Tiket bisa dibeli di mesin tapi mesin hanya menerima uang koin atau kartu, tidak menerima uang kertas. Untungnya ada mesin penukar uang koin di dekatnya, itupun maksimal pecahan €20. Harga tiket kereta bandara ini €10. Hari sudah malam tak banyak penumpang, agak was-was juga salah naik kereta karena tidak ada namanya.
Sampai di Gare du Nord (North Station), kami harus ganti naik metro atau bus menuju ke penginapan di Atlas yang kami booking via Airbnb. Gare du Nord luas sekali, terhubung dengan stasiun metro, jadi kami mencari pintu masuknya, letaknya cukup jauh diujung. Mesin tiket ternyata juga tidak menerima uang kertas, padahal kami tidak punya koin Euro dan tidak tersedia mesin penukar uang. Lalu kami cari loket, sampai mengelilingi area stasiun, dan loket sudah tutup, sudah terlalu malam.
Akhirnya kami memutuskan untuk naik bus saja. Mencari jalan keluar dari stasiun cukup membingungkan, karena pintu keluarnya banyak dan kami tidak tahu harus mengambil arah mana. Akhirnya bisa juga keluar di jalan (letak stasiun ada di bawah tanah). Hari sudah gelap, stasiun sepi, kami agak takut juga. Kami harus mencari halte La Fayette Dunkerque untuk naik bus no.26 jurusan Nation. Setelah ketemu, ternyata ada 2 halte dengan nama yang sama, untung saya cek lagi rutenya, kalau salah naik bisa berabe.
Di halte bus ada info kedatangan bus, nomer dan jurusannya akan tiba berapa menit lagi. Di Paris berlaku jalan di sebelah kanan. Kebetulan duduk di sebelah saya, mahasiswi yang dapat berbahasa Inggris, saya pastikan lagi kalau saya tidak salah halte dan tanya berapa ongkos bus. Kalau membeli tiket dari supir bus €2 untuk sekali naik. Dalam bus tidak ada info halte berikutnya dan jika tidak ada yang naik atau turun, bus jalan terus. Jadi harus memperhatikan jalanan dan nama halte yang kita lewati, untuk tahu kita sampai dimana.
Akhirnya sampai juga kami ke penginapan, flatnya berada di lantai 4. Sudah lewat tengah malam, untungnya tuan rumah tidak keberatan dan memang sudah kami informasikan sebelumnya. Ngobrol sebentar dengan tuan rumah, sambil tanya tentang transportasi di Paris. Setelah mandi, beres-beres, kami istirahat.
Esok harinya, kami berangkat jam 9 pagi, karena sudah booking Sandeman Free Walking Tour untuk jam 10 pagi. Pilihan tiket transportasi di Paris agak membingungkan, karena banyak variasinya. Akhirnya saya memilih membeli Ticket t+, yaitu tiket berisi 10 lembar berlaku untuk Zone 1 seharga €14,5. Lebih murah dibanding tiket satuan seharga €1,9 per tiket. Kami hanya 2 hari di Paris dan lebih banyak jalan kaki, hanya naik metro untuk berangkat dan pulang ke penginapan. Jadi 10 tiket ini kami bagi 2, masing-masing 5 lembar.
Bentuk tiket potongan kertas kecil yang akan divalidasi di pintu masuk, terkadang di pintu keluar juga. Tiket berlaku selama 1jam 30 menit, dalam kurun waktu tersebut kita boleh transfer tapi untuk jenis transportasi yang sama. Misalnya dari bus A ke bus B atau metro line 1 ke line 2 dst. Lewat dari batas waktu, harus membeli tiket yang baru. Info tentang Paris Metro, peta, rute, tiket bisa dibaca di sini. Jalur metro di Paris diberi warna dan nomor, cukup mudah. Di dalam metro juga tidak ada pemberitahuan destinasi, jadi harus memperhatikan nama stasiun yang kita lewati supaya tidak salah turun.
Meeting point tur di Fontaine Saint-Michel, jadi kami turun di stasiun St-Michel, hanya perlu transit sekali. Fontaine Saint-Michel cantik sekali, dibuat tahun 1858–1860 . Air mancur dengan patung St Michel mengalahkan iblis menjadi sentralnya. Di kiri kanan 2 patung naga bersayap. Di atas berdiri 4 patung yang mewakili 4 sifat utama : kebijaksanaan, kekuatan, keadilan dan kesederhanaan.
Fontaine Saint-Michel, Paris |
Paris Walking Map |
Notre-Dame de Paris, adalah katedral bergaya Gothic yang terkenal karena menjadi setting film The Hunchback of Notre Dame. Katedral ini berada di pulau kecil Île de la Cité, yang ada di sungai Seine, lihat peta di atas. Titik Nol Paris berada halaman di depan pintu gerbang katedral, sebuah bulatan dengan bintang di tengah, tulisan "Point zéro des routes de France" sudah mulai kabur tak terbaca . Di halaman ramai turis dari berbagai negara, ada juga yang sedang foto pre-wedding, burung-burung jinak berjalan-jalan mencari remah-remah, halaman berpasir membuat kaki berdebu dan kotor.
Notre-Dame de Paris |
Point zéro des routes de France |
Palais de Justice adalah kantor pengadilan bekas istana kerajaan, berada di Ile de la Cité, berdampingan dengan Sainte-Chapelle dan Conciergerie.
Palais de Justice, Paris |
River Seine beautiful scenery |
Pont Neuf |
Love Padlock at Seine River |
Baru-baru ini ada berita kalau gembok cinta ini akan dipindahkan karena dianggap membebani jembatan. Jumlahnya yang sekitar 700 ribu dan beratnya diperkirakan sama dengan berat 20 ekor gajah.
Tak jauh berjalan, kita memasuki kompleks Louvre, mulai Louvre Palace lalu Louvre Museum dengan pintu masuknya di Louvre Pyramid, jika terus berjalan akan sampai memasuki Tuileries Garden. Yang pasti tak terlewatan terdapat gerbang Arc de Triomphe du Carrousel.
Louvre Palace |
Louvre |
Louvre |
Louvre Pyramid |
Louvre Lamps |
Tuileries Garden |
Tuileries Garden View |
Arc de Triomphe du Carrousel |
Tur berakhir di Place Vendôme, dimana berdiri Colonne Vendôme di tengah-tengahnya. DIsekeliling kolom terukir kisah-kisah perang dan penaklukan. Patung Napoleon berdiri di puncaknya.
Place Vendôme |
Untuk memasuki area di bawah menara Eiffel, tidak perlu membayar, hanya melewati pos pemeriksaan. Pada salah satu sudut kaki menara dapat kita temukan patung Gustave Eiffel. Untuk naik menara, bisa melalui akses dari sisi kakinya. Naik melalui tangga tiketnya akan lebih murah dibanding melalui lift. Untuk naik sampai puncak menara harus membeli tiket lagi.
Eiffer Tower |
Eiffer Tower |
Eiffer Tower |
Gustave Eiffel Statue under the tower |
Berbagai aktifitas di lakukan oleh orang-orang di taman seberang menara, dari olah raga, pikinik, ngobrol, beristirahat, membaca buku, atau sekedar tidur-tiduran. Berbagai daganganpun ditawarkan. Kami cukup lama berada di seputar menara, areanya cukup luas. Dari sini kami langsung pulang ke penginapan, hari ini waktunya kami mencuci pakaian.
Sudah agak malam sesampainya kami di flat dan tuan rumah sedang tidak ada. Kami lupa bertanya cara mengoperasikan mesin cuci. Nah waktu selesai, kok pakaian masih terlalu basah. Kami ingin mencari tombol pengering, tapi semua tulisanya dalam bahasa Perancis. Jadilah kami google satu per satu artinya, sampai manual pengoperasiannya, tidak ketemu. Kami coba-coba saja, tapi ternyata bukan mengeringkan melainkan mencuci ulang lagi. Akhirnya saya baca tulisan kalau orang Perancis tidak suka mengeringkan pakaiannya dengan mesin yang artinya mesin cuci tidak ada pengering seperti yang biasa kita punya. Sudah hampir pukul 2 pagi, kami menyerah. Sambil terkantuk-kantuk menunggu mesin berhenti, lalu kami jemur di kamar dengan harapan besok sore sudah kering. Besok malam kami akan melanjutkan perjalanan menuju Avignon. Paginya kami akan menjelajah area Montmartre.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar