dari kejauhan saja.
|
Linh Ung Son Tra Pagoda |
|
Son Tra Peninsula |
Sudah lewat tengah hari dan kami belum makan siang. Rencana awalnya, dari sini akan melihat-lihat di Han Market, baru ke Lotte Mart untuk beli kopi sebelum pulang ke hostel. Besok kami sudah pulang ke Jakarta. Tapi karena kecelakaan tadi, maka saya batalkan rencana ke Han Market dan langsung menuju Lotte Mart, untuk sekalian makan siang dan cari obat, kaki teman saya sudah mulai melepuh. Selain itu saya juga khawatir kehabisan bensin, masih sekitar 15,7 Km menuju Lotte Mart. Dari Lotte Mart ke hostel sekitar 2,7 Km.
Kami makan siang di Lotte Mart, di food court saya memesan Mì Quảng yaitu mie khas dari provinsi Quảng Nam di Vietnam tengah dengan mie lebar, udang yang dimasak kuning, sayuran, telur rebus, taburan kacang, irisan jeruk lalu disiram sedikit kuah. Ada beberapa potongan daging saya temukan, karena tidak tahu daging apa, maka saya singkirkan. Semangkuk Mì Quảng VND 25.000.
|
Mì Quảng |
Setelah makan saya keliling mencari kopi untuk dibawa pulang. Vietnam terkenal dengan kopinya, dan saya peminum kopi. Setiap traveling, saya usahakan mencari kopi lokal, entah di dalam maupun di luar negeri.
|
Vietnam Coffee |
Sebenarnya saya tertarik untuk membeli kecap dan sambel Vietnam, yang biasa digunakan untuk membumbui Bahn Mie (sandwich Vietnam), tapi mengingat saya tidak membeli bagasi (kami naik Air Asia) dan tidak ada kemasan di bawah 100 ml, jadi saya taruh lagi di rak. Rasanya memang beda dengan kecap maupun sambel Indonesia.
Selesai urusan belanja, kami kembali ke hostel, istirahat, mandi dan packing. Sebenarnya saya masih ingin memotret Dragon Bridge waktu malam, tapi ternyata teman saya sudah tidur nyenyak, cuaca dingin juga membuat saya malas keluar lagi.
Airport Da Nang berada di tengah kota, jadi aksesnya mudah. Kami memesan Grab, kali ini lebih murah dari Uber, VND 39.000 ditambah dengan tiket masuk bandara VND 10.000. Grab salah menurunkan kami di terminal domestik, untung masih cukup waktu. Terminal Internasional berada di gedung sebelahnya. Kamipun harus jalan kaki dan naik ke lantai 2 menuju terminal keberangkatan internasional.
Saya tidak melihat satupun Money Changer di sini, padahal ingin menukarkan sisa uang VND. Setelah beres urusan imigrasi, kami melihat-lihat toko dan cafe untuk menghabiskan Dong sebelum menuju loby tunggu.
Kami pulang naik Air Asia menuju Jakarta, dengan transit di Kuala Lumpur. Pesawat dari Kuala Lumpur menuju Jakarta terlambat 1 jam lebih dan sampai Jakarta sudah malam. Berakhirlah trip Vietnam Tengah di penghujung tahun 2017.
selamat siang, mau tanya dong terkait artikel https://mssoewito.blogspot.com/2016/08/menginap-di-pulau-ternate-desa-tenun-di.html
BalasHapusini kebetulan teman saya anak S2 arsitektur ugm mau mengadakan survey ke desa Alor untuk penelitian kampus.
dia mau tanya tanya, kalau bisa sama minta kontaknya dong
makasih sebelumnya maaf menganggu
Terima kasih sudah mampir.....Silahkan email ke lovina4dolphin@yahoo.com.
Hapus