2013/06/18

Flores Overland Trip - Day 1

Trip dimulai dari Labuan Bajo, kami berenam ditambah sopir pak Japi naik Kijang kapsul. Hawa Flores ternyata cukup sejuk, meskipun jika mendekati daerah pantai tetap panas. Jalan darat Flores berkelok-kelok dan naik turun, perlu keahlian untuk menyetir sebab di kiri jurang di kanan tebing atau sebaliknya, jalanan tidak terlalu besar, jika dua mobil berpapasan harus jalan perlahan-lahan.
Sepanjang jalan jarang ada rumah, rumah makan yang ada kebanyakan warung padang dan bakso solo. Rupanya orang Flores tidak terbiasa untuk membuka warung, kebanyakan pendatang. Karena itu makanan lokal susah ditemukan. Harga barang di Flores lebih mahal dibanding di Jawa.


 
Flores overland route

Pemberhentian pertama desa Cancar, tidak jauh dari Ruteng. Di sini kita dapat melihat sawah dengan bentuk sarang laba-laba (spider web). Sawah ini merupakan sawah adat atau disebut juga Lingko oleh penduduk setempat. Sawah ini dimiliki bersama dan dipergunakan secara bersama-sama untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama pula. Pembagian tanah dilakukan dengan titik pusat tanah adat, ditanam kayu khusus, kemudian ditarik garis lurus sampai batas terluar secara berkeliling sehingga membentuk seperti sarang laba-laba. Besar kecilnya tanah ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam kampungnya dan jumlah keluarganya. Semakin tinggi kedudukan semakin besar tanah yang didapat.

Spider web rice field
Flores terkenal juga dengan ditemukannya homo floresiensis (manusia flores purba) atau hobbit yang mempunyai tinggi badan sekitar 100 cm dan berat hanya 25 kg. Ditemukan di gua Liang Bua, kecamatan Ruteng. Kami tidak mampir ke sana.

Setelah makan siang di warung padang, lanjut ke Danau Rana Mese, sayangnya kabut tebal hingga tidak bisa lihat apa-apa selain kabut. Seharusnya kita bisa melihat banyak belibis di danau ini.

Dalam perjalanan menuju Bajawa, kami mampir di kampung Aimere, tempat penyulingan arak tradisional dari air buah nira yang disuling menggunakan bambu. Tingkat alkohol sekitar 40-60 %, kami yang tidak biasa minum, cuma mencicipi sedikit saja.

Penyulingan arak tradisional
Hari pertama kami menginap di hotel Korina, Bajawa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar