Pulau Moyo terletak di 2,5 km utara pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Pada tahun 1986, pulau ini ditetapkan sebagai kawasan Konservasi Taman Buru dan Taman Wisata Alam Laut.
Taman Buru Pulau Moyo mempunyai potensi keanekaragaman hayati cukup tinggi baik flora maupun fauna. Tipe vegetasinya merupakan vegetasi hutan pantai dataran rendah yang terdiri dari vegetasi pohon – pohonan, perdu / semak belukar dan padang savana yang luas. Selain satwa yang telah ditetapkan sebagai satwa buru seperti Rusa timor (Cervus timorensis), Sapi liar (Bos javanicus) dan Babi hutan (Sus sp), berbagai jenis burung yang tergolong langka dan dilindungi Undang – undang juga terdapat disini seperti Kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea), Burung Gosong (Megapodius reinwartditii), Koakiau (Philemon buceroides), Beo Sumbawa (Gracula religiosa venerate) serta berbagai jenis burung lainnya seperti Punglor (Zoothera sp), Ayam Hutan (Gallus sp), Elang bondol ( Haliastur Indus ) dan sebagainya.
Disamping keaneka ragaman hayati tersebut terdapat juga beberapa obyek wisata alam seperti air terjun berundak Mata Jitu yang terdapat di bagian barat Pulau Moyo yang dapat diakses melalui desa Labuan Aji. Di beberapa tempat seperti Ai Manis dan Tanjung pasir terdapat goa – goa yang merupakan habitat dari kalelawar dan burung wallet (Collocalia sp). Dengan potensi pantai dan keadaan perairan serta potensi yang ada didalamnya, dapat dimanfaatkan atau dikembangkan sebagai tempat berwisata seperti memancing, snorkeling, bersampan, menyelam dan sebagainya. Daya tarik wisata lain yang terdapat di Pulau Moyo adalah hamparan savana yang terdapat dilokasi Raja Sua dapat dilakukan kegiatan penjelajahan/penyusuran hutan, pengamatan burung (Bird Watching) dan berburu.
Pulau Moyo mulai dikenal karena adanya sebuah resort Amanwana yang dibuka sekitar tahun 1993. Putri Diana pun mengadakan bulan madu di resort Amanwana Pulau Moyo. Sejak saat itulah Pulau Moyo mulai dikenal di kalangan tokoh dunia hingga saat ini.
Kami snorkling dan sedikit menjelajah hutan pulau Moyo menuju air terjun, main air sekalian mandi dan keramas, karena di kapal tidak ada air tawar, segarrrrr.....
Lanjut ke Pulau Satonda, termasuk wilayah Kabupaten Dompu NTT. Di tengah pulau Satonda terdapat Danau Satonda yang memiliki keunikan karena airnya asin dan lebih asin dari air laut. Diperkirakan air danau ini dahulu tercampur dengan air laut yang meluap dan terperangkap di danau pada saat gunung Tambora meletus pada tahun 1815. Hal ini mirip dengan danau Kakaban di Sulawesi. Luas danau sekitar 2,5 km2.
Letusan gunung Tambora tahun 1815 adalah letusan terbesar dalam sejarah, terdengar sejauh 2.600 km dan abu jatuh setidaknya sejauh 1.300 km. Kegelapan sejauh 600 km dari puncak gunung selama lebih dari dua hari. Tahun 1816 di negara belahan utara menderita karena kondisi cuaca yang berubah, disebut dengan tahun tanpa musim panas.
Dari pantai kita harus mendaki untuk menuju danau Satonda. Di pinggir danau banyak orang menggantung batu di pohon, yang menurut kepercayaan penduduk setempat perhononan kita bisa terkabul.
Kapal berlayar semalaman menuju Gili Laba, ombak kecang,hampir semua orang mabok laut.
Air terjun di Pulau Moyo |
Danau Satonda |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar